Jangan buru-buru, dihayati dulu.
"Ken, udah belum?"
Di sebaris rak paling ujung sebuah toko, Keno tampak kebingungan dengan segala barang yang berjejer rapi di tempatnya. Yang jelas ia bukan memikirkan tentang harga, toh kalau mau ia juga bisa sekalian memborong semua pernak-pernik baik mahal atau murah di toko ini. Atau mungkin membeli mall-nya saja?
Sedangkan di bagian kasir, Renzi setengah emosi menunggu sepupunya yang tidak juga memperlihatkan batang hidung. Bukannya apa, Ren sudah kaku berdiri terus, sebenarnya ia juga ikut mencarikan apa yang cocok untuk Kiera. Tapi setiap ia tawarkan Keno selalu bilang, "Kiera bukan cewek, mana mau itu."
Lelah memutari mall, Keno akhirnya masuk ke sebuah toko yang dalam pemikiran Renzi cukup menyeramkan. Alhasil Renzi bilang lebih baik ia menunggu di bagian kasir saja. Selain lelah ia juga takut. Tapi nyatanya hal itu malah tambah membuat ia kesal karena Keno tetap lama mencari barangnya.
"Itu cowok nyari apaan sih? Lama amat! Mana nih toko serem banget kek rumah dukun." Sambil mengusap tengkuk yang mendadak merinding, mata Renzi berpendar ke segala sisi bangunan, ada banyak barang tak lazim yang pastinya tidak mungkin dibeli seorang perempuan.
"Mau hadiah apa, Mas?"
Spontan Renzi terbelalak, seorang wanita berpakaian layaknya nenek sihir dalam novel bergenre fantasi, menyambutnya dari pintu samping kasir.
"Nunggu temen, Mbak." Jawab Renzi takut-takut.
"Oh, temen Mas yang pake jaket itu ya? Dari tadi saya liat dia mondar-mandir di rak sana, nyari apa sih Mas?"
Ada perasaan lega tersendiri ketika Renzi mendengar ucapan wanita itu, penampilannya memang menyeramkan tapi dari cara bicaranya Renzi dapat melihat sifat asli si wanita. Ia pasti seseorang yang mudah bergaul serta asik diajak ngobrol.
"Nyari hadiah Mbak buat gebetan,"
"Lho, kok nyarinya di sini?" wajah wanita itu terlihat agak kaget.
"Mana saya tau, dia yang nyari. Tadi kita udah mampir ke beberapa toko, tapi dia kurang setuju, eh malah masuk toko ini."
Wanita itu tertawa. "Ada-ada aja temen Mas. Masa cari hadiah buat gebetan di rumah hantu."
"Hah, ini rumah hantu?"
"Iya Mas. Emangnya nggak baca poster di depan sana? Ini tuh toko buat para pemenang yang berhasil menyelesaikan misi di rumah hantu, biasanya mereka bakal dikasih hadiah gratis."
"Tapi boleh, orang yang nggak masuk ke rumah hantu beli?"
"Boleh banget dong, malahan saya dapet untung, hehe."
Lagi-lagi Renzi mengusap tengkuknya. Hening menyergap untuk beberapa detik sampai suasana kembali dibuat tegang oleh tatapan si wanita yang mulai memperhatikan dengan seksama seluruh penampilan Renzi. Cowok itu dibuat kagok karenanya.
"Eh Mas, saya perhatiin kayaknya saya pernah liat Mas ya? Tapi saya lupa di mana."
Disitu Renzi langsung tertawa hambar. "Mana ada! Mungkin kebetulan mirip aja kali Mbak, sekilas."
"Saya yakin itu Mas kok, saya perhatiin banget soalnya. Apa Mas orang terkenal?"
"Bukan Mbak, saya orang biasa kok."
"Emm ... Mas itu ..." si wanita memicingkan mata tampak berpikir keras, cukup membuat ingatannya kembali pada beberapa tahun lalu. Segera ia melotot dengan mulut menganga. "Mas, Kai Renzi Qianfan? Ya-Allah ini beneran Mas? Anaknya ilmuwan Radika?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable | Dear Diary | End
Ficção AdolescenteIneffable adalah sesuatu yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengungkapkannya. Arti lain adalah "tak terlukiskan". Ada banyak kisah yang ditulis di cerita ini, salah satunya Abel. Gadis berkulit sawo matang yang tidak percaya akan cinta. Abel piki...