Bonchap - 20th for us

364 14 0
                                    

- di kamar Wina, masih di malam ulang tahun Wina & Arsa -

Arsa masih dengan upaya meredakan gairahnya, sesekali mengecup pelipis Wina yang ada di pelukannya. Namun tanpa disangka Wina malah yang kelewat pengen.

"Kalo kamu gamau cium aku lagi, aku aja yang cium kamu." Wina mencoba menyuarakan pikirannya. Melepas pelukan Arsa dan bangun terduduk, menatap Arsa yang menatapnya heran.

Wina menunduk, memposisikan wajahnya di atas wajah Arsa. Mencium bibir Arsa perlahan, setelah dirasa ada balasan, Wina mulai bergerak secara agresif, naik ke atas tubuh Arsa dan duduk di atas perutnya. Mereka kini berciuman dengan lidah, terdengar suara kecipak mulut beradu dan sedikit lenguhan di dalam kamar. Tangan Arsa merambat masuk, mengelus punggung Wina yang terasa halus dibalik piyamanya. Tanpa sadar Wina semakin bergerak acak dan bokongnya mengenai gundukan di pangkal paha Arsa yang membuat Arsa melenguh menahan desahannya.

"Wah kamu horny?" Wina menunjuk celana Arsa yang mengembung.

"Win, aku udah bilang kalo dilanjutin ga bakal bisa berhenti. Dan kamu malah mancing-mancing."

"Aku ga mancing, aku cuma cium."
Wina menjulurkan lidahnya.

Dengan sedikit kesal, Arsa membanting Wina ke ranjang, ia kembali mengukung tubuh Wina. Menahan kaki Wina di kedua sisi pahanya, mulai mengecup sisi kiri leher Wina disertai hisapan dan menjilatnya kemudian. Wina memejamkan matanya, membiarkan apapun yang Arsa lakukan pada lehernya. Tangannya menarik kepala Arsa untuk semakin mendekat, meremas rambut Arsa untuk menyalurkan perasaannya. Rasanya geli namun nikmat hingga Wina meloloskan desahan tanpa bisa ia tahan. Arsa mengangkat wajahnya, menatap Wina yang sedikit berantakan akibat ulahnya. Kancing piyama Wina yang terbuka, dengan banyak bercak merah di leher hingga dada Wina. Arsa kalang kabut, ia sudah dikuasai nafsu dan Wina yang terlihat pasrah adalah kombinasi sempurna.

"Sumpah Win, kalo kamu ga ngijinin aku bakal berhenti sekarang."

"Aku suka waktu kamu ciumin leherku, lagi Sa di sini." Wina berbicara pelan namun yang ada di kepala Arsa, Wina sedang menggodanya.

"Kenapa ga kamu coba cium leherku juga?"

"Boleh?" Wina bertanya sambil mengusap pelan leher Arsa.

"Sure" Arsa berbaring, kini Wina kembali duduk di atas perutnya memberikan kecupan-kecupan kecil di leher Arsa. Mengingat-ingat apa saja yang dilakukan Arsa tadi, Wina mulai menggigit, menjilat dan menghisap kencang leher Arsa hingga Arsa mendesah nikmat.

"Iya win good, lagi sayang." Arsa meracau memberikan pujian atas ciuman Wina di lehernya.

Arsa berkeringat, dan berinisiatif untuk membuka bajunya karena gerah. Arsa kini topless, Wina kembali menundukkan wajahnya menciumi area dada Arsa dengan tangan yang menggerayangi perut rata Arsa.

"Win, emut."

"Apanya?"

"Pentil aku."

"Hah? Biar apa? Emang enak"

"Enak Win, kamu mainin kaya gini satunya kamu emut."

Wina terlihat ragu, masa ia nyusu sama cowok?

"Kok malah bengong? Sini aku contohin" Arsa bangun, masih dengan Wina yang duduk dipangkuannya. Membuka semua kancing piyama Wina. Saat akan membuka bra Wina, Wina menyilangkan tangannya. Ia malu tapi Arsa juga sudah toppless, jadi apa bedanya?

"Kamu mau langsung mainin pentil aku, apa aku contohin? Aku jamin bakal enak."

Wina menatap mata Arsa, mencari kebohongan di sana. Ia sedikitnya takut Arsa hanya menjahilinya saja. Mana ada nyusu tanpa keluar susu itu enak.

Sweet 17 - Asahi x Winter (snowsun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang