Aku menuruni tangga dengan malas. Aku berharap mendadak Abraham mengabarkan tidak bisa datang karna sakit perut atau bannya kempes. Anggap aku jahat karna aku mendoakan orang lain terkena musibah. Aku hanya bisa mendesah kecewa saat melihatnya sudah duduk manis di meja makan bersama tante Mica dan om Artur. Tante Mica nampak senang melihatku yang menghampiri mereka.
"Nah ini dia princessnya," ucap om Artur.
Aku mengernyit tidak suka dengan panggilan baru yang menjijikkan dari om Artur. Aku melihat Abraham yang berdiri dari tempatnya untuk menyambutku. Ini serius dia akan mengantarku dengan seragam polisinya? Dia nampak tersenyum manis sambil menarik kursi disebelahnya. Untuk menghormatinya terpaksa aku duduk di kursi yang sudah dia tarik untukku. Mungkin bila ada wanita yang melihat sosok Abraham, mereka akan mengatakan aku wanita paling tolol yang pernah ada sampai menolak sosok tampan dan gagah yang selalu menjadi impian setiap wanita. Well, aku tidak terlalu tertarik dengan pendapat orang. Sejak dulu aku terbiasa menyendiri.
"Ahh manisnya, Odhet ambilkan Abraham sarapan. Dia sengaja menunggumu untuk sarapan loh," ucap tante Mica.
Dengan wajah datar aku menatap tante Mica yang melotot kearahku agar aku menurutinya. Perlahan aku membalik piring yang ada di depan Abraham.
"Anda ingin roti bakar, roti yang belum di bakar atau nasi goreng tuan?" ucapku.
"Panggil aku Abraham atau mungkin honey.. baby.. hmm sayang atau darling, baby Odhet. Aku akan makan apapun yang kau berikan, baby Odhet," ucapnya sambil tersenyum lembut kepadaku.
Aku hanya menatapnya dengan datar dan menaruh nasi goreng dipiringnya dengan porsi yang sangat banyak. Aku ingin mengerjainya karna membuat tante dan om bersorak menggodaku.
"Baby Odhet itu porsinya..."
"Tidak apa - apa tante, dia seorang polisi jadi aku yakin butuh asupan yang banyak untuk energinya. Apa lagi dia akan sibuk berdiri di jalan seharian untuk menilang orang," ucapku ketus.
"Waah aku tidak menyangka kau sangat perhatian kepadaku, baby. Kau benar aku akan butuh energi yang banyak, namun aku bukan polisi lalu lintas. Aku hanya menangkap para pembunuh, pengedar narkoba, dan kasus lainnya yang sangat berat. Aku senang dengan perhatianmu, itu artinya kau sudah membuka hatimu untukku," ucapnya dengan percaya diri.
Aku semakin geram saat mendengar suara kagum om dan tante. Dengan kesal aku memakan makananku tanpa menjawab kata - kata Abraham.
*/*
Aku mengecup pipi om Artur yang akan pergi. Tante Mica nampak berat membiarkan om Artur pergi selama beberapa hari. Tante Mica memang selalu sedih saat harus jauh dari om karna dia tidak suka tidur sendiri semenjak menikah. Om Artur memeluk tante Mica yang menangis karna akan di tinggal om Artur.
"Aku akan cepat kembali," ucap om Artur sambil menghapus air mata tante Mica.
Aku menatap mereka yang nampak sangat mesra walaupun usia mereka tidak lagi muda. Aku selalu merindukan kedua orang tuaku saat melihat tante dan om. Air mataku menetes mengingat moment saat orang tuaku masih hidup. Aku menghapus air mataku cepat - cepat saat Abraham sudah berdiri disampingku.
"Om tenang saja, aku akan menjaga mereka berdua selama om tidak di sini. Mereka akan aman," ucap Abraham meyakinkan.
Om Artur mengangguk senang dengan kata - kata Abraham. Aku hanya menunduk menyembunyikan raut sedihku saat kenangan itu masih berputar diotakku.
"Siap berangkat?" ucap Abraham yang membuatku tersentak.
Aku mengangguk pelan tanpa mengangkat wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost soul
ChickLitJiwaku hilang saat aku harus mengalami semua hal yang bahkan kau tak bisa bayangkan seberapa mengerikannya. Aku hina, dan nista karna dendam mereka kepada pria yang mencintaiku dan aku cintai. Aku tidak memiliki keberanian untuk tetap hidup saat hal...