7

6 1 0
                                    

"Ah.."

"Sebenarnya aku lupa saat itu karna ibu mendadak meninggal dengan keadaan seperti itu."lanjutnya

"Sekali-kali kamu harus berpikir dengan tenang dan lebih teliti lagi dengan sekitarmu."



"Nabila.."ayah

"Iya.." jawab Nabila yang sedang duduk diruang tengah dengan kursi rodanya.

"Hmmm..."

"Kenapa yah??"

"Gimana ya cara ngomongnya.."

"Kenapa? Ada apa? Apa ini ada kaitannya sama aku?"

Menganggukan kepala sebagai jawaban

"Ada apa sama Nabila?"Bella tiba-tiba saja datang dari arah dapur

Dengan membawa segelas air putih, diberikannya itu kepada Nabila

"Ini minum dulu kak. Habis itu minum obatnya"

"Iya makasih.."

Senyum sebagai balasannya

"Ada apa sama Nabila?"tanya Bella,lagi..

"Begini,,"berhenti sejenak sedikit ada keraguan dan raut wajah bersalah pada anaknya.

Entah memang benar bersalah atau malah bersyukur dalam hatinya.

"Apa?"

"Keadaan Nabila yang begini,tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan berat apalagi diluar. Jadi ayah sama Oma memutuskan untuk tidak mengizinkan Nabila pergi keluar dulu baik itu ke sekolah atau lainnya. Mungkin kalau untuk check up dan terapi bisa ditemani dengan pengawal." jelasnya.

"Lho-lho apa sih ini. Ayah kok main mutusin aja. Kok ga bilang-bilang dulu sama kita. Terus itu gimana sama sekolahnya Nabila.!"

"Untuk sekolahnya Nabila,ayah memutuskan untuk homeschooling saja sampai keadaan Nabila kembali pulih."

"Ini demi kebaikan Nabila agar Nabila biar fokus sama kesehatannya biar cepet sembuh,nak.."lanjutnya

"Iya aku tau tapi ga sampai gitu juga..masa sampai ga dibolehin kemana-mana. Yang ada Nabila nya makin stress."

"Bell.."menahan tangan sang adik agar tidak terjadi pertengkaran.

"Aku mau.."Nabila

"Kak!!"Bella

Tetap menggenggam tangan sang adik dengan sedikit meremasnya berharap sang adik mengerti akan maksud yang ia sampaikan.

"Oke kalau begitu. Ayah juga sudah menyiapkan pengawal pribadi untukmu."

"Ini pengawal pribadi kamu Nabila."lanjutnya sambil menunjukkan orang yang berada dibelakangnya.

"Perkenalkan nama saya Huda."sambil membungkukkan badannya

"Iya, terimakasih karena sudah mau menjadi pengawal saya."

"Suatu kehormatan bagi saya bisa menjadi pengawal pribadi nona."

"Panggil nama saja." Hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban

"Baik. Kalau begitu Nabila bisa istirahat sekarang. Kamu hantar dia ke kamarnya."perintah ayah kepada sang pengawal baru.

"Tidak,tidak perlu. Aku mau ajak Nabila pergi taman dulu." Sanggah Bella cepat

"Baikah, tapi jangan lama-lama ya. Nabila perlu istirahat yang cukup."

"Kamu tetap awasi dan jaga mereka,dari jauh saja."perintah ayah sedikit berbisik kepada Huda. Hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya.

*Bagus sekali..sudah sesuai dengan perintahku. Anak angkat ibu satu itu memang sedikit bisa diandalkan

*Iya ibu tau. Lagu pula dia harus melakukan itu,karena kerugian yang dia lakukan sendiri.

*Apapun itu kita harus untung kali ini. Dan aku tidak mau tanganku kotor sama seperti dulu.

*Ibu tau,,dan ibu juga yang akan membuang tangan kotor itu nanti.

*Ibu memang ibu yang bisa diandalkan

*Banjingan itu pergerakannya sangat lambat

*Biarlah,biar aku juga lihat seberapa besar potensi yang mereka anak hasilkan untukku

"Kak?!"

"Jangan marah dulu Bell.."

"Kenapa?"

"Coba pertanyaan bisa diganti?"

"Gabisa! Kenapa?!"

"Seharusnya "apa" yang keluar dari mulut mu itu."

"Kok apa?"

"Ya apa.. Apa yang kakak lagi rencana in sekarang?" "Seharusnya begitu. Bukannya kenapa?" Lanjut Nabila

"Hah?"

"Kan.. Lola.."

"Ya aku tau maksudnya itu,tapi ya apa dan kenapa,gitu lhoo kak.."

"Karena biar kakak bisa lebih tau apa yang sedang mereka rancang."

"Maksudnya?"

"Maksudnya lagi.."

Huft..membuang nafas panjang

"Gini ya.. kakak mau nurut-nurut aja itu agar kakak bisa lebih masuk dan tau apa yang terjadi pada ayah dan apa yang mereka rencanakan. Dengan cara kakak mau melakukan apapun yang merek inginkan. Sampai sini paham?"

"Aku paham. Tapi aku takut kalo kakak kenapa-kenapa."

"Kakak bisa jaga diri. Dan kamu juga harus jaga diri baik-baik karena saat ini kakak ga bisa jagain kamu 100%"

"Iya Bella paham."

"Lalu apa yang kita lakukan selanjutnya kak?"

Tanya Bella

"Kita sudah hampir dekat dengan pintu rencana mereka. Apapun itu nanti kedepannya kita berdua harus menemukan pintu keluarnya."

"Dan satu lagi kita belum ada akses untuk langsung bicara sama Mbah. Mungkin aja Mbah tau lebih dulu dan sedang cari kita."lanjut Nabila

"Tapi.."

"Tapi apa?"

"Aku masih memikirkan soal kematian ibu."

"Kenapa?"

"Dimana ibu sekarang? Dan gimana keadaannya?"

"Dimana dan gimana nya kakak pasti yakin ibu berada di tempat yang aman sekarang ini."jawab Nabila meyakinkan adiknya yang masih ragu dengan rekayasa kematian ibu mereka.

Satu sisi...

Mereka tidak tau ada yang mengawasi mereka dari kejauhan..

Denga telepon genggam yang sedang melakukan panggilan telepon..

*Saya sudah menemukan mereka bos..

*Mereka aman..

*Keadaan Nabila mulai membaik.

*Saya yang menjadi pengawal pribadinya

*Baik..

TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang