Chapter Seven < I'm (Un)Happy >

1K 41 3
                                    


Winter, 2016.










Giselle berangkat menuju rumah sakit. Mendengar sang bunda berada di rumah sakit dalam keadaan sekarat membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Berlari ke halte hampir saja dirinya tertabrak bus yang akan dinaikinya.

"nona! apa anda sudah gila?! anda hampir saja mati!". Giselle tidak mendengarkan ucapan sang supir dan bergegas duduk ke dalam.

Penampilannya tidak karuan. Semua penumpang menatap Giselle dengan pandangan aneh hingga sekelompok gadis SMA menertawainya. Dia tidak tahu tentang penampilannya sekarang sekacau apa, tapi hatinya jauh lebih kacau.

"apa dia orang gila? lihat saja bajunya, bahkan dia hampir mencelakai satu bus dengan keadaan kacau begitu", ujar salah satu siswi.

Giselle tak tahan dan menampar siswi tersebut. Keadaan bus yang tadinya hening jadi berpusat pada kelakuan Giselle ke siswi tersebut. Teman-temannya tidak terima dan mendorong Giselle dengan telunjuk mereka. Namun bukan Aeri Giselle namanya jika tidak menyerang balik dan mrmbuat lawannya mati kesal.

"puas menertawakan penampilanku? kalian ini anak SMA X ya, hah, setahuku tidak ada anak SMA X yang mempunyai siswi setua ini", ucap Giselle mencolek make up siswi yang mendorongnya.

"apa maksudmu! kamu yang tua-"

"hey bocah. aku seniormu. Aeri Giselle, mengenal nama itu?". Giselle menekan tombol pada salah satu tiang dekat pintu turun bus.

Para siswi yang mengoloknya itu benar-benar tegang. Pasalnya Giselle dikenal sebagai senior yang tidak akan tinggal diam melihat siswa dan siswi yang melanggar peraturan ringan sampai beratpun. Hukuman yang diterimapun mampu membuat siapa saja langsung jera.

Kembali pada Giselle. Dia berlari kembali menuju rumah sakit dan menanyakan nomor kamar rawat ibunya karena suster yang menghubungi dirinya berkata jika sang ibu dipindah ruang sejak siang tadi dan baru mengatakan pada Giselle sejam yang lalu tepat hari sudah berganti sore dan ibunya yang sekarat.

"kenapa anda menghubungiku disaat ibu sekarat?!", Giselle mengomel di bagian resepsionis rumah sakit. Dia berteriak cukup keras dan suster yang berjaga hanya memberikan tatapan rolling eye padanya.

"maaf biaya pasien atas nama Himawari Aeri sudah menunggak dan tidak ada bayaran kembali hingga sekarang".

Giselle bingung. Dia jelas sudah memberikan uang kepada ayahnya, uang jajan yang dia tabung dan sebagian dari jual aksesoris karyanya pada teman-temannya. Perkataan suster membuat Giselle meminta bukti pembayaran yang lebih jelas.

'Pasien : Himawari Aeri. Biaya rawat tersisa : 30 juta (belum terbayar)'

Aneh, bukannya biaya rawat semakin mengecil namun nominalnya masih tetap sama seperti awal ibunya dirawat. Jadi kemana uang yang Giselle sisipkan 10 juta pada ayahnya? Giselle membawa kertas tersebut ke ruangan ibunya. Belum sempat memegang knop, sebuah siluet seorang tengah berdiri di ujung ranjang kaki ibunya.

Diamati dengan jelas sosok itu tersenyum dan mengetuk pinggir ranjang memakai map cokelat. Giselle memasuki kamar setelah di lihat jika orang tersebut tamu ibunya. "maaf, anda siapa? teman ibuku?".

Orang itu tidak membalas dan melirik ke arah Giselle atas bawah. Dilihat dari penampilan sepertinya umur orang di hadapan ibunya tidak jauh berbeda, sekitar 35 atau 37 tahun. Map yang Giselle lihat itu dilempar padanya dengan angkuh, "bacalah. baca dengan perlahan".

"a-apa maksudnya ini... anda siapa? kenapa nama ayahku ada disini dan... bukan nama ibuku disampingnya. ini kartu undangan pernikahan".

"the answer is simple. i'm gonna be your dad wife, i mean, second wife. and i'm gonna be your stepmother too" . Orang itu tersenyum dan tertawa setelahnya melihat reaksi Giselle yang menurutnya lucu untuk ditertawakan. Bingung dan terkejut disaat bersamaan.

(TO BE CONTINUED) Pushin' N Pullin || MarkSelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang