11-Pria Tegar

290 27 0
                                    

Arsen menatap datar wanita berpakaian minim di depannya, dress satin ketat berwarna ungu mengkilap menambah kesan mewah di tubuh seksi wanita tersebut. Rambut gerai yang ditata rapi, riasan tebal serta kuku lentik yang baru keluar dari salon kuku. Sepertinya memang ia rajin merawat diri.

"Cepat katakan apa maumu, aku sedang bekerja," Sergah Arsen cepat.

Namun sang wanita cantik itu tersenyum polos, "Apa kau tidak merindukanku, sayang? Delapan tahun kau menghilang, sekarang kau jauh berbeda,"

"Aku tidak punya waktu berbasa-basi, cepat!" Sergah Arsen jengah.

Jemari lentik wanita itu membelai bisep Arsen penuh sensual, "Aku tahu pekerjaanmu sekarang dan aku sudah membayarmu dua kali lipat," Jelas si wanita lalu menarik Arsen agar bisep kencang itu menabrak belahan dadanya, "Buat aku mendesah hebat seperti dulu lagi, sayang, atau adikmu menjadi korbannya," bisiknya lalu menarik Arsen.

"Dasar jalang!"

Seharusnya, Arsen memanggil wanita ini dengan panggilan ibu. Harusnya wanita yang mendesah dibawahnya ini adalah wanita yang bisa ia hormati sebagai istri kedua ayahnya. Namun itu hanya ungkapan perandaian semata. Wanita yang bernama Peach itu lebih suka mengancam Arsen agar bisa membuatnya mendesah setiap ayahnya pergi keluar kota untuk perjalanan dinas, menjatuhkan kehormatannya sendiri.

Usia Peach hanya selisih lima tahun di atas Arsen, mungkin saja Peach menikahi Arsen, tetapi ayah Arsen adalah pemilik segalanya. Kalau bisa miliki ayah dan anak sekaligus, kenapa tidak? Pikir Peach kala itu.

Peach selalu menggoda Arsen dengan pakaian minimnya setiap hari. Tentu tidak pernah membuat anak tirinya tergoda sama sekali. Jelas, Arsen seorang biseks yang lebih dominan kearah gay, ia bisa bercinta dengan siapa saja.

"Hmm... iya di situ!" Peach mendesah keenakan, tubuhnya bergetar ketika Arsen menumbuk titiknya di dalam sana. Sedangkan pria di atas Peach itu membuang muka kearah lain, terus menggerakkan pinggangnya tanpa nafsu. Arsen kehilangan nafsunya karena wajah Peach yang nampak mengerikan.

Arsen langsung membersihkan dirinya di kamar mandi, mengguyur tubuhnya yang kotor itu dibawah dinginnya air di malam hari. Setelahnya ia bergegas pergi, namun saat keluar dari kamar mandi, Arsen mendapati Peach yang tengah merapihkan pakaiannya, "Dimana kau tinggal sekarang? Apa kau tidak mengkhawatirkan ayahmu?"

"Dengan dua istri dan tiga anak lainnya, serta perusahaan yang sedang di puncak kejayaan, apa yang harus aku khawatirkan?" Ujar Arsen sinis, lalu beranjak pergi tanpa repot-repot menoleh pada Peach.

"Ibumu sudah mati,"

Tubuh Arsen menegang, matanya membola menatap Peach panik, bibirnya tak tahu harus berkomentar apa, rasanta seperti semua jaringan syaraf otak membeku. Sementara itu Peach tersenyum miring, ia merapihkan rambutnya lalu beranjak mendekati anak tirinya.

Jemari lentik itu kembali membelai dada bidang milik Arsen, "Dan selanjutnya, kedua adikmu," Ujar Peach berbisik di telinga Arsen kemudian mengulum cuping telinga pria seksi di depannya.

Arsen mendorong Peach, "Jangan gila! Jangan sakiti kedua adikku!" Serunya panik, "Jika memang kau ingin aset pria itu, akan aku bawah jauh kedua adikku! Kau dan anakmu silahlan keruk hartanya! Aku tidak peduli!" Lanjutnya panik dan bergegas.

Namun bahu Arsen di tahan, "Ngomong-ngomong, Java adalah anakmu, bukan anak ayahmu, sperma pria tua sepertinya tak mampu kalahkan sperma pria sehat nan seksi sepertimu," Peach cemberut, "Bahkan penis ayahmu tidak sehebat punyamu," Ujar Peach lagi lebih vulgar, tangannya menepuk-nepuk bahu kokoh Arsen yang nampak terkejut.

***

Kepala Joong rasanya seperti mau pecah, fakta yang ia ketahui baru-baru ini membuat Joong tak bisa berpikir jernih. Peach, jalang itu benar-benar mengacaukan keluarganya yang bahagia.

Satu kaleng bir disesapnya, Joong tiba-tiba merasa rindu dengan keluarganya. Keluarga harmonis sebelum Peach datang merusak segalanya, bahkan tubuh Joong. Sejak kedatangan Peach, ayah Joong berubah menjadi pria yang kasar terhadap istri pertama dan anak-anaknya, ekhem, kecuali Java si bungsu yang ternyata adalah cucunya.

Tuntutan demi tuntutan yang sebelumnya tidak ada, tiba-tiba terlontar dari sang ayah yang penyayang, tangan yang dulu memeluk mesra pinggang ibu Joong itu mulai ringan memukul ibu Joong dan anak-anaknya. Kasih sayang tak tercurah lagi, janji-janji manis yang terucap ketika meminta izin untuk menikah lagi hanyalah bualan semata. Rumah bukan lagi tempat aman, Peach merusak segalanya.

Kehidupan Joong yang masih berada di bangku menengah atas itu terasa lebih berat, ketika ia harus menggantikan peran sang ayah yang sering bepergian keluar kota. Peran yang di maksud adalah menemani Peach, melayani nafsu sialan wanita haus belaian itu ketika sang ayah tidak ada. Di ancam atas adik dan ibunya, Joong tak bisa berbuat macam-macam, hingga akhirnya ia menyerah dan kabur dari rumah.

"Kau baik-baik saja?"

Mix bertanya pelan seraya duduk di samping Joong, membuka kaleng bir yang ia bawa, "Jangan mabuk sendirian, bagi ceritamu," Tuturnya.

Helaan nafas terasa berat, nafasnya sesak tiba-tiba, "Ibuku sudah tiada, di bunuh jalang itu," ucap Joong mengadu, "Dan berita mengejutkan lainnya, adik tiriku ternyata adalah anakku, jalang itu memperkosaku,"

Isakan kecil lepas dari bibir Joong, ia tak kuat lagi dengan keadaan keluarganya yang hancur berkeping-keping di sana karena ulah satu orang. Mix mengusap punggung bergetar itu, memberikan ketenangan untuk jiwa yang tengah lelah. Mix tahu segalanya, kehidupan adik-adik Ranger sebelumnya tidaklah mudah, namun Joong adalah satu-satunya orang yang belum bisa terlepas dari orang-orang di masa lalunya. Pria tegar itu masih melindungi kedua adiknya dari jauh, meskipun akhirnya ia kehilangan sang ibu juga.

"Menangislah, besok kau harus lebih kuat,"













Bersambung, maaf lama hehe

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang