Tiga hari lagi liburan musim dingin akan dimulai, padahal Renjun baru saja mulai bisa masuk kelas lagi mengingat beberapa hari yang lalu ia heat. Tadi pagi ia baru saja bertemu dosen pembimbingnya, dan mengatakan, Renjun mesti mengejar beberapa materi yang tertinggal. Jadilah sekarang Renjun terbilang sibuk dengan kelas kuliahnya.
Ponselnya tiba-tiba berbunyi, Renjun meliriknya sekilas melihat bahwa Jaemin lah yang mencoba menelponnya. Tak bisa mengangkat panggilan itu, Renjun mengirimkan pesan pada sang alpha.
Aku sedang ada kelas, Jaemin. Maaf. Nanti aku hubungi lagi.
Setelah itu tak ada lagi panggilan dari Jaemin, Renjun menyelesaikan kelasnya hingga sore. Karena ada beberapa jam dimana ia bisa menghabiskan waktu untuk makan siang, dan selama ia makan siang ia mencoba menghubungi sang alpha namun tak bisa.
Jaemin tak menjawab pesannya terakhir tadi, bahkan saat Renjun mencoba menelpon balik pun Jaemin tak ada menjawabnya. Tadi Renjun pikir alphanya sedang sibuk juga sepertinya, karena selama ia heat Jaemin terus bersamanya.
Tapi setelah ia menyelesaikan kelasnya, dan mulai memiliki waktu untuk menyadari apa yang terjadi dengan tubuhnya. Barulah ia merasakan bahwa ada yang salah, ia pun mulai resah.
Dari tadi ia mengabaikan semua perasaannya, tak mencoba mengerti bahwa bonding yang ada antara ia dan Jaemin sudah memberitaunya. Tapi Renjun tak sadar, dan baru tersentak sekarang dengan semua kemungkinan yang akan ia dapat.
Renjun pulang ke apartemennya dengan semua gejolak tak menyenangkan yang memenuhi dirinya.
Khawatir dengan keadaan Jaemin, tapi juga takut kalau ia akan mendapat kekerasan lagi dari sang alpha.
Dan baru saja ia akan duduk untuk mengistirahatkan tubuhnya, ia melihat pintu apartemennya terbuka cepat menampilkan sosok alphanya yang terlihat amat marah. Selain raut murka, Renjun juga menemukan adanya bekas luka di wajah Jaemin.
"Renjun..."
Mendengar desis penuh rasa kesal itu, Renjun bergidik. Mulai memundurkan tubuhnya sampai punggungnya membentur pintu kamarnya, ia menelan salivanya saat melihat sang alpha berjalan mendekat padanya.
Tangan Renjun sampai untuk menyentuh kenop pintu dan ia bisa masuk kamar lalu mengunci pintu agar Jaemin tak bisa memukulnya. Tapi ternyata pukulan Jaemin lebih dulu ia dapat dari pada semuanya. Pintu kamarnya terbuka, tapi Renjun tak berhasil bersembunyi disana.
Jaemin benar sudah ada di hadapannya, mengintimidasinya dengan feromon alpha yang dimilikinya. Kemudian Jaemin melayangkan dua pukulan pada wajah omeganya, hingga membuat Renjun mengerang kesakitan dengan hidung yang mulai mengeluarkan darah. Alpha itu juga meraih rambut Renjun yang biasa ia usap lembut, kali ini ia menjambaknya untuk membuat wajah sang omega menatapnya.
"Apa susahnya menjawab telponku, hah?!"
Renjun menangis kesakitan sambil mencoba melepas tangan sang alpha yang mencengkram rambutnya, tapi tak bisa.
"Gara-gara kau tak menjawabnya, papaku benar berpikir aku yang membawa semua minuman itu ke rumah." Jaemin menyentak kepala Renjun begitu saja dari genggamannya, membuat dahi sang omega membentur tembok.
Renjun merasakan kepalanya pusing, matanya terpejam erat lalu ia jatuh terduduk dengan air mata yang mulai turun. Tak ada isakan, ia hanya memanggil nama Jaemin dengan lirih. Berharap suara mencicitnya bisa membuat rasa kasihan sang alpha muncul, tapi ternyata tidak. Jaemin tetap melanjutkan semuanya.
Kali ini kaki sang alpha bergerak menendang kaki Renjun yang kini benar terduduk dengan tubuh Jaemin yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Akh!" Jeritan omega itu terdengar saat Jaemin menendang lagi kaki Renjun.