2. Pop Ice!!

3 3 0
                                    

Bryan dan Agam duduk di teras sebuah rumah yang sangat mewah. Tidakk, bahkan itu bisa di sebut mansion. Lantas apa yang mereka lakukan di sana? Dengan penampilan yang lebih mirip dengan gembel, orang yang melihatnya mungkin saja mengira mereka ingin mengemis.

Tapi sebenarnya, itu adalah kediaman keluarga EDUARDO.  Iya!! Keluarga Bryan. Dia anak pertama di keluarga ini, dan memiliki adik yang masih berumur lima tahun.

"Beddu? Kita mau kemana sekarang?" tanya Agam, sembari meletakkan tangannya di bawah dagu.

Bryan menatap Agam, "ke taman kekuasaan gimana? Udah lama kita nggak ke sana"

Agam mengernyit. Bukannya baru tiga jam yang lalu mereka ke sana?

"Perasaan baru tiga jam yang lalu kita ke sana?"

Bryan menjentikkan jarinya tepat di depan Agam, membuat pria itu sedikit terkejut.

"Nah... Itu yang nggak lo paham co" ucap Bryan, sembari merangkul Agam dan menunjuk ke atas langit.

Agam ikut menatap ke arah langit.

"Time is money. Money is time. Waktu yang sebentar, terkadang akan terasa lama. Itu karena time is money" kata Bryan sok bijak.

Agam hanya mengangguk seolah paham. Padahal dia sama sekali tidak mengerti dengan apa Bryan katakan.

"Hubungannya dengan time is money apa sebenarnya? Ini gue yang bodoh apa gimana?" batin Agam.

Sementara Bryan sudah tersenyum dengan bangga. Dia merasa, jika kata bijaknya tidak ada tandingannya.

"Jadi gimana du? Otw gak nih?" tanya Agam.

Bryan segera memasang topinya, kemudian berdiri.

"Gasss"

Tanpa menunggu lama, mereka segera berjalan mendekati Jennie. Bryan menendang Starter motor dengan semangat, dan Agam yang berada di belakangnya memeluk perutnya.

'Brumm brumm'

Motor butut itu berbunyi dengan keras, membuat Bryan dan Agam tersenyum senang.

"KALIAN MAU KEMANA?!"

Bryan dan Agam berbalik mendengar suara itu. Mereka tersenyum hingga gigi mereka terlihat. Bryan mematikan motornya, tanpa berniat untuk turun.

"Taman kekuasaan mom" jawab Bryan.

Wanita parubaya itu, yang tak lain Raisa Eduardo, adalah wanita yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan Bryan.

Mommy Raisa berdecih. Taman kekuasaan apaan? Bagaimana bisa, mereka mengklaim taman itu seenaknya sebagai taman kekuasaan mereka?

"Tidak usah ke sana. Jangan malu-maluim kamu Bry, rugi kakek kamu bangun perusahaan kalau cucunya malah jadi gembel" ucap mommy Raisa dengan sinis.

Bryan menatap mommy nya tidak terima. Sementara Agam tampak mencerna ucapan mommy Raisa.

"Mom? Jangan sekali-kali mommy ngehina profesi Beddu. Sekalipun jangan mom" tekan Bryan.

Mommy Raisa mengangkat alisnya, "memangnya kenapa? Berani sama mommy?"

Bryan berdecih, "mommy pikir, Beddu takut sama mommy? Iya mom?"

Bryan menatap Agam sambil mengangguk, dan di balas anggukan juga.

"Y-ya jelaslah Beddu gak berani. Surga ada di telapak tangan ummi. Beddu harus hormat dan patuh pada ummi" ucap Bryan, sedikit gelagapan.

Pasalnya, dia tidak sengaja melirik tangan mommynya yang hampir memegang sapu di dekatnya. Bisa-bisa, sapu itu melayang kearahnya dengan kecepatan 5G.

Mommy Raisa berdecih, "cih ummi matamu! Yasudah gak usah ngegembel, mommy sendiri di rumah"

MALUCCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang