3) Kebuasan Preman

792 4 0
                                    

Bukan baru kali ini aku ketakutan dengan kehadiran lelaki brandalan itu di rumahku. Namun saat ini rasa takutku sangat berbeda. Ada aura aneh yang kurasakan saat menatap mata jalangnya hingga bulu kudukku sedikit berdiri dan merinding. Aku merasakan ada sesuatu yang ganjil namun sulit diungkapkan.

Alex terkenal sebagai preman kampung yang tidak setiap hari ada di rumahnya. Pasar, terminal, stasiun kereta, tempat hiburan malam dan pelabuhan yang menjadi rumah keduanya.

Beberapa tetangga sudah mewanti-wanti agar kami jangan pernha kenal apalagi dekat dengannya. Namun karena rumah kami berdekatan, mau tidak mau kami menjadi sering berpapasan dan bahkan bertegur sapa.

Memang Alex tidak pernah berbuat kurang ajar secara fisik terhadapku. Namun tatapan mata serta ucapannya terkadang sangat arogan, mengintimidasi bahkan melecehkan.

Aku sering dibuat gerah, jengah dan juga muak oleh tingkahnya itu. Namun demikian aku tetap berusaha seolah baik padanya. Semua kulakukan agar dia tidak terlalu merendahkanku juga suamiku.

Harus kuakui, andai saja Alex mau sedikit peduli dengan penampilannya, mungkin dia akan menjadi sosok idola emak-emak atau bahkan gadis-gadis di kompleks sini. Kulit wajahnya yang sedikit legam, akan tersamarkan dengan hidungnya yang mancung, sorot matanya yang setajam elang, serta alisnya yang tebal.

Rambutnya yang gondrong ditambah tato-tato sangar di sekujur tubuhnya, yang menurutku sebenarnya itu bisa sebagai daya tariknya tersendiri.

Setelah menyuguhkan kopi dan sedikit penganan yang tadinya kusimpan buat Mas Bayu, aku pun segera beranjak menuju kamar tidurku untuk menghindarinya dan sedikit menenangkan jantung serta pikiranku yang masih kacau tak karuan. Dalam hati aku terus berdoa memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa dan berharap ada seseorang yang datang menolongku.

"ASTAGA!" teriakku keras karena sangat terkejut.

Rupanya Alex mengikutiku saat akan ke kamar. Tangannya yang kekar dan legam, dengan begitu saja menahan pintu kamar yang hendak aku tutup. Dan dalam hitungan detik berikutnya dia sudah berada dalam kamarku, sebelum aku benar-benar menyadarinya.

Seketika tubuhku menggigil, wajahku pun pastinya pucat pasi, mataku terbelalak memandnginya dengan mulut komat-kamit memebacakan mantra dan doa-doa yang aku bisa. Bulu kudukku mendadak ikut merinding dan sekujur tubuhku lemas karna ketakutan.

Semuanya terjadi demikian cepat. Bahkan aku masih tak menyadari saat dia merapatkan pintu kamar dan menguncinya.

"Hah, Ba...Ba... Baaang Alex ke..napa ke sini?" hardikku terbata-bata dengan suara yang benar-benar bergetar. Daguku bahkan bergetar seperti orang yang kedingingan.

Aku segera merebut kunci dari genggamannya. Berencana keluar kamar dan berlari keluar meninggalkannya. Tetapi dia jauh lebih siap dan sigap dibanding denganku yang masih menggigil ketakutan.

"Tenang, Siska, jangan takut. Gua gak bakal nyakitim cewek secantik lu. Gua cuma sangat kagum dengan kecantikan dan keseksian tubuh yang lu miliki. Benar-benar kecantikan yang sangat sempurna. Sayang sekali suami lu tak berdaya. Khayalan gua menjadi melambung setiap kali membayangkan bisa ngentotin elu, Siska." Ucapan Alex benar-benar sangat biadab.

"Ja... ja..jangan sok tahu kamu, Bang? Su..su.. suamiku baik-baik saja! di...dia sangat perkasa!" Aku melawan karena tak terima Mas Bayu direndahkannya.

"Hahahaha, lu yakin si bayu bisa ngentotin lu dengan memuskan?" Alex menyeringai. Entah mengpa kulit wajahku pun semakin terasa panas menahan malu dan marah.

"Yakin?" Aku mencoba meyakinkan diriku dan menjawab tegas.

"Hahaha, sejak kapan banci cowok ayam sayur begitu bisa ngentotin bininya dengan memuaskan. Wajah elu aja terlihat sangat sangean, Siska. Itu akibat dari kurangnya kepuasan dari suami lu!" Alex semakin keji merendahkanku.

Premanku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang