Jivaa Paramarta, pemuda manis berusia 16 tahun itu akhirnya bisa ikut pergi ke luar rumah untuk pertama kalinya dengan mengendarai mobil; sebab sebelumnya ia hanya akan pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jet atau helikopter, jika kamu mengira pesawat atau helikopter yang berjejer di salah satu Bandara itu milik negara, maka kamu salah. Salah satu maskapai yang berada di Bandung itu tidak lain dan tidak bukan adalah milik keluarga Paramarta . Satu dari sekian pesawat, dan helikopter yang berjejer di sana sebagian besar koleksi Jivaa Paramarta. Iya, di usianya yang semuda ini dia sedang berlatih untuk lisensi penerbangan sendiri. Bagaimana caranya? Entahlah mungkin hal-hal seperti ini hanya bisa didapatkan oleh orang-orang beruntung yang berasal dari kalangan old money sepertinya.
Namun, sekarang rasanya berbeda. Jivaa yang biasanya hanya bisa menyaksikan keindahan kota di jarak 3000 kaki di atas permukaan air kini bisa melihat langsung dari bilik jendela mobil. Tiada kata lain yang keluar dari ranum mungilnya selain kata "Woah" dengan mulut yang menganga lebar. Kota kelahirannya lebih Indah dipandang dalam jarak sedekat ini.
"Saya izin keluar dulu sebentar, tunggu disini, ya, prince? Jangan kemana-mana, saya hanya pergi ke gedung itu dan akan segera kembali." Jivaa nampak acuh tak memperdulikan hanya mengangguk seolah paham dengan ucapan asisten pribadinya. Beberapa menit setelah mobil berhenti, ia mulai diselimuti rasa jenuh lantas laki-laki itu memutuskan memainkan iPad nya guna mengusir bosan yang datang, jemarinya dengan lincah memainkan game yang sudah mencapai level tinggi.
Lima menit, sepuluh menit satu level ia lewati dengan kemenangan mutlak. Jivaa membuang nafasnya berat, wajahnya nampak lesu; Rupanya permainan yang sedari tadi ia mainkan tak dapat mengobati rasa bosannya.
Dengan bibir yang mengerucut lucu, mata rubah itu mengedar ke sekeliling dari jendela mobil; hingga manik kembarnya menangkap seekor anak kucing yang sedang tersesat. Kesempatan Emas! Sejak kecil, Jivaa memang selalu gemas dengan hewan-hewan berbulu seperti kucing. Ia tidak bisa menahan rasa gemasnya untuk memegang jika melihat hewan-hewan yang sekiranya ia sukai. Maka dari itu, ia buru-buru membuka pintu mobil dan keluar; total mengabaikan pitawat dari asistennya beberapa menit yang lalu, niatnya sih hanya ingin melihat anak kucing berwarna putih di dekat mobilnya terparkir, tetapi sayangnya, saat jarak sudah dekat, anak kucing tersebut malah berlari menjauh.
"Kitten, tunggu!" Ia berseru mencoba menghentikan anak kucing itu, cagak kembarnya ia bawa berlari untuk mengejar seekor kucing yang tadi sempat ia lihat. Jivaa tak peduli lagi terhadap sekitar, ia terus mengikuti kemana langkah anak kucing itu berlari. Hingga sampai dirinya berhasil menangkap anak kucing yang sudah berhenti di jalanan yang nampak kosong, Pria manis itu meraih seekor kucing di depannya ke dalam gendongannya.
"Kitten gak boleh lari-lari lagi, Jivaa capek ngejar kamu, tauu!" Mulutnya senantiasa mengoceh, kendati demikian lengannya tak berhenti mengelus bulu anak kucing yang cukup kotor.
"Kitten lapar? Mau makan ya? Jivaa punya banyaakk sekali makanan!" Pria itu masih berupaya mengajak anak kucing itu berbicara seakan-akan yang diajak berbicara akan paham dengan apa yang ia katakan. Namun tak berselang lama, raut muka laki-laki itu kembali muram musabab teringat jika ia tidak membawa makanan apapun yang bisa ia berikan terhadap si anak kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tampan! [Hyunjeong]
FanfictionRakshan kira, hidupnya sudah cukup mengejutkan saat mendapatkan hasil pengumuman bahwa ia lolos menjadi mahasiswa universitas top 10 di negara. Ternyata, insiden yang membuatnya bertemu dan terus berurusan bocah cengeng seperti Jivaa Paramarta lebih...