Memori yang menarikku kembali

23 0 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, suasana sekolah juga sudah tak seramai siang tadi, hanya tersisa beberapa anak ekskul dan sisanya seorang murid rajin yang mempersiapkan ujian praktek mingguan. Aku memasukkan jas hitam praktikum yang siang tadi aku pakai ke dalam tas, melihat sekeliling dan mulai menghela nafas berat menyadari kini perpustakaan hanya tersisa aku dan bu Widi-penjaga perpustakaan.

Aku berdiri mencoba beranjak dari tempat ini, melewati rak buku yang tertata rapi, dan lantai yang sudah mengkilap karna baru saja dibersihkan oleh pak Maman, namun sebelum aku sempat meninggalkan ruangan ini, terdengar nada istrumen yang sangat familiar di telingaku, aku berhenti sejenak, dan benar saja suara Christina Perri dengan diiringi nada piano yang khas.

"Jar of heart ?" Gumam ku dalam hati, sembari melihat bu Widi yang sedang duduk dan merapikan meja nya.

"Lho Lia, gak jadi pulang ?"tanya nya mengejutkan lamunan ku.

"oh, anu buk." Entah mengapa aku dibuat bingung dengan pertanyaan itu, padahal bukan masalah besar, seketika aku melihat langit yang mulai menggelap "Mendung buk, gelap banget." Jawab ku reflek.

Wajah bu Widi terlihat panik "Aduh saya lupa bawa jas hujan" seketika ia sibuk buru-buru merapihkan tas nya dan mencari kunci.

"kamu itu cepet pulang, keburu hujan."

Aku mengangguk dan segera pergi.

Setelah mendengar nada instrument itu, seperti ada gelenyar nyeri yang tiba-tiba menyelimuti hatiku, lagu yang bahkan aku saja malas untuk sengaja mendengarkannya. Bukan karna lirik lagu atau nada instrumennya yang salah, hanya saja saat lagu itu terputar, seolah kenangan pahit di masa lalu turut terputar pula. Kenangan dimana aku harus kehilangan seseorang, dan pulang menangis bersama hujan.

Gerimis luruh saat aku beranjak meninggalkan perpustakaan, dan seolah semakin deras saat ku berjalan. Malas untuk mencari tempat berteduh, aku lebih memilih meneruskan langkahku melewati taman dan mencoba menikmati air langit ini. Sempat terlihat dari kejauhan, Bintang berjalan dengan payung bunga dan tas laptop di tangannya. Ia berlari kecil menghampiriku yang baru saja melewati gerbang sekolah.

"Aulia ! ini lagi ujan, hobi banget sih." Ia segera mendekat dan berjalan di sebelahku.

"Lagian lo rajin bener bawa tas sampe dua segala." Jawabku sembari melihat tangannya yang penuh dengan barang bawaan.

"Kelas tadi materinya html, jadi tempat laptop di ransel keisi buku, yaudah gue bawa tas dua gini." Jelasnya yang disusul helaan nafas.

Melihat hujan yang semakin deras, kami pun memutuskan duduk di halte depan sekolah. Tak butuh waktu lama, kini hujan sudah mulai mengukir genangan di tepi jalan, yang otomatis jika kami memaksa pulang akan tetap dibuat basah oleh kendaraan yang melintas.

Sejenak aku memperhatikan payung yang Bintang bawa.

"Payung Bu kost ?"

"Tadi pagi gerimis jadi sama Bu kost di pinjemin." Jawabnya dengan wajah datar, bintang memang bukan orang yang cukup ekspresif.

Aku mengalihkan pandanganku ke jalanan. Bayangan ku tentang masa lalu seperti terputar tanpa aku minta, masa dimana semua kabar tentang nya hilang, bahkan aku lupa penyebab jelasnya seperti apa, yang aku tau saat keluar dari gerbang sekolah sore itu, hujan datang dan seakan-akan membawa pergi semua tentangnya. Semuanya, bahkan tak tersisa sedikitpun selain kenangan.

"Ini hujan kapan kelarnya ya ?" Tanya bintang yang sontak membuat aku melihat kearahnya.

Aku kembali melihat jalanan, genangan air yang beberapa waktu lalu ku lihat kini seolah sepeti sungai kecil dimana airnya terus menerus mengalir. "Kok kayaknya makin deres ya."

Suasana lengang sejenak, hanya terdengar suara hujan yang tidak menunjukan tanda akan mereda, jalanan juga masih dipenuhi kendaraan yang berlalu-lalang. Tak terhitung waktu lama, kini bintang sudah disibukkan dengan ponsel yang ia genggam, bahkan aku pun tak tau kapan pastinya ia mengambil benda kotak itu.

"Kita masuk lagi aja gimana? Mumpung masih ada kantin yang buka"

Tak banyak kata, aku langsung berdiri yang disusul Bintang menuju kantin. Untungnya payung ini cukup besar untuk kami berdua. Jarak antara gerbang sekolah dan kantin memang tak terlalu jauh, hanya terpisah oleh jalan masuk dengan taman di sebelah kanan dan satu gedung koprasi sekolah di sebelah kirinya, dengan sekat untuk membedakan jalur pejalan kaki dan kendaraan.

Setelah menuruni beberapa anak tangga, terlihat beberapa kantin masih buka. Aku langsung mencari tempat duduk yang jauh dari tempias air, dan bintang yang menawarkan diri untuk memesan beberapa makanan ringan.

"Lo mau minum apa ?"

"coklat panas aja deh."

Aku melihat sekeliling, kebun buah naga di sebelah kantin terlihat segar saat hujan. Tak lama kemudian, bintang datang dengan nampan berisi beberapa gorengan dan dua gelas minuman. Aku sedikit terkejut saat melihat segelas es teh manis yang Bintang pesan.

"Panas dalem lo ?"

Ia menunjukkan semangkuk indomie rebus dengan muka datarnya "makanan gue udah panas ul, beli teh panas ntar melepuh bibir gue." sangkalnya yang kemudian menarik kursi lalu duduk di sebelahku.

Bintang kini diasyikkan dengan semangkuk mie rebus dan komik onlinenya. Sembari menunggu minuman ku menghangat, aku kembali melihat sekeliling. Suasana seperti ini, dan instrument lagu yang tak sengaja ku dengar di perpustakaan tadi, kembali mengingatkan kupada masa itu. Seolah seperti kaset lama, semua samar teputar tampa ku minta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Catatan Kecil AuliaWhere stories live. Discover now