- Sabtu siang, kediaman mama Tia / rumah Wina -
Hari ini ulang tahun Wina (dan Arsa), di meja makan sudah tersaji berbagai makan dan kue ulang tahun di depan Wina duduk, tentu saja ada Arsa dan Mami-Papi juga.
Hari ini jadwal mereka merayakan ulang tahun di rumah Wina, tidak seperti biasa acaranya hanya makan siang bersama atas permintaan Wina dan disetujui Arsa.
Semuanya terlihat bahagia, tidak terkecuali Wina dan Arsa. Membicarakan masa lalu, cerita Wina dan Arsa saat kecil hingga saat ini yang menginjak usia 17 tahun.Acara makan sudah selesai, para orang tua sedang minum teh di halaman belakang. Kedua anak mereka sedang menghabiskan waktu bersama di kamar Wina.
"Sa, ini kado lu." Wina memberikan kotak kado pada Arsa. Jaket lagi. Padahal jaket Arsa udah banyak, dan sebagian besar juga kado dari Wina. Ga kreatif banget pikir Arsa.
"Thanks. Ini kado lu." Arsa menyerahkan kotak kecil, dan ternyata isinya kalung. "Gue bingung ngasih apa, lu belum bilang mau apa jadi gue beliin itu." Ungkap Arsa lagi
"Ih Arsa, makasih. Kadonya bagus. Pakein doong!" Wina berbalik membelakangi Arsa, memintanya untuk memasangkan kalung tersebut. Cantik. Satu kata yang tertahan saat Arsa melihat Wina memakai kado pemberiannya.
"Hehe sama-sama, syukurlah lu suka. Jadi kemarin tuh lu minta apa, karna gue udah janji bakal gue kabulin. Seneng kan lu?" Tebak Arsa
"mmm, anu. Aduh gimana ngomongnya ya." Wina bingung cara bilang ke Arsa
"Apa anjir, bilang aja." Arsa jadi penasaran sebenarnya Wina mau minta apa kok sampe serius gitu mukanya.
"Jangan di sini ya, ada bokap nyokap kita di bawah. Ke rumah lu aja ya!" Pinta Wina menggigit bibir sambil memegang tangan Arsa gugup
"Ya bilang aja sekarang, ngapain mesti ke rumah gue. Ga ada orang anjir." Jawab Arsa lagi, tambah bingung.
"Aah rumah lu aja. Ayuuuk." Wina menarik paksa tangan Arsa ke halaman belakang. Berpamitan pada kedua orang tua mereka, bilangnya sih mau main di rumah Arsa aja soalnya mau nonton leluasa. Orang tua mereka percaya aja, toh emang di rumah Arsa ada studio dan kadang jadi bioskop mini kalau teman-teman Arsa main.
Arsa pasrah ditarik Wina ke rumahnya, dia masih clueless soal permintaan Wina. Di sinilah mereka, duduk sebelahan di sofa kamar Arsa. Wina masih diam, menggigiti bibirnya gugup. Dan Arsa sabar menunggu walaupun penasaran setengah mati. Ga biasanya Wina kaya gini.
"Jadi, apa? Ini kita udah setengah jam kaya gini." Arsa membuka suara, menatap Wina yang menghadap ke arah depan dan melihat ke arah tang mereka yang masih bertautan.
"Eheeem." Wina membersihkan tenggorokannya, kemudian menghadap Arsa. "Jadi kan kita sweet 17 yaa?"
"Oke" Arsa menjawab seadanya
"Gue tuh punya WL kalo sweet 17 bisa punya pacar." Ucap Wina menatap Arsa pasrah. Arsa mengangkat satu alisnya sebagai kode untuk melanjutkan.
"Dan gue pengen dapet first kiss gue pas sweet 17." Lanjut Wina sambil menunduk, masih dengan tangannya yang memegang tangan Arsa. Arsa jelas kaget, melotot ke arah Wina. Dia ga salah denger kan? Ini Wina ngelindur apa gimana. Arsa masih diam menunggu kelanjutan Wina berbicara, siapa tau dia dikerjai kan gatau ya. Tapi Wina diam saja, masih menunggu respon Arsa.
Wina akhirnya mendongak, dilihatnya Arsa yang menatap Wina tak percaya."Kok lu diem aja? Jawab dong, menurut lu gimana!" Tanya Wina sambil menggoyang-goyangkan tangan Arsa yang ada di genggamannya.
"Gue harus jawab apa anjir? Lu ngigo ya? Atau mau ngerjain gue?" Tanya Arsa penuh selidik
"Ckk, gue serius. Mau ga lu wujudin WL gue?" Wina menatap Arsa serius, agak kesel sama otak bloonnya Arsa padahal Arsa kan pinter. Resiko jomblo dari lahir gini nih, ga peka. Omel Wina dalam hati. Padahal ia sendiri juga jomblo dari lahir.
"Eh, tapi lu udah janji ya bakal kabulin. Jadi lu ga boleh nolak." Ucap Wina lagi sambil menunjuk Arsa penuh kemenangan.
"Ya lu mikir aja Win, ciuman kan yang terlibat dua orang. Lu yang bener aja." Arsa agak frustasi, masalahnya dia tuh suka sama Wina. Nanti kalo abis ciuman dia baper dan Winanya biasa aja kan dia juga yang sakit hati sendirian. Wina enak cuma mau ceklis WL dia doang. Apa kabar hari Arsa.
"Tapi kan lu udah janji seminggu yang lalu. Lu lupa? Tadi juga lu udah bilang mau nepatin. Ya ya ya ya?" Wina merayu Arsa dengan suara khas anak kecilnya. Biasanya cara ini ampuh, dan Wina kepalang malu. Walaupun Arsa gabbalik naksir, Wina gapapa asal first kiss di sweet 17nya Arsa. Begitu pikir Wina.
Dua remaja itu akhirnya saling diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Arsa yang pertama kembali bersuara."Lu pengen banget ciuman, Win? Kenapa gu? Kenapa lu ga ciuman sama orang yang lu suka aja? Gue gamau lu nyesel!" Arsa menyuarakan isi pikirannya, biar saja hatinya sakit tapi Arsa pikir Wina harus bahagia di hari ulang tahunnya.
Wina menengok, melihat Arsa menunduk dengan wajah yang menurut Wina terlihat sedih. Kenapa juga Arsa harus sedih?
"Ya gue maunya sama lu, lu ga suka ya sama gue? Lu lagi naksir orang? Siapa? Lu takut nyesel ya kalo orang yang lu suka tau terus kecewa sama lu?" Wina pikir mungkin Arsa sedih karena mikirin cewek yang Arsa suka, dn Wina tida tahu itu siapa. Tapi Wina jadi sebel kok Arsa ga pernah bilang kalo naksir cewek. Wina hampir menangis, ah dia kayanya bakal patah hati kalo Arsa beneran suka sama cewek lain. Tapi kata Karin, Arsa suka sama Wina. Apa tebakan Karin salah?
"Ga gitu Win, maksud gue elu. Gue takut lu yang nyesel." Ucap Arsa frustasi. Kemudian berbisik "gue mah suka kalo sama lu, lu-nya yang ngga." Dan tertangkap dengar oleh Wina.
"E-eh?''
"E-eh?"
Keduanya kaget dengan penuturan tersebut, Arsa tidak bermaksud menyuarakan isi hatinya. Dan Wina sudah tersenyum sumringah dengan ucapan Arsa tersebut.
"Euh, maksud gue ga gitu Win. Duh! Win, maksud gue.." Arsa gugup, dia bingung gimana harus menjelaskannya.
"Oke, gue juga suka sama lu." Jawab Wina mantap. Arsa melotot tidak percaya. Dan Wina mengangguk. Arsa refleks memeluk Wina erat. Dia senang ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Wina memeluk balik Arsa erat. Dan berpikir, "yes first kiss di sweet 17nya akan terlaksana."
Wina mengulum senyum, pelukan mereka terlepas. Arsa masih salah tingkah mukanya merah sampai ke telinga. Duh Wina jadi gemes. Mereka duduk bersebelahan dengan tangan saling menggenggam, hening tak ada yang bersuara.
Wina kemudian bersandar dn menghadap Arsa, menatap wajah Arsa dari samping. Akhirnya Arsa melakukan hal yang sama. Mereka saling tatap, Arsa mulai mengikis jarak hingga hidung keduanya bersentuhan. Wina menutup mata, dadanya berdebar karna wajah Arsa begitu dekat dan merasakan nafas Arsa di wajahnya. Arsa tersenyum kemudian mengecup pipi Wina kilat. Wina membuka mata heran, Arsa tersenyum jahil. Keduanya tertawa, merasa aneh tapi juga bahagia dengan kejadian barusan.
Wajah mereka masih dekat walau tidak sedekat tadi, sekarang Wina yang mendekat, menggesekkan hidungnya di hidung Arsa, meniup jahil mata Arsa yang menatapnya. Yang dibalas dengan kelitikan Arsa di pinggang Wina, membuat Wina berbaring dan meringkuk di sofa mencoba menghindari kelitikan Arsa. Keduanya tertawa, dengan posisi Wina di bawah dan Arsa yang mengungkung Wina. Dada berdebar, nafas tersengal. Keduanya saling tatap, Wina sedikit menarik badan Arsa untuk memeluknya kemudian berbisik, "thanks ya Sa, udah jadi sahabat seumur hidup gue. Gue sayang banget sama lu, jangan berubah dan tinggalin gue ya." Wina agak mellow, tapi Arsa cuma menjawab "gue juga sayang banget sama lu." Sambil mengusap rambut Wina sayang, kemudian mengangkat wajahnya menatap mata Wina lalu bibirnya, kembali ke mata dan menatap bibir Wina lagi. Jarak keduanya mendekat, Arsa mulai menempelkan bibirnya di atas bibir Wina, mengecup pelan, memiringkan kepala dan mulai memberikan lumatan-lumatan kecil yang dibalas serupa oleh Wina. Arsa mengangkat wajahnya, kembali mengecup bibir Wina beberapa kali dan mengecup seluruh wajah Wina main-main yang dibalas gelak tawa keduanya.-the end-
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet 17 - Asahi x Winter (snowsun)
FanfictionWina tuh punya wishlist, saat ulang tahunnya yang ke-17 dia bisa merasakan yang namanya first kiss sama pacarnya. Tapi masalahnya adalah Wina jomblo dari lahir, satu-satunya cowok yang deket sama Wina cuma Arsa. Sahabat seumur hidupnya, tetangganya...