Setelah menikmati teh manis hangat buatan Senandung, Arcelino pun mendapat jackpot yaitu sebuah pijatan ringan di kepalanya.
" Gimana kak? Mendingan ga?" Tanya Senandung. Sementara itu Lino sibuk menikmati pijatan nyaman dari tangan lembut itu.
" Hhmm ---- enak Na... Aaahh..." Ucap Lino lirih.
" IH JOROK!!" Senandung memukul kencang punggung Lino hingga membuat sang empu terkejut.
" HANJER!! SAKIT!! Kenapa sih lu tiba-tiba mukul gua begitu!" Tegur Arcelino kesakitan.
" Habis lu begitu ih! Jorok!"
" Jorok apanya?! Pikiran lu tuh yang jorok!"
" Idih ga ya sorry! Maaf aku polos ya kakak!"
" Yakin?!" Lino tersenyum miring.
" Yap! Yakin seka____ eh?!"
Lino melompat keatas Senandung, menahan tubuh gadis muda itu di bawahnya. Mata Senandung berkedip cepat, posisi seperti ini membuat pikirannya mengalir kian jauh dari akal sehat.
" Kenapa muka lu merah begitu? Lu pasti lagi ngebayangin yang enak-enak ya?" Lino tersenyum.
" Eng --- GA!! Siapa juga yang mikir begitu?!" Senandung berusaha tetap terlihat tenang meski jantungnya seolah akan meletus di buat sang kakak sepupu.
Wajah Lino mendekat, dengan tatap sendu yang membuat Senandung menelan salivanya payah.
" Kak ---- jangan aneh-aneh deh...." Senandung bergidik ngeri.
" Ini ga aneh kok. Cobain dulu deh! Tar lu pasti ketagihan." Wajah Lino pun maju dengan cepat.
Senandung yang panik segera menarik bantal yang berada di sampingnya untuk menutupi seluruh area wajahnya.
" Kak! Aahhh! Jangan begini!! Pergi!" Celoteh Senandung dari balik bantal.
" Jangan di bekap dong sayang, nanti kamu engap loh. Kalau mau engap kan mending engap karena ciuman aku, itu lebih nikmat." Goda Arcelino sambil mencoba menarik bantal itu dari wajah yang muda.
" HUWEEHH PAPA TOLONG NANA MAU DI PERKAOS SAMA KAK LINO!!" Teriak Senandung panik sementara sang pemuda semakin gencar mengerjai sang adik.
" Ayo dong sayang... Mumumu..."
" AARRGHH KAK BISMA!!"
Sebuah tangan kekar datang dan menarik telinga Arcelino kencang. Tubuh sang pemuda pun terpaksa beralih dari atas tubuh yang muda.
" Aduh! Aduh! Bang! Kira-kira dong! Ini telinga bukan tutup panci, main jinjing aja!" Arcelino memegangi telinganya yang memerah karena jeweran maut Bisma.
Senandung yang mengetahui kedatangan Bisma segera berlari dan bersembunyi di balik tubuh besar dan kekar sang penyelamat.
" Ngapain lu main tidih-tindihan begitu! Kalau Nana hamil gimana?! Emang lu mau nikah sama Nana?!" Tegur Bisma.
" Mau." Singkat Lino dengan wajah datar.
" Hah?!" Bisma melongo mendengar jawaban sang adik yang tak terduga.
" Kenapa lu? Beneran kesambet ya? Na, lu jangan deket-deket Bang Bisma, dia ketempelan jurig. Sini!" Lino melambaik pada si kecil itu.
" OGAH!! Mending gua deket jurig aman, dari pada deket lu bisa hamil sembilan bulan!" Gerutu Senandung.
" Lah tapikan enak." Lino terseringai.
" PALA LU ENAK!"
" Eh! Udah-udah! Na --- gua udah beliin nasi goreng pesenan lu. Katanya lu laper, gih makan sana!" Bisma mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ GS ] DUA SISI
Fanfiction[ CHAN2MIN ] 23+ BIJAK SEBELUM MEMBACA!! Book ini mengandung unsur dewasa 23+, Gender Swich, bahasa informal, frontal, kasar dll. Bagi yang berbeda pandangan / belum cukup umur harap SKIP saja. Sekian dan terimagaji. salam manis, Kyuji_25