04.

9 5 0
                                    

Hari sudah mulai larut malam, setelah mengobrol lumayan panjang dengan orang tua Kinara, Alvias pun berpamit pulang. Saat Kinara sedang mengantar Alvias ke teras, sebuah mobil putih nampak terparkir dihalaman rumah yang megah itu. Alvias pun berlalu tanpa memperdulikan mobil putih itu.

"Siapa yang bertamu malam-malam kayak gini ? Udah jam sembilan juga." gumam Kinara lirih.

Nampak si pengendara mobil membuka pintu mobilnya, seorang laki-laki yang dia kenal turun dari sana. Gus Nazam ? Ada perlu apa dia kesini ?

Dengan pandangan tertunduk, Nazam memberi salam dan Kinara membalasnya.

"Maaf, apa orang tuamu ada dirumah ?"

"Ada Gus, silahkan masuk." Kinara membawa Gus Nazam masuk, lalu mempersilahkannya duduk.

"Bentar, saya panggilin dulu."

Gus Nazam mengangguk sebagai jawaban, setelah memanggil orang tuanya, Kinara pun menuju dapur untuk membuat minuman.

"Ada apa mas, tumben mas Nazam bertamu malam-malam." tanya Abi setelah berbasa-basi.

Nazam tersenyum tipis, lalu berkata. "Maaf saya menganggu waktu Umma dan Abi, saya kesini diutus Abi saya karena suatu hal."

Memang orang-orang yang sudah kenal lama dengan keluarga Kinara, terutama dengan orang tua Kinara akan memanggil orang tuanya dengan sebutan Abi dan Umma, sama seperti Kinara memanggil orang tuanya.

Kinara menyuguhkan minumannya, lalu mengantar balik nampannya ke dapur dan lanjut pergi ke kamar.

"Lanjut ngerjain tugas lagi deh," ujarnya, lalu duduk di meja belajar.

Kinara pun mulai menulis. Setelah kurang lebih 30 menit berlalu, Kinara sudah selesai dengan tugasnya, dan bersiap untuk tidur. Saat hendak membaringkan tubuhnya, Kinara melihat sebuah bingkisan yang dia terima beberapa hari lalu.

"Gue belum buka paper bag dari Nazam, kira-kira isinya apa, ya ?" gumamnya penasaran, lalu mengambil paper bag itu dan kembali duduk di kasur.

Kinara mulai mengeluarkan isinya satu persatu, betapa terkejutnya dia ketika melihat isinya. "Masyaallah sebanyak ini dia kasih gue ?"

Ya, isinya ada gelang, gantungan kunci, seperangkat alat sholat dibayar tunai. Eh maksudnya, ada alat sholat ada Al-Qur'an custom, nampak tertulis indah nama Kinara disana, dan masih banyak lagi oleh khas Tarim yang Gus Nazam bawakan.

"Hah, ini apa ?" Kinara bingung setelah melihat sebuah kemasan yang seperti wadah liptint.

"Hah, ini apa ?" Kinara bingung setelah melihat sebuah kemasan yang seperti wadah liptint

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mana banyak, coba tanya Umma deh. Tapi Gus Nazam udah pulang, belum ya ? Gue tanyain besok aja deh."

Saat tengah asik memperhatikan barang-barang, Kinara dikejutkan dengan kedatangan Umma yang secara tiba-tiba.

"Astaghfirullah hal adzim Umma, Umma ngagetin Kina tau."

Umma tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Lagian Umma udah panggil-panggil kamu, kamu nggak nyahut. Umma lebih kaget liat kamar kamu berantakan kayak gini. Barang-barang dari siapa ini, dari laki-laki ?"

Kinara menyengir kuda, lalu menjawab. "Iya Umma. Ini semua dari Gus Nazam, ini juga belum Kina buka semua."

"Banyak sekali, kenapa kamu terima nak ? Umma takut ngerepotin kalo kayak gini."

"Gus Nazam ngasih waktu ada acara dirumahnya kemarin Umma, Aku udah tolak tapi Gus Nazam maksa buat terima."

Umma pun ikut melihat apa saja isi paper bag itu. Terkejut ? Jelas, paper bag itu ternyata berisi banyak sekali oleh-oleh khas Arab dan Tarim.

Kinara teringat apa yang ingin ia tanyakan tadi.

"Umma ini apa ? Kina balum tau." tanya Kinara, lalu memberikan wadah yang dia maksud.

"Ini celak nak, ini celak khas Tarim."

Kinara mengangguk paham, lalu merogoh isi paper bag nya lagi, lalu dia mengeluarkan sebuah toples yang berisi seperti batu.

"Batu ?" gumam Kinara.

"Tapi itu tulisannya coklat, mungkin coklat bentuk batu, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tapi itu tulisannya coklat, mungkin coklat bentuk batu, sayang." ujar Umma.

Kinara membukanya lalu menyodorkan ke arah Umma supaya mencoba juga.

Kinara juga ikut mencobanya. "Enak banget."

Umma mengangguk lalu tersenyum kecil. "Kina lanjutkan besok, ya ? Sudah malam, besok kan sekolah."

Kinara mengangguk, lalu membereskan barang-barangnya.

"Selamat malam, puteri Umma."

"Malam Umma."

Kinara pun bersiap untuk tidur, lampu sudah dimatikan oleh Umma yang menyala hanya lampu tidur dan lampu hias.

"Besok masih ada barang yang harus diliat lagi, banyak banget sih yang dia bawa gue takut ngerepotin. Isi paper bag segede itu dan sebanyak itu pasti nggak murah." dialognya.

***

Adzan subuh sudah berkumandang, Kinara langsung bangun dari tidurnya lalu bersiap untuk sholat berjamaah bersama Umma dan Abi nya.

Selesainya sholat, Abi memberitahu jika Abi diajak untuk berziarah ke makam kakek dan nenek nya Gus Nazam sekaligus guru Abi di pesantren dulu.

"Kinara nggak bisa ikut Umma, Abi, Kinara mau pulang telat karena ada pembahasan reorganisasi habis kelas selesai."

"Kalau gitu, Umma nggak jadi ikut Abi ziarah, ya, bi. Umma mau temenin Kinara." kata Umma.

"Yah, padahal Abi nggak mau sendirian." keluh Abi.

"Umma ikut aja nggak papa, dirumah kan ada bibi sama pak satpam." balas Kinara.

"Kamu yakin, sayang ?" tanya Umma memastikan.

"Yakin Umma, tenang aja."

Abi nampak senang dan seketika terukir wajah sumringah ketika mendengar kalimat Kinara.

JODOH UNTUK KINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang