Seorang gadis ayu tengah melangkahkan kakinya menuju panggung, terdengar tepuk tangan yang bergema di seluruh ruangan itu. Ia tampak berseri dan menyebarkan senyuman hangat miliknya. Sambil sedikit membungkuk sebagai bentuk penghormatan kepada mereka.
Dengan memakai seragam sekolah yang rapi serta blazer, ia benar-benar merasa bersyukur, semua orang-orang yang telah menjadi inspirasi baginya. Sampai titik ini, ia tidak sendirian.
Beban perjuangan yang dia hadapi sudah terbayar, meski terkadang masih merasa membeku saat menerima penghargaan tersebut. Tangannya sempat bergetar, ucapnya pun sempat gugup.
Kiara Alesha, ia menjadi juara pertama lomba menulis cerpen di tingkat nasional. Ini merupakan lomba pertamanya di bangku sekolah menengah pertamanya. Wajar saja ia gugup, 'kan?
Dengan keberaniannya seadanya, Kiara sedikit melangkah lagi ke mikrofon dan berucap, "Terima kasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena ridhonya juga saya dapat melewati dan mendapatkan semua ini. Yang kedua, terima kasih banyak untuk semua guru dan teman-teman yang mendukung saya. Dan juga untuk nenek saya. Ini piala dan piagam milik kita bersama!"
Setelahnya, semua insan ikut senang dalam kemenangannya. Ikut dalam bersorak-sorai serta bertepuk tangan untuk kamu, Kiara Alesha.
Kiara mengajak guru serta teman-temannya naik ke panggung untuk foto bersama. Mereka mengabadikan momen yang spesial dengan senyuman manis. Kamera menangkap kebanggaan dari segala insan, juga kenangan indah yang melekat.
୨𔓕ׂ ─────── ㅤ✿𝅼 ˙
Foto dalam album itu ia usap perlahan, semua foto yang tertata rapi dan baik. Kiara kembali membuka dan melihatnya. Mungkin, bisa menjadi penyemangat hidupnya lagi. Karena baru saja neneknya tiada beberapa hari yang lalu.
Seorang wanita baya yang lemah lembut bicaranya, dan selalu memberinya kesempatan untuk tersenyum. Nenek menyembuhkan beberapa trauma yang Kiara dapat. Hingga, saatnya Kiara tepat berumur 16 tahun, neneknya meninggal.
Kini, hidupnya terasa benar-benar sendirian.
Jika kalian bertanya bagaimana soal Ayah dan Ibunya, maka Kiara mungkin akan muncul sedikit rasa sedih.
Tuhan memilih untuk Kiara menjalani hidupnya dengan nenek. Mungkin juga itu sudah yang terbaik. Kiara juga merasa, daripada memilih antara dua orang dewasa egois itu, Kiara kecil lebih baik bersama nenek.
Dan faktanya, Kiara sebenarnya kurang pintar, tapi, ia rajin dalam mengejar sesuatu. Setelah peristiwa pisah yang membuatnya menangis tujuh hari tujuh malam itu, Kiara bahkan lebih rajin daripada sebelumnya.
Kiara selalu ingat, kalau Ayah dan Ibunya akan senang kalau dia pintar. Kiara mau melakukan apa saja agar bisa kembali seperti keluarga yang dulu. Sayangnya, ini seperti kaca yang pecah dan tidak bisa disatukan lagi. Meski bisa, tidak sempurna seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Percik Delusi
Teen FictionKiara Alesha, terlihat paripurna menjalani hidupnya. Sosok berparas cantik nan ayu, prestasinya pun cemerlang, mencerminkan nama "Kiara" yang berarti bersihar. Orang yang melihat ia dari kilasan saja mungkin akan muncul sedikit rasa iri, 'kan? Tapi...