1

6 2 1
                                    

Sudah 1 jam lamanya menunggu kembarannya itu
"Panas banget sihh hari ini,mana Nabila lama banget lagi. Ga keluar-keluar dari tadi. Apa jangan-jangan dia lagi kena hukum ya?? Ah tapi ga mungkin Nabila kan anak baik,pinter,ga neko-neko disekolah kok." gerutu Bella di bawah rindangnya pohon dilapangan yang panas ini

Yap lebih tepatnya 1 jam sudah bel pulang berbunyi,tapi Bella dibelum melihat masa sekali batang hidung saudara kembarnya itu.
Dari kejauhan ada segerombolan anak-anak yang baru saja keluar dari gerbang sekolah bagian belakang, dan disana jug ada Nabila yang datang kearah Bella sambil menuntun sepedanya.
"Kenapa lama banget sih??"sahut Bella agak kesal
"Maaf tapi ada ulangan harian matematika."
"Hah!! ulangan harian? Matematika? Dijam terakhir?!"
"Iyahh.."jawab Nabila lesuh
"Lho bukannya jadwal ulhar mu itu kemarin ya?"
"Iya, kemarin batal karna gurunya ada rapat dadakan,,mana tahu malah gantinya hari ini. Mana jam terakhir pula."jawab Nabila kesal
"Wahhh pasti,,otak kakaku yang cantik nan pintar ini pasti panas."
"Tentu saja tidak usah ditanya lagi,, rasanya ingin meledak"
"Hahahahh,,ya sudah ayo pulang.."
"Ayo.."
"Mau mampir diwarung nya Bu Mbit dulu ga?"
"Boleh...Tapi kau yang teraktir,,Uang ku habis hehe."sahut Nabila dengan tawa yang canggung
"Dasarrr...Oke."
Sesampainya di warung Bu Mbit mereka memesan makanan. Tanpa mereka sadari mereka tengah diawasi.
Siapa itu....

"Bu tumbas..."
"Iya apa nduk?"sahut Bu Mbit dari arah belakang dapur dengan sedikit tergesa-gesa seperti habis lari-lari
"Tumbas,,maem sini aja nasi geprek biasa 2 sam-"
"Eh sebentar aku soto aja Bu Mbit.."potong Nabila tiba-tiba
"Ihh kan aku yang teraktir kok nawar.."balas Bella kesal
"Ihh kakakmu ini habis ulhar matematika,,otak dah panas, nanti kalo makan pedas perutku ga kuat mulas nanti.."
"Apa hubungannya ulhar matematika,otak panas sama mulas.."
"Adalah pokoknya hubungannya..udahlah itu aja sama es teh tawar.."
"Dasar,,, untung kau kakakku.."
"Ya jadi apa nduk?"
"Maem sini soto 1, geprek biasa 1,sama es teh tawar 2. Sudah Bu Mbit itu aja jadi semua berapa?"
"Dua belas ribu nduk.."balas Bu Mbit
"Ini Bu Mbit, uangnya pass.."

Selang beberapa menit mereka pun selesai memakan makanannya ,mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah,,tapi sampai di depan gang terlihat ramai-ramai dan juga ada beberapa mobil pemadam kebakaran di sana.
Rumah si kembar memang masuk ga itu,jadi mereka harus melewati itu.

Tapi entah kenapa perasaan anak kembar itu saling bertautan,mereka merasa tidak nyaman,serta gelisah. Mereka pun memutuskan untuk masuk gang,,entah mobil pemadam kebakaran ini diarahkan di rumah orang lain atau malah rumahnya.
Dan benar saja seperti tersambar petir di siang bolong,,mereka melihat rumahnya tengah dilalap si jago merah. Si kembar mulai menangis histeris terutama Bella. Iya yang iya risaukan itu keadaan ibunya. Tadi pagi saat sebelum pergi ke sekolah ibunya nampak kurang enak badan, yang ia takutkan ibunya pingsan didalam.

"Bella sabar dulu tenang dulu ya nak petugas damkar lagi membuat ibumu keluar,,ibu terjebak di dalam sana.."kata Pak RT
Mendengar hal itu Bella semakin histeris.
Selang beberapa menit kemudian api mulai padam,tapi masih ada sedikit kobaran-kobaran kecil yang masih harus dipadamkan.
Tampak beberapa anggota damkar keluar dari rumahnya dengan membawa sebuah kantong jenazah, saat itu juga dunia Nabila dan Bella terasa seperti runtuh seketika, pasalnya mereka pasti akan langsung berspekulasi bahwa itu ibunya,siapa lagi yang dirumah itu hanya mereka dan ibu.

"Maaf kami gagal menyelamatkan ibu kalian"
Kata petugas damkar
Hanya Bella saja yang menangis histeris, tapi bukan berarti Nabila tidak sedih, hanya saja ada rasa mengganjal di hatinya.
"Maaf, sekali lagi saya minta maaf. Korban tewas telalap api." lanjut petugas damkar
"Jenazah saat ini masih belum bisa teridentifikasi, namun kami pihak damkar dan kepolisian ingin meminta izin kepada pihak keluarga untuk melakukan otopsi pada jenazah."
Mendengar hal itu pun Bella menoleh ke Nabila, yang mana dia yang lebih tua meskipun dia yang lebih dulu lahir, istilah dalam Jawa begitu yang lahir terakhir itu kakaknya. Jadi keputusan yang diambil ada pada tangan Nabila, tapi Bella berharap agar Nabila menyetujui untuk dilakukannya otopsi, tapi berbanding terbalik dengan reaksi Nabila,dia hanya diam tidak bergeming dan hanya menatap kantong jenazah itu.

"Boleh saya lihat jenazah ibu saya?"
"Boleh,silahkan. Tapi saya harap anda kuat karena keadaannya sangat buruk."ucap petugas kepolisian petugas damkar pun menyetujuinya.
Setelah kantong itu terbuka Bella semakin menangis ia tidak kuat melihat keadaan ibunya seperti itu.

Berbeda dengan Nabila dia hanya diam,dia merasa ada yang mengganjal, seperti tidak ada kontak batin dengan jenazah ibunya yang saat ini tepat didepan matanya. Akhirnya Keputusan Nabila menyetujui untuk dilakukannya otopsi untuk membuktikan apa benar itu ibunya atau tidak.
Tapi dari ekor mata Nabila dia melihatnya. Seseorang yang tidak mau dia lihat baik dirinya sendiri ataupun kembarannya Bella.

TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang