6

5 1 0
                                    

Waktu pun berlalu,kini waktunya untuk istirahat si kembar pun masuk ke kamar mereka.
Tanpa mereka sadari mereka sikembar sedang diawasi lebih tepatnya diperhatikan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Bell"
"Hmm..ada yang sakit?"
"Ga ada. Mau tanya aja."
"Ouh,boleh..mau tanya apa?"
"Hubungan kamu sama Ayah dan Oma gimana?? Dari tadi,pas makan malam kok cuma diem aja."
"Ga apa-apa."
"Dek.. jangan bohong. Selama kakak di rumah sakit selama kakak koma, kalian ada masalah apa sampai diam-diam an gini. Canggung banget tau ga."
"Ga ada apa-apa kak,ya cuma ga mood aja ngobrol sama mereka."
"Beneran??"
"Sebenarnya ada yang mau aku kasih tau sama kamu. Tapi.."
"Apa."
"Yang nabrak kam-"
"Bella!"

Teriakan Nabila memang tidak sekencang itu,tapi berhasil membuat Bella sang pemilik nama terdiam karena terkejut. Mata mereka saling bertemu dengan sekejap mereka melakukan telepati. Ya si kembar ini cukup aneh,unik,dan membingungkan memang.

"Apa! Kenapa harus teriak sih!! Bikin kaget aja!"
"Maaf,,tapi kamar ini ada cctv."
"Kan sudah dicopot."
"Mereka ga akan semudah itu. Tetap jaga-jaga jangan terlalu frontal."
"Tapi itu bisa mengelabui mereka."
"Aku tau, tapi ini bukan waktunya. Ikuti permainannya."

Setelah sadar dari koma
"Gimana keadaan mu??"
"Keliatannya gimana?"
"Masih sakit ya?"
"Iyalah."
"Gimana?? Apa Bella harus tahu?"
"Jangan dulu. Bella terlalu emosional yang ada malah dia sendiri yang jadi korban."
"Jadi maksudnya yang harus ditabrak kemarin sama mereka harusnya Bella?"
Menganggukan kepala sebagai jawaban
"Mereka salah target. Tapi ini bisa memudahkan gue, buat hancur'in mereka."
"Terus gimana dengan Bella? Dia juga akan dalam bahaya kalo ga kamu kasih peringatan."
"Tenang aja, gue yang bakal ngomong sama dia."

Beberapa menit kemudian pintu terbuka

"Heii,,ouh ada yang jenguk juga. Gimana keadaan mu Nab?"
"Dah mulai membaik tapi masih sakit."
"Ini dari temen-temen kelas. Aku yang perwakilan dari kelas,juga sebagai teman sebangku mu."
"Ouuhh,,makasi. Ini kamu sendirian aja?"
"Ngga ini sama wali kelas juga, tapi lagi ke kamar mandi dulu sebentar katanya."
"Ouuhh.."
"Eh ya udah aku pulang dulu aja. Ada urusan lain. Kalian ngobrol aja. Aku pamit pulang. Cepat sembuh ya."
"Ouh,mau pulang oke. Hati-hati ya."

*Dia kan cowo yang kemarin.*

"Bella.."
"Iya. Ada yang sakit?"
"Nggak"
"Ya udah istirahat aja."
"Kakak mau tanya boleh?"
"Tanya aja.."
"Selama kakak koma kamu ada komunikasi sama ayah dan Oma ga?"
"Cuma ngobrol biasa,ga lebih. Lebihnya itu di kamu, aku cuma bisa fokus ke kakak. Aku takut kalo kakak nyusul ibu."
"Eh.."
"Iya lah takut nanti aku sama siapa. Kita harus selesai'in ini bareng-bareng kan?"
"Iya kakak tau. Apa ga ada yang pengen kamu omongin Bell?"
"Ada.."
Ah mereka masih melakukan telepati
"Aku nemuin sesuatu dari kamar Oma. Aku cuma sempet foto in aja."
"Ini.."
"Semua informasi pribadi keluarga ibu. Dan ada satu hal lagi ayah itu anak tirinya Oma."
"Kamu tau dari mana?"
"Slide selanjutnya. Lihat itu ada berkas perjanjian pengangkatan anak,itu artinya anak angkat, yang mana itu tertulis nama ayah. Dan dilihat dari tahunya itu saat ayah berusia 47 tahun dan itu saat dimana kita dibuang sama ayah. Dan di surat perjanjian itu tertulis ayah harus ganti rugi."
"Apa yang ayah lakukan sampai-sampai harus seperti ini?"
"Entah, tapi yang penting ada beberapa berkas dan info dari keluarga ibu juga ada satu lagi aku kurang tahu itu siapa dan apa sangkut pautnya."
"Sangkut pautnya yang pasti dia bisa jadi peluru kita."
"Hah?? Mulai.."
"Hahahha. Tapi aku yakin kita pasti bisa nemuin peluru yang tepat. Cepat atau lambat. Ikuti saja permintaannya."
"Tapi kamunya gimana? Keadaan mu saat ini pasti mempengaruhi."
"Aku tau,dan saat itu terjadi biarlah, mereka merasa semuanya sudah sesuai dengan keinginannya."
"Ah satu lagi."
"Apa?"
"Semenjak meninggalnya ibu. Kita belum ada sama sekali bilang sama Mbah lho..Mbah harus tau kalau anaknya meninggal dunia."
"Tunggu..kamu yakin itu ibu?"
"Maksudnya??"
"Iya kamu yakin itu ibu??"
"Yakinlah. Kenapa ga?"
"Yakin karna apa?"
"Yakin aja, ikatan batin ibu anak itu kuat. Mau itu jenazah ibu sehitam apa. Ikatan batin itu sangat kuat."
"Aku setuju soal itu,tapi ibu tidak perna punya tahu lalat di dilehernya. Sedangkan jenazah itu ada tahi lalatnya."
"Mungkin aja ku salah lihat."
"Sehitam-hitamnya jenazah ibu. Aku tau ciri fisik ibu. Dan satu lagi jenazah itu tidak punya jari manis sebelah kiri. Aku rasa itu jenazah bukan milik ibu."
"Kau tahu dari mana? Jenazah ibu ditemukan dengan keadaan yang buruk, mana tau itu benar ibu. Dan lagi satu,hasil tes DNA menyatakan bahwa itu ibu kita."
"Tes DNA bisa aja dimanipulasi Bella. Kamu lupa kita sedang berhadapan dengan siapa?"

TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang