5

3 1 0
                                    

Malam Sebelum Kejadian

"Bell.."Nabila
"Hmmm.."Bella

Hening tidak ada jawaban

Membalikkan badannya menghadap Nabila
"Apa??"
"Kalau nanti atau suatu saat aku kenapa-kenapa,,kamu harus bisa sendiri ya.."
"Hussshh apasih, ngomong kok kayak gitu. Ga baik. Pamali."
"Iya,aku tau. Aku cuma peringat'in kamu saja. Kamu harus bisa sendiri. Dan.."
"Dan apa?"
"Dan jangan terlalu curiga sama seseorang ataupun sekelompok. Takutnya kamu dalam bahaya,dan aku ga bisa bantu kamu."
"Maksudnya??"
"Jangan terlalu percaya dengan semuanya."
"Maksudnya apa sih?? Ga ngerti."
"Udah tidur aja,nanti juga kamu tau maksudnya."
"Hmmm,, kakakku yang melankolis.."

Pagi Hari Jam istirahat

Sebelum Kejadian

"Gimana??Mau kerencana selanjutnya?"
"Iya,ga tau kenapa. Tapi firasat gue ga enak. Jadi kita percepat aja."
"Kamu yakin tempat ini jadi tempat yang aman buat kamu sama kembaranmu?"
"Gue..yakin"
"Tapi kedengarannya seperti kurang yakin?"
"Karna feeling."
"Terserahmu saja."
"Tapi yang pasti gue percaya sama lu. Lu bisa jaga kembaran gue kalo misal salah satu dari kita kenapa-kenapa."
"Kamu ga takut kalo aku,malah sebaliknya dari dugaanmu?"
"Gue kasih tau sama lu.. prinsip gue kalo seseorang udah berkorban buat gue,gue juga akan berkorban lebih dari yang dia sangka,dan lu udah nyelamatin nyawa gue. Dan gue minta sekali lagi jaga. Salah satu dari kita kalo mereka mulai bertingkah lagi."
"Aku bakal berusaha semaksimal mungkin."

*Apa aku harus kasih tau pak bos ya?*
"Gas ngapain diem? Kelas mau mulai. Balik gih.."
"Hmm..ah iya.."

"Nab, habis dari mana?"
"Perpustakaan."
"Ouuhh,,nanti habis pulang sekolah bisa ga antar aku ke toko buku. Aku baru pindahan di kota ini,jadi ga tau tempat toko buku dimana."
"Maaf. Aku ga bisa. Lain kali aja,atau sama temen yang lain aja."
"Ouuhh gitu,,sayang banget."

"Maaf pak saya gagal mengajak Nabila keluar."
"Tak apa. Pokoknya kamu harus perhatikan mereka. Dan sekelilingnya juga,jangan sampai lengah saya percayakan ini kepadamu. Mengerti?!"
"Sangat mengerti pak. Kalau begitu saya tutup dulu teleponnya. Siang.."
Pip
Tanpa disadari ada yang mendengar hal itu
"Lu anak baru?!"
"Iya. Sudah berapa lama berdiri disana?"
"Cukup lama. Kelas berapa lu?"
"8 D. Saya permisi dulu."

*Mencurigakan. Tunggu..8 D kelasnya Nabila.*

Hari Kejadian
Tepat setelah Nabila di bawa ke rumah sakit. Bella duduk dibangku terdiam dia sangat terkejut atas kejadian yang menimpa kembarannya itu. Tak selang beberapa lama ayah datang dengan Oma. Niat hati Bella sangat ingin marah pada ayahnya. Lantaran ia tau betul sifat ayahnya itu, memang sedari kecil Nabila dan Bella ini tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, ayahnya ini hanya memikirkan tentang kekayaan,uang,harta dan lainnya. Tidak perduli sama sekali dengan istri juga anak-anaknya. Bahkan dia tak segan-segan untuk memukul ibu sikembar di depan si kembar langsung. Jika memang niatnya ini tak suka dengan si kembar cukup dengan menceraikan istrinya dan tak menganggap sikembar itu anaknya. Cukup gampang kan,tapi ini lain dia mempertahankan pernikahan tapi dia membuang keluarganya. Dan satu lagi Oma,entahlah memang buah jatuh sepohon-pohonnya,dia sama sekali tidak perduli anak nasib menantu juga cucu-cucunya.

Niat Bella yang hendak marah terhadap ayahnya,pupus hilang karena kalimat yang di lontarkan Nabila pada malam itu. "Jangan terlalu percaya dengan semuanya."

Nabila dirawat di Rumah sakit dan Nabila mengalami koma. Tidak lama hanya 3 hari. Dan selama itulah Bella yang selalu pulang bersama Nabila kini diantara Bagas.

Keadaan Nabila pun mulai membaik dan diperbolehkan untuk pulang kerumahnya. Namun Nabila masih belum bisa berjalan karena kakinya mengalami kelumpuhan,yang mana jika ingin bisa berjalan lagi dia harus melakukan terapi medis agar bisa kembali berjalan. Dengan kursi rodanya yang didorong kembarannya,mereka menuju kamar.
"Hai,sudah sampai. Gimana keadaan mu Bila? Maaf Oma ga bisa jemput ya,Oma ada arisan ini nanti."
"Udah mulai baik Oma. Oma have fun ya.."
"Pastinya. Sudah istirahat saja kamu ya.. Oma mau pergi dulu."
"Iya Oma. Hati-hati ya Oma."
Oma pun pergi meninggalkan mereka. Sesampainya dikamar
"Giman sih punya Oma kok malah menting'in arisan ketimbang cucunya."
"Udah ga papa."
"Itu kaki gimana?? Sakit ga?"
"Sakit sih ga,cuma ga berasa ada kakinya."
"Lha cuma lagi,,ayo kerumah sakit lagi kalo gitu."
"Eh eh ga kok ,ini g kenapa-kenapa tapi ya emang kaya ga berasa ada kakinya. Mungkin ini pengaruh obatnya. Ga apa-apa kok dah jangan khawatir."
"Jangan khawatir gimana,itu kaki patah kemarin. Ga apa-apa darimanany."
"Sttt dah dah ini ga papa."
"Pokoknya kalo ngerasa ada yang sakit langsung ngomong aja ya.."
"Iya..."

TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang