( ͡° ʖ̯ ͡°)

3.9K 290 3
                                    

Tak lama setelah itu bian kembali keluar dari kamar nya,berjalan menuruni tangga  masih dengan ekspresi datar nya. Bian melewati mereka.

Saat ingin keluar rumah bian di hadang 2 orang penjaga. Dahinya mengkerut dan menatap kedua orang itu.

" minggir. " ucap bian dingin

" maaf tuan muda ini peri tah dari tuan besar" ucap salah satu dari penjaga itu.

" minggir. " sekali lagi bian berucap namun tak di hiraukan kedua nya.

Dari belakang suara ayah nya terdengar, dan berjalan menghampiri bian. Dengan sesuatu yang disembunyikan di belakang punggung nya.

' sial '

" mau kemana? "

" bukn urusan mu"

" ouh "

Bian bersiap jika sesuatu terjadi kepada dirinya. Bian menatap kedua penjaga itu seperti memberi isyarat untuk menyerang.

Tak ingin tertangkap bian segera mengambil langkah cepat ke samping, dan benar saja kedua penjaga itu mulai menyerang bian. Namun bian yang sudah mengetahui hal itu segera melawan.

" jangan sampai bian lolos! Tangkap anak itu" teriak ayah nya.

" sialan kau " ucap bian yang geram dengan tindakan ayah pemilik tubuh ini.

Walaupun kedua penjaga itu jago bertarung tapi dengan pengalaman yang di miliki bian dulu saat masih menjadi galen yang sudah melakukan tugas tugas nya dengan baik dan rapi, bertarung melawan orang orang yang mencoba menyerang papa nya, melakukan segala cara supaya perusahaan papa nya dari berbagai musuh.

Kali ini hanya dua pemain jaga tak membuat bian gentar sedikit pun. Dengan cekatan bian kampung menunbangkan dua penjaga tersebut. Perkelahian terus terjadi. Bunda dan grand yang melihat kejadian tersebut ingin melerai mereka berdua. Pasalnya saat ini bian dan ayah nya sedang melakukan pertarungan sengit.

Disisi lain ada sosok yang mengintip sambil. Menyungingkan senyum setan nya.

" hahaha lo bakal kalah kali ini "

Kembali ke pertarungan ayah dan anak itu.

Bian terus menyerang ayah nya dengan brutal tak memberikan sedetik pun waktu untuk istirahat. Bunda dan grand pun panik melihat dengan brutal bian menghajar ayah nya sendiri.

" cukup bian! Berhenti bunda mohon berhenti! "

" bang cukup bang jangan lakukan itu lagi kasihan ayah bang" teriak gean.

Bian berhenti dan menatap bunda dan adik nya itu.

" gw gk akan berhenti sebelum kalian sadar, jika sikap dan kelakuan kalian kepada cio sangat keterlaluan. Kalian dengan santai masih tersenyum tertawa dengan anak pungut kalian itu! Sedangkan anak kandung kalian darah daging kalian sendiri tak pernah kalian lihat bagaimana keadaan nya, sampai sekarat pun kalian tetap santai di dini! " teriak bian dengan melihat satu persatu orang, tak melihat keberadaan mio di sana.

" segitu kah kamu membela anak tak berguna itu sampai kamu menyalahkan mio, kenpa kamu membela anak itu bian, apa istimewanya anak itu, ingat karena dia kamu jatuh, karna dia kamu hampir mati, karna anak penyakitan itu yang sangat merepotkan, kenpa gak sekalian nati saja! " ucap bunda nya dengan perkataan yang di lontarkan dari mulut orang yang bian anggap sebagai mama nya.

" bunda sangat keterlaluan. Cio lebih berharga buat bian, cio adalah adik bian adik kandung bian adik kesayangan bian, ANAK KALIAN! anak yang lahir dari rahim wanita seperti mu. Kenapa ada ibu yang tega berkata seperti itu kepada anak nya sendiri, apa lagi dia memerlukan kalian, keluarga, dan kasih sayang, hanya karna aku, bunda menyalahkan semuanya kepada cio, HANYA KARNA CIO SAKIT KALIAN MENGANGGAP NYA SEPERTI HAMA! PANTAS KAH ANDA SEBAGAI IBU NYA BERBICARA SEPERTI ITU! " teriak bian yang bangkit dan menendang ayah nya, bunda nya panik lalu menghampiri sangat suami.

" mio! keluar kau bocah sialan. " teriak bian dengan suara yang membuat siapa pun bergetar.

Mio yang mendengar teriakan itu segera melarikan diri, niatnya dia ingin membuat  bian di hajar keluarga nya sendiri. Namun mio tak menyangka jika bian akan sebrutal itu untuk menghajar seseorang bahkan ayah nya juga ikut di pukuli habis habisan.

" lo ikut gw. Dan kalian jaga mereka berdua, sisanya cari anak itu sampai dapat. Jangan kembali sebelum menemukan bocah itu" perintah bian.

Sebelum nya bian sudah memberikan pesan peringatan kepada teman dan bawahan nya yang di bawah kepemimpinan bian. Dan pesan itu di terima aiden dan marven yang tadi menuju ke kediaman keluarga ramos.

Segera mengumpulkan orang orang untuk berjaga di depan sambil menunggu perintah. Setelah mendapat perintah mereka segera melakukan pencarian.

" bang... " ucap gean pelan, dia tak akan berani membuat abang nya itu marah lagi, sebenarnya gean tak membenci cio, hanya karna satu alasan yang membuat dirinya menjauhi adik nya itu.

Bian menatap gean dengan satu alis terangkat.

" tidak jadi"

Bian hanya cuek tak peduli dia pergi meninggalkan kekacauan itu. Diam diam dia sempat mendapatkan sebuah bayangan di ujung tembok. Namun  bian sengaja tak tau apa apa, dan meminta anggotanya untuk mencari anak itu.

Di depan gerbang sudah ada aiden dan marven, bian menyerahkan sebuah pistol yang berisikan jarum suntik kepada aiden.

" gw nemuin ini tadi di saku ayah gw, dan gw gak tau untuk apa ayah gw nyimpen suntikan ini, dan gw gk tau cairan apa ini, tolong lo selidiki"

" oke, kita ke rumah sakit sekrang"

" ya "

Mereka bertiga kembali ke rumah. Ah sakit. Bian sampai tak peduli dengan keadaan nya sendiri. Dia kepikiran adik nya.

Sesampainya di sana bian aiden dan marven di kejutkan dengan kino yang berlari keluar seperti orang panik.

" ABANG BIAN! "

ketiga pemuda itu menghampiri kino lalu bian menanyakan apa yang terjadi.

" bang cio bang.... " ucap kino membuat perasaan bian menjadi tak enak.

" ada apa kenpa dengan cio" tanya bian dengan wajah panik nya.

" hikss cio...koma bang hiks.. "

" koma...? " ulang bian dengan nada pelan.

Langsung saja bian dan yang lain nya berlari memasuki kamar rawat cio. Mata bian bergetar saat melihat banyak sekalih alat alat medis yang melekat di tubuh cio,  layara monitor di samping menunjukan garis garis bergelombang dan garis zigzag tak beraturan.

" kenpa bisa begini? " tanya bian

" tadi kino sedang ke toilet, kalau bang raka dan geo keluar beli makan, bang gio keluar sebentar buat nerima telfon. Lalu pas kino keluar, ada orang yang sehabis menyuntikkan sesuatu ke dalam infus, dan berlari keluar, bang gio mengejar nya bersama bang raka sama bang geo"

Bian yang menyisakan penjelasan kino merasa kesal karena dirinya terlambat datang.

" marven hubungi raka dan duo G"

" oke"

Bian diam sambil termenung di depan kaca besar di ruangan itu, dirinya menatap pantulan wajah nya sendiri.

' sekali lagi gw kecolongan'
















Maaf jika alurnya jadi amburadul🥺

 𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐀𝐛𝐚𝐧𝐠? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang