Bab 1

81 10 0
                                    

"Amarah tidak menyelesaikan masalah."

Happy reading!

Rumah sederhana dengan fasilitas seadanya, berpenghuni 7 remaja ini sudah ramai dengan berbagai teriakan, meskipun matahari baru memperlihatkan dirinya di langit.

"ABANGG"

"IH HAECHAN BANGUN LO KEBO!"

"ADUH JENO JANGAN GANGGUIN GUE DONG GUE LAGI MASAK NIH"

Keributan demi keributan itu muncul dari adik adik Mark yang sekarang tengah kalang kabut bersiap siap sekolah, "udah Abang bilang kan, jangan banyak begadang, kalian ini" gumam Mark

Ia menggeleng kan kepala nya berkali kali, menghela napas, adik adiknya hanya menunduk, "maaf abangg" ucap mereka bersamaan

"yaudah, udah pada siap kan? Ayo, Abang anterin kalian," iya. Beginilah setiap harinya, mereka akan di antar jemput oleh sang tertua, ya bagaimana lagi, hanya ada satu mobil dan itupun masih belum lunas.

Mark memang terbilang orang paling hemat menurut adik adiknya, dia tidak memboros tabungan mendiang orang tuanya untuk membeli lagi kendaraan, karena menurutnya suatu saat uang itu pasti di butuhkan entah untuk apa, mungkin itu untuk kuliah Renjun dan Jeno atau mungkin untuk dirinya sendiri.

"Abang, Abang udah anterin kita semua mau langsung kerja ya?" Tanya Jeno, Mark mengangguk, Jeno menatap Mark, "kalo... Abang nggak kerja, gimana? Soalnya nanti itu gue ada pertandingan basket, dan.. gue pengen lo nonton.." Ucap Jeno melirih di akhir kalimat, kepalanya langsung ia palingkan

Mark menatap sendu, ia masih bisa mendengarnya, keinginan adik nya.

"Abang usahain ya? Jeno doain aja semoga Abang bisa di izinin pulang cepet nanti sore ya?" Jeno tersenyum tipis, mengangguk pelan, "iya bang."

..

Jaemin kini tengah menata bukunya, bel istirahat sih sudah berbunyi, tetapi ini bagian pelajaran Kimia, seperti biasa guru nya selalu mengkorupsi waktu, Jaemin tentu menghela napas jengah dan pasrah di saat bersamaan

"Sttt jaem, stt" bisik seorang temannya

"Ha? Apa?" Balas Jaemin berbisik, "ini kapan istirahat nya sihh?? gue udah laper banget nie, pusing banget lagi"

Jaemin mengangkat bahu, kasihan juga melihat Hyunjin --Temannya yang sudah pucat, Jaemin mengangkat tangannya, "ibu? maaf, sekarang sudah waktunya istirahat, kasihan teman saya Bu."

"tidak sopan sekali kamu memotong ucapan saya, Jaemin, saya ini sedang menjelaskan, jangan memotong!"

"Tapi-"

"Melawan kamu? Begini kelakuan anak IPA 1? Memotong ucapan guru yang sedang menjelaskan di depan? Kalian di ajarkan sopan santun tidak?"

"Diam kalian sekarang? Mau saya kasih waktu istirahat kan?"

murid murid kelas IPA 1 berbisik bisik, Jelita --Nama guru kimia yang sedang mengajar ini. Jaemin menunduk, sopan santun ya? Bahkan kata itu selalu ia usaha melakukannya seperti yang di bilang Abang kesayangannya

"Udah jaem, jangan di dengerin, emang sebleng ibu jelita mah" Ucap Felix

"Maaf Bu, ibu tidak bisa bicara semena mena begitu pada kembaran saya. Ibu tidak bisa mengkaitkannya pada sopan santun, ibu sendiri sudah melakukan sopan santun belum? Ini sudah istirahat ibu, dan teman saya sudah sangat pucat, dia punya magh, jika dia pingsan dan magh nya menjadi parah? Ibu mau bertanggung jawab? Dan apa tadi, ibu berbicara jika anak IPA 1 tidak sopan? Saya rasa ibu harus berkaca."

AkusaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang