▪︎▪︎▪︎
"HELLO WHATS UP PARA BAWAHANKU!!!"
Suaranya melanglang satu wilayah angkringan. Dari gerobak ujung, sampai ke ujung lagi, kehadiran Si Poni ampuh menginvasi banyak mata bahkan orang-orang yang mau menyuap berakhir melongo.
"Apaan dah anying, datang-datang para bawahanku para bawahanku, sapa lo!" Mulut julit Wendy menukas.
Sisanya seperti Moonbyul, Sinbi, Jeongyeon, dan Seulgi serempak memutar mata. Sudah di-booking-kan tempat, dipesani makan dan minum lebih awal, datang-datang seperti orang gila yang cengar-cengir mana berteriak memalukan. Bayangkan saja, sekarang manusia bucin itu sudah mencomot kentang dan sosis milik Moonbyul, kemudian duduk dengan sebelah kaki yang dipangku di pahanya (ala-ala preman Jabar).
"Gimana? Kangen gue ya lo pada?"
"Ih anjing, yang ngajak ketemuan siapa dah rarasaan? Elu juga!" Sinbi praktis menggeser kursinya, menjauhi Lisa.
"Wah anying, sakit hati gue mah diginiin! Fix, cukup tau!" Lisa menggebrak meja. Setelah itu berdiri dan menyingsingkan kerah kemejanya. Hingga berakhir duduk lagi.
Gabut.
Banyak gaya.
"Cok, apaan sih? Lagi bahagia ya lu?" Seulgi memandang heran.
"Mang, paket timbelnya 6 ye!" Teriak Lisa ke belakang.
Yang langsung diacungi jempol semangat oleh Si mamang dan Si teteh penjualnya. "Wokeh, neng!"
"Siapa yang mau salam duluan?" Masih semangat menggodai sahabatnya, dia mengulurkan tangannya ke tengah meja.
Namun, tak ada satupun yang menggubris kelakuan kocak Si Poni. Seulgi tahu sendiri kalau soal makanan. Moonbyul dan Sinbi sibuk bercengkrama dengan topik yang mereka bawa. Wendy dan Jeongyeon asik mengarungi sisian jalan Dipati Ukur yang ramai walau bukan hari minggu.
"Baiklah... ane memang tidak pernah dianggap. Cukup tahu." Seolah dirinya juga dikorbankan menjadi bahan lelucon, Lisa menarik tangannya tak kalah dramatis.
"Hadeuh..." Akhirnya Wendy yang mengalah untuk menoleh. "Lis... Lis. Lo sama Jennie gimana dah? Ada masalah?"
"Weits!" Lisa merentangkan tangannya lebar-lebar, sampai leher Sinbi dan Jeongyeon terjerat. "YA JELAS TIDAK ADA DOONG!"
"BANGSAT!"
"Monyet lu!"
Yakni Lisa bagian tertawa lepas. Maklum, satu manusia yang rindunya sudah penuh itu tidak bisa diam saja. Membuatnya gatal bila tidak mengusili rekan-rekannya yang sedang duduk tenang.
"Rame banget ya initeh kumpulan teteh-teteh cantik."
"Eh mang, sok atuh lah." Lisa praktis menarik lagi tangannya dan mengubah posisi duduknya sebaik mungkin begitu pesanan dia datang.
Meja itu makin saja penuh. Sudah penuh oleh gelas-gelas giant berisi teh, lalu goreng usus dan suki-sukian, kini ditambah enam piring dan sayuran dalam mangkok lain. Lisa dan Seulgi mungkin akan takjub melihatnya, akan tetapi sisanya malah merasa mual dan begah. Apalagi Moonbyul yang masih menghisap vapenya, hanya bisa bergeleng-geleng.
"Maklum ya a, inimah orang kampung semua." Wendy menyengir, jadi dia yang malu.
"Gapapa atuh, mukanya bukan kayak orang kampung tapi ah. Orang Eropa ini mah, ya?"
"Boro-boro Eropa, a. Inimah Turki. Turunan kidul." Timpal Sinbi.
"Hahahaha, humoris gini! Cakep pisan teh, sok atuh ya ditinggal dulu, nyaman-nyaman makan nya." Si Aa langsung ambil langkah mundur buat balik ke depan gerobak, lumayan antrian masih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Love Story | Jenlisa✔
FanficE-BOOK ONLY. HIMPUNAN VOL.2 Ada begitu banyak pilihan yang bisa Jennie lakukan ketika ia lulus dan memilih hidupnya. Tapi bagi Jennie, Bandung adalah alasan selama ini dia pulang. Ada begitu banyak kota dan negara yang mungkin lebih indah. Tapi Jenn...