"Musim Semi akan tampak hijau jika dilihat dari kejauhan"
***
"Apa kabar, Yang Mulia. Lama tidak berjumpa" gadis bernama Choi Ji ah itu memberi salam
Lelaki yang disapa hanya bergeming, tak memberikan sautan apapun. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa gadis yang ia lihat sekarang akan menemuinya tepat sehari setelah pertunangan kerajaan. Bahkan setelah Jiah memutus semua komunikasi dengannya.
"Selamat atas pertunanganmu"
"Maafkan atas kunjunganku yang tiba-tiba..harusnya aku tiba kemarin, tapi tiba-tiba ada delay-"
"Tuan Hwang, bukankah di aturan istana tertulis kita tidak menerima tamu asing, terutama seorang wanita?
Lee Yul memalingkan muka ke arah sekretarisnya. Seolah-olah mengatakan bahwa ia cukup terganggu dengan kunjungan itu.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Kurasa saya melewatkan yang satu ini" jawab Injoon menangkap isyarat tersebut.
Jiah menunduk, tak berani untuk mengangkat kepalanya. Seumur-umur ia mengenal Yul, Baru pertama kalinya lelaki itu berbicara seperti itu kepadanya. Memang, apa yang telah ia lakukan dengan memutus komunikasi selama beberapa tahun sebelumnya tidak dapat dibenarkan.
"Maafkan aku yang kurang sopan" ucap Ji Ah
"Aku tidak perlu terlalu senang karna kedatanganmu kan?" ucap Yul sarkas. Suasana hatinya masih buruk sejak keluar dari kamar Hwayeon tadi.
"Ah iya..Kurasa aku terlalu terbawa suasana di masa lalu, dan terlambat menyadari bahwa beberapa keadaan bisa saja sudah berubah"
Jiah merasa tersudut dengan situasi yang sedang ia hadapi sekarang. Meskipun sisi dirinya yang lain ingin tetap tinggal dan menjelaskan semuanya, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan mengingat jarak yang telah tumbuh di antara keduanya.
"Jika kau ingin menemuiku, kau harus membuat janji temu terlebih dahulu. Tidak baik seorang putra mahkota yang telah bertunangan bertemu wanita di malam hari"
Bertunangan. Yul menekankan kalimat, untuk membuat jiah menjauh. Benar, tidak ada yang tersisa sudah dari rasa yang hanya ada di masa lalu.
"aku lelah saat ini.. tuan Hwang tolong antarkan nona jiah keluar"
"Mari saya antar" ucap Injoon berinisiatif.
"Di kunjunganku yang lain, aku akan mengirim permintaan terlebih dahulu... Kuharap Yang Mulia bisa menyetujuinya." Ucap Ji ah kemudian memberi salam
Lee Yul memandangi punggung gadis itu yang melangkah pergi meninggalkan kediaman.
Orang lain mungkin mengira ia masih terjebak di masa lalunya. Namun yang sebenarnya dirasakan lelaki itu hanyalah kehampaan dan sedikit rasa kesal bahwa gadis itu berani menemuinya setelah beberapa tahun menghilang. Perasaannya terhadap gadis itu nyatanya sudah lama pudar bahkan jauh sebelum ia resmi bertunangan.
Setelahnya pandangan Yul beralih ke luar Jendela di mana seorang pelayan tengah berjalan menunduk seakan menghindari tatapan orang-orang yang melewatinya.
"Bisakah kau mengirim orang untuk mengikuti pelayan itu?" Suruhnya tepat setelah Injoon kembali.
"Memangnya apa yang aneh dengannya" Injoon mengikuti arah pandang atasannya itu.
"Tidak ada.. aku hanya tidak asing dengan postur tubuh itu"
Perkataan Yul membuat Injoon mengernyit heran "Maafkan aku..tapi Yang Mulia perkataan anda sekarang terdengar seperti orang mesum"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING IN MONARCHY (Love, Revenge and War) | Jeno x Karina (Jenrina)
Fiksi Penggemar"Kau seperti kastil yang tertutup tembok tinggi dari segala sisi, susah sekali untukku mencoba memahamimu" Lee Yul "Di dalam kastil gelap itu ada potongan kaca yang berserakan, aku tidak ingin kau terluka ketika mencoba memasukinya" Yu Hwa-yeon *** ...