"Ingin ku bunuh pacarmu saat dia cium bibir merahmu." Stefan bersenandung sengaja memancing kakaknya yang sedari tadi memperhatikan dua sejoli diujung sana.
Damon tidak bergeming, ia tetap fokus pada objek didepan matanya. Ah bukan, beberapa meter didepan matanya.
"Kenapa tidak kamu tinju saja wajah pria itu?!" Stefan kembali bersuara, masih berusaha mengompori kakaknya.
Stefan tahu betul jika kakaknya sedang menahan rasa cemburu yang teramat besar, buktinya gelas berisi Bourbon ditangan Damon hampir pecah, tidak lupa wajah yang terlihat memerah menahan amarah.
Tapi Damon bisa apa, ia tidak bisa seenaknya meninju pria yang sedang bermesraan dengan perempuan yang ia cinta.
Damon memang berandalan, tapi ia tidak ingin perempuan yang bernama Leena itu membenci dirinya.
"Damon? Sedang apa kamu disini?" tanpa diduga Leena sudah berdiri didepannya.
Damon mengerjap, ia segera mengubah ekspresi nya.
"Minum bersama Stefan." jawab Damon menunjuk Stefan, tapi Stefan tidak ada disampingnya.
"Stefan?" Leena mengerutkan kening, karna ia tidak melihat Stefan.
Damon mencengkram gelas, adiknya itu memang sedikit kurang ajar. Bisa-bisanya Stefan kabur tanpa sepengetahuan Damon.
"Mungkin ia sedang ke toilet." ucap Damon, berusaha terlihat biasa saja. Meskipun ia ingin melempar Stefan dengan botol Bourbon.
"Boleh aku duduk disini?" tanya Leena mendudukkan diri disebelah Damon.
"Dimana kekasihmu?" Damon balik bertanya, setelah ia sadar jika Leena sendirian.
"Sedang ada urusan." acuh Leena mengambil botol Bourbon, menuangkan ke dalam gelas dan meneguknya.
Damon hanya terdiam memperhatikan betapa cantiknya Leena saat menenggak minuman favoritnya.
"Sepertinya kamu sedang kesal."
Leena mengangkat bahu, ia terus meminum bourbon sampai beberapa gelas.
"Hei, jangan terlalu banyak." Damon segera mengambil gelas ditangan Leena.
Karna Damon hafal betul jika Leena tidak tahan dengan minuman beralkohol.
"Berikan padaku." Leena merebut gelas, menegak kembali minuman sampai habis.
Damon menghela nafas, "Kalau kamu mabuk, siapa yang akan mengantarmu pulang."
Leena melihat Damon, matanya yang memerah mengerjap beberapa kali.
"Kamu tentu saja." ucap Leena tersenyum lebar.
Damon menghela nafas, ia menyingkirkan gelas dan botol Bourbon yang sudah kosong.
"Kalau begitu mari kita pulang." seru Damon merangkul pundak perempuan yang masih setengah sadar.
"Tidak sekarang, Damon." Leena menepis rangkulan Damon, ia mencoba meraih botol Bourbon tapi Damon malah menggendongnya ala bridal style.
"Damon, turunkan aku!!" Leena memukul dada Damon karna seenaknya menggendong dirinya.
"Kalau tidak seperti ini, kamu ga akan cepat pulang." Damon berjalan tidak peduli semua orang menatapnya karna menggendong seorang gadis.
"Damon, turunkan aku!!!" Leena masih berteriak, memukul-mukul dada Damon.
"Diam, atau bibirmu yang cerewet itu aku cium!!"
Leena menutup mulutnya, ia hanya memandang wajah Damon. Kemudian ia menutup mata, menyender di dada bidang milik temannya.