Epilog

33 2 7
                                    

~Happy reading~

"Syaqila, jangan manjat pohon, nanti jatuh!"

Mira berusaha untuk mencegah Syaqila kecil memanjat pohon mangga di depan halaman rumah Siti.

Gedebug

"HUWAAAA!"

"Adek!" Juan berlari mendekat pada sang adik.

Dan benar terjadi, Syaqila kecil jatuh dari pohon mangga yang ia panjat sendiri.

"Ya Allah, susah banget sih di bilangin." Mira mengambil Syaqila yang tergeletak di bawah pohon mangga.

Azhar yang sedang bermain bersama Fauzan dengan cepat menghampiri Syaqila saat mendengar tangisan gadis kecil itu. Pria kecil itu mendekat pada Mira dan Juan yang berusaha menenangkan Syaqila.

Azhar kecil meraih tangan kecil Syaqila yang memerah, pria kecil itu juga mengusapnya dengan halus, "Syaqila jangan menangis."

Namun Syaqila kecil tidak kunjung berhenti menangis. Bahkan beberapa orang juga mencoba untuk menenangkannya, tetapi tetap saja tangisan Syaqila kecil tidak juga reda.

Azhar yang melihat Syaqila menangis sesenggukan merasa kasihan dan tidak tega, perlahan kelopak matanya terasa memanas. Tanpa sadar pria kecil itu juga ikut menangis.

"Bunda, Azhar ikut nangis!" Juan, orang pertama yang melihat Azhar menangis menjadi semakin panik.

"Ya Allah, Gus Azhar ikut nangis." Bunda juga ikut panik melihatnya.

Aminah yang sedang menggendong Hilma bayi menyerahkanya pada sang suami yang baru saja keluar dari dalam rumah. "Ya Allah anak Umi kenapa ikut nangis?"

Para pria yang baru saja merokok dan menyeduh kopi dari halaman belakang menatap heran pemandangan di depan mereka.

Firman yang melihat Syaqila menangis pun mendekat dan mengambil putrinya dari gendongan sang istri. "Anak ayah kenapa, hmm?" Tanya Firman penuh sayang.

"Ini ada apa?" Tanya Cahyo yang penasaran.

"Itu mas, tadi Syaqila jatuh dari pohon. Sedangkan Gus Azhar, " Siti tertawa sejenak, "itu dia ikut nangis liat Syaqila nangis."

"Iya toh?" Tanya Zhakir meyakinkan.

"Iya Bi. Ya Allah anakmu punya hati yang lembut, nggak tega liat orang lain kesakitan." Jawab Aminah sembari terkekeh kecil.

Bukanya ikut menenangkan mereka malah terbahak mendengar cerita itu. Entah mengapa tragedi kecil itu terasa lucu bagi mereka.

Fauzan kecil mendekat pada sang Abi. "Abi." Pangil Fauzan kecil.

"Iya nak." Zhakir merundukan dirinya untuk mendekat pada putra sulungnya.

"Kata guru Fauzan kalau kita bisa merasakan perasaan orang lain tandanya kita punya ikatan yang sama dengan orang itu, apa itu benar, Bi?" Tanya Fauzan kecil bada sang Abi.

"Emm." Zhakir terlihat berfikir sejenak. "Mungkin, saat kamu bisa merasakan kesedihan saudara kamu karena kamu punya ikatan darah sama mereka."

"Tapi Azhar sama Syaqila ngga punya ikatan darah, kok dia ikut nangis?" Fauzan menunjuk Azhar yang menangis di pelukan sang Umi.

Pertanyaan Fauzan kecil juga menjadi pertanyaan bagi mereka. Mereka ikut bingung memikirkanya. Mereka tidak mempunyai ikatan darah, bagaimana menjelaskanya.

Ditiga Pertemuan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang