Hari yang indah, benar benar indah.
Hari ini, Emoarta kembali bersekolah. Setelah dua hari berdiam diri di mansion, akhirnya ia kembali diperbolehkan menginjakkan kakinya disekolah ini.
Bukan, sekolah ini bukan milik keluarganya. Hanya saja, Papanya salah satu donatur di sekolah ini. Dua hari berdiam diri di mansion terlalu buruk, hukuman dari Abangnya membuat dirinya kesal.
Setelah percakapan yang terjadi pada malam hari itu, Abangnya memberikan ia hukuman. Tidak bersekolah dua hari. Konyol, tidak masuk akal sekali. Sudah cukup dengan ponsel yang dirusak sang Kakak kemarin, malah ditambah lagi dengan sang Abang yang tidak membiarkan dirinya keluar dari mansion selama dua hari.
Tentang motornya, ia sudah meminta dengan Papa. Memaksa, tentu saja. Seperti biasa, Emoarta sarapan dengan keluarganya minus Kakaknya. Pemuda itu petang sekali sudah berangkat ke rumah sakit cabang milik Deon.
Tidak menganggap kehadiran keluarganya, Emoarta duduk sedikit menjauh dari jangkauan orang orang. Memakan sarapannya dengan tenang, tanpa terusik sedikitpun dengan berbagai tatapan yang diberikan kepadanya.
Hendak menyambar Mug yang ada disampingnya, sebelum lagi lagi tangan kekar menghentikan tangannya yang lebih kecil. Maximillian menatap tajam adik bungsu kesayangannya.
Nakal sekali, Max geram adiknya ini turunan dari siapa.
"Ini kopi, bukan air putih" Ujarnya
"Tau, balikin" Emoarta berusaha merebut kembali Mug miliknya.
Sungguh, ia sudah mengerahkan segala jekuatannya untuk merebut Mug miliknya ini. Abangnya sangat kuat.
"Abang!" Max hanya mengangkat kedua alisnya.
"Terserah, Emo berangkat" Remaja itu memilih pergi, mengabaikan teriakan Papanya menyuruh untuk duduk kembali
**
Emoarta Reksa Griffith
Anak dari pasangan Leonard Griffith dan Daily Rosse Griffith. Remaja dengan kesalah pahaman dengan sang papa, membuat jarak dengan Papanya.
Selama lima tahun, Emorta tidak menganggap kehadiran Papa juga kakaknya. Tidak, bukan hanya keduanya. Emo benci dengan semua keluarganya.
Lima tahun Emo bersikap biasa saja, tanpa menahu sakit di dalam diri Emo sangat sulit untuk disembuhkan. Perlakuan yang Emo berikan, menujukkan seberapa benci ia dengan keluarganya.
Remaja itu menaiki kuda hitamnya dengan laju yang sangat cepat, melampiaskan amarahnya dengan jalanan. Tatapan kosong dengan sungai kecil di pipinya membuat siapapun yang melihatnya akan merasa kasihan.
Emo hanya remaja lima belas tahun yang dipaksa dewasa, pembunuhan lagi lagi berputar di kepalanya. Bayangan sang Papa ketika menancapkan pisau diperut Bundanya, dengan kakak yang mmemegang tangan sang Bunda. Tepat saat hari ulang tahunnya, Bunda meninggalkan remaja itu.
Dibelakang rumahnya, setelah pulang sekolah bocah kecil itu berlari kecil saat diberitahu jika kedua orang tuanya berada di halaman belakang.
Emoarta berlari kecil dengan secarik kertas ditangannya yang ia angkat dengan tinggi tinggi.
Hari ini Emo ada ujian matematika, anak itu mendapatkan nilai tinggi di kelasnya. Dengan sangat bangga, anak kecil itu ingin menunjukkannya dengan sang Bunda."Papaa, Bundaaa, Kakakkk" Pekik anak itu dengan ceria, langkah kecil itu membawa ke taman belakang rumah. Tidak ada orang, padahal kata Rey mereka ada dibelakang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emo
General FictionMempunyai orang tua utuh impian semua anak, tidak dengan Emo. Remaja 15 tahun yang membenci orang tuanya, Papa lebih tepatnya. Hidup satu atap dengan penghianat? Mimpi buruk. "Emo salah paham, maafin Papa okey?" "Bajingan memang tidak pernah mau, un...