“Pagi Lara” Sapa Tian yang tidak lain adalah kadal buntung versi Lily.
“Pagi” sahutku.
“Diantar siapa?” tanyanya sambil melihat ke arah Ayah yang sudah berlalu dengan motornya.
“Ayah” Jawabku singkat
“Oh diantar jemput orang tua, aku kira pacarmu”
“Bukan, permisi ya mas aku mau keruanganku dulu”
Dia meraih tangan kananku yang kontan saja langsung aku tepis dengan pelan. “Buru-buru banget, aku masih pengen ngobrol”.
“Maaf mas tapi aku kesini untuk kerja bukan untuk ngobrol” ucapku
“Bener juga sih, kalau gitu gimana kalo kita ngobrolnya pas makan siang, mau ya?”
Aku mengangguk singkat, yang dihadiahi Tian dengan senyuman kadal buntungnya.
“Nanti aku jemput ke ruanganmu ya”
“Iya” ucapku sambil bergegas pergi dari sana. Sambil berjalan aku meruntuki kebodohanku yang menyetujui ajakan makan siangnya, bisa mati aku jika Lily dan Winda tau.
###
“Dilara” Suara teriakan melengking itu terdengar bersamaan dengan Lily dan Winda yang memasuki ruangan. Tamat sudah riwayatku.
“Iya kakak-kakakku yang cantik” Sahutku dengan riang.
“Gausah kamu puji-puji kita, kamu terima ajakan makan siang dari Tian?”
“Kakak tau darimana?”. Aku membekap mulutku yang sembarangan bicara ini.
Lily dan Winda berdecak sebal. “ Jadi bener, tadinya aku ga mau percaya pas si Dini bilang Dilara kemakan rayuan Tian” Ucap Winda.
Nenek sihir kurang ajar. Darimana dia tau tadi aku bertemu dengan Tian, seingatku tidak ada dia disana.
“Dila, Dila, udah aku bilang jangan sampe kemakan rayuan kadal buntung” Ucap Lily
“Dia ga ngerayu aku kok, cuma ngajak makan siang aja” Sahutku sambil terkekeh.
“Sama aja, pokoknya aku ga mau tau kamu harus batalin”
“Iya deh aku batalin”
“Bagus anak pinter, dede gemes kesayangan aku ga boleh deket-deket sama kadal buntung itu ya” Winda mengelus kepalaku dengan tidak sabar.
Daripada harus mendengar ocehan panjang dari 2 kakak senior kesayanganku ini seharian lebih baik aku turuti saja apa yang mereka bilang, urusan Tian nanti menjemputku keruangan akan aku pikirkan belakangan.
###
Tepat pukul 12 lewat 5 menit, Tian sudah bersandar disamping pintu ruanganku yang terbuka dengan senyum lebarnya. “Lara cantik, yuk kita jalan”. Ucapnya yang sontak membuat seisi ruangan menoleh.
Aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal, bagaimana ini Tuhan. Aku melirik kearah Winda dan Lily yang sudah bersiap berdiri menghampiri Tian dengan tanduk yang sudah muncul diatas kepala.
Buru-buru saja aku berdiri mendahului mereka. “ Aduh, maaf ya mas aku lupa kalau sudah janjian makan siang sama kak Lily”.
“tadi kamu bilang mau lho makan siang sama aku” Sahutnya.
“Maaf mas, aku bener-bener lupa udah ada janji.”
Laki-laki itu menghela napas panjang. “ga bisa dibatalin apa, kan kamu bisa setiap hari makan sama Lily, sementara sama aku belum tentu besok-besok kamu bisa”
KAMU SEDANG MEMBACA
D I L A R A
Romanzi rosa / ChickLit"Mari jalani hidup dengan haha hihi walaupun dalam hati ampun-ampun" - Dilara **** Dilara, dibalik senyum dan tawanya dia menyimpan banyak beban dan luka. Mari menyelam lebih dalam lagi ke kehidupannya.