03.

7 6 0
                                    

Hari sudah petang, kelas pun sudah selesai. Kinara sedang menunggu Abi nya di pintu gerbang sekolah.

"Kin, lo yakin nggak mau nebeng gue aja ?" tanya Manda dari atas motornya.

"Yakin Man,"

"Ya udah kalo gitu, gue duluan, ya ?"

"Iya, hati-hati Man." Manda pun berlalu.

Setelah beberapa saat, sebuah pengendara motor Ninja 250R warta hitam, berhenti di dekatnya. Cowok itu menjadi perhatian cewek cewek, apalagi saat dia membuka helmnya.

"Sayang, kita pulang bareng, yu !" ajaknya bersemangat.

Kinara hanya celingukan untuk memastikan apa ada orang lain di sampingnya, lalu Kinara pergi menjauh dari cowok itu. Iya, dia Alvias.

"Loh kok aku ditinggal sih, sayang ?!" teriak Alvias, lalu turun dari motornya dan berlari menyusul Kinara.

Alvias berusaha meraih tangan Kinara dan sebaliknya, Kinara selalu melepas genggaman Vias dari tangannya.

"Ay, ay, kamu mau kemana sih ?" tanya Via, lembut seakan penuh perhatian.

"Ngapain sih, Vi ? Kurang kerjaan lo ?" Kinara pun mulai emosi.

"Ayo kita pulang bareng, nanti gue beliin apapun yang lo mau."

"Nggak, makasih." Kinara nampak menghubungi seseorang.

"Lo mau telpon siapa sih, ay ?" Vias berusaha meraih hp Kinara, namun Kinara menghindarinya.

"Bukan urusan lo."

Tak lama, sebuah mobil hitam berhenti di tepi jalan. Itu mobil milik Abi nya Kinara. Huuh, untung saja beliau datang diwaktu yang tepat.

"Mobil siapa nih ?" gumam Vias.

Kinara pun masuk dan mobil pun mulai berjalan. Vias buru-buru menghampiri motornya lalu mengikuti mobil Kinara.

Tanpa Kinara sadari, Alvias mengikutinya hingga dia sampai rumahnya.

"Mewah juga." ujar Vias dari luar gerbang rumah Kinara, lalu dia pergi.

***

Malam pun datang, terlihat Kinara sedang fokus mengerjakan tugasnya dimeja belajar. Namun, kefokusan Kinara teralihkan ketika sebuah nada dering telepon dari hpnya berbunyi.

Kinara memutar bola matanya malas, lalu mengangkat teleponnya. "Maaf, ini siapa ?"

"Ini pacarmu, sayang." balas suara terdengar dari seberang sana.

Kinara langsung mematikannya, lalu bergumam. "Dapet nomer gue darimana coba ?"

Tak lama, hp itu pun mulai berdering kembali 2 atau 3 kali, Kinara masih membiarkannya, namun di panggilan yang keempat Kinara mengangkatnya.

'Mungkin dia mau nanya soal mapel.' batin Kinara.

"Apa ?"

"Ay aku kangen, ketemuan yo, aku jemput."

"Nggak. Stop ganggu gue !" Kinara langsung memutuskan panggilan itu, lalu memblokir nomer hpnya.

Mood Kinara sedang tidak bagus saat ini, ia menutup bukunya lalu berbaring ditempat tidurnya.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara Umma memanggilnya dari bawah.

"Kinara, ayo turun pakai kerudung kamu. Ada temenmu dateng !"

Kinara berdiri dari tidurnya, lalu menjawab. "Iya Umma, sebentar."

Setelah Kinara sampai diruang tamu, alangkah terkejutnya dia ketika melihat sosok cowok itu. COWOK ITU ! Ya, itu Alvias.

"Umma buatin minum sebentar, ya ?"

"Iya tante." Umma pun berlalu, hanya menyisakan Kinara dan Alvias.

"Tau darimana alamat gue ? Ada perlu apa lo kesini ?"

"Sayang, kan aku udah bilang, aku kangen sama kamu."

"Gue geli, mending lo balik sekarang. Gue nggak mau liat muka lo."

Umma datang membawa 2 gelas minuman dan tak sengaja mendengarkan kalimat putrinya itu.

"Nggak boleh gitu sama tamu kita, sayang. Dia temenmu, dia juga baru sampai, masa kamu sudah suruh dia pergi. Nggak boleh gitu, nggak sopan." kata Umma sambil menyajikan minumannya.

Saat Kinara hendak menjawabnya, Alvias terlebih dahulu membuat cerita.

"Nggak papa kok, tante. Tadinya niat saya kesini, saya mau minta salinan soal pr tadi, sama mau pinjem buku, soalnya saya murid baru. Tapi kalo Kinara nggak ngizinin juga nggak papa kok, tan."

Kinara terkejut mendengar penuturan dari mulut Alvias. Apa ? Tugas dan buku ? Nggak salah.

"Kinara jangan begitu, nak. Ayo bantu temenmu, siapa tau suatu saat nanti kamu butuh bantuan dia."

Kinara membuang nafasnya berat, "Gue bakal kasih salinan soalnya, tapi gue belum bisa kasih buku mapel yang ada pr nya. Lo bisa fotocopy dulu buku mapel gue yang lain."

Umma pun duduk, lalu mengajak Alvias berbasa-basi. Kinara pergi ke kamarnya lalu kembali dengan beberapa buku dan menaruhnya diatas meja.

"Oh iya, Kin, kalo kamu nggak kasih aku liat soalnya terus gimana ? Soalnya aku tadi sakit di UKS."

Lagi dan lagi Kinara memutar bola matanya malas. 'Sakit ? Di turutin Allah, mampus lo.' batinnya.

Kenyataannya berbanding terbalik, nyatanya Vias tidak sakit sakit, dia juga ada didalam kelas, bahkan Vias mengganggunya.

"Oh iya Kin, lo blok nomer gue, ya ? Kok gue nggak bisa hubungin nomor lo ? Gue bingung Kin mau minta tolong ke siapa, gue kan murid baru jadi belum akrab sama yang lain."

'Ya Allah boleh ngomong kasar nggak sih ? Kalo nggak ada Umma, udah gue tendang lo dari sini.' batin Kinara.

JODOH UNTUK KINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang