𝔸𝕣𝕛𝕦𝕟-𝔸𝕟𝕥𝕒𝕣𝕖𝕤 𝕡𝕣𝕠𝕛𝕖𝕔𝕥 𝟚

509 41 1
                                    

"lho, nak Hali??"

Halilintar ikut terkejut, mendengar suara lembut wanita yang menyapanya. Namun dengan cepat, ia memberikan senyum terbaiknya. Karna ia mengenal baik wanita itu.

Iya, itu Ibunda-nya Solar.

"Dari mana bun?" Tanya Hali, matanya menangkap beberapa kantung belanjaan yang bunda Solar bawa. Tanpa ba bi bu menarik dua kantung plastik itu dari tangan bunda.

"Habis dari pasar." Ucap yang dibantu hanya bisa tersenyum. Terlampau hafal dengan kebiasaan Halilintar yang memang selalu tanggap.

Bunda Solar kembali tersenyum. "Kamu lana nunggu disini? Solar ga bukain pintu??"

Halilintar menggeleng. "Kayanya tidur bun."

Ibunda Solar menghela napas pendek, menggeleng berkali-kali. Setelah bunda Solar membukakan pintu, Halilintar menyusul masuk dibelakang.

Halilintar tanpa basa-basi segera meminta izin bunda untuk ke lantai atas, tempat dimana kamar Solar berada. Hali segera meletakkan kantung belanjaan diatas meja, kemudian pergi melangkah satu persatu anak tangga sampai didepan pintu kayu yang masih tertutup rapat.

"Sol sayang, gue masuk ya?" Tanpa menunggu jawaban, Hali memutar kenop pintu kemudian membuka pintu itu secara perlahan.

Tepat setelah pintu itu terbuka, hawa dingin langsung menerpa wajah Halilintar, menandakan pendingin ruangan masih menyala dari semalam.

Hal pertama yang Halilintar tangkap adalah Solar yang masih terlelap dengan tenang diatas ranjangnya.

Halilintar melangkah maju, menuju ranjang dimana Solar berada. "Sol."

Namun, sebelum Hali sempat menyibak selimut Solar. Tiba-tiba, Solar menarik selimut itu lebih dulu agar tetap ditempatnya.

"Gue udah bangun." Ucap Solar dengan suara serak, khas bangun tidur. Cukup untuk membuat Hali terkejut beberapa saat.

Masih dengan mata yang terpejam, Solar menepuk bagian kosong pada ranjangnya, menyuruh Hali duduk disampingnya untuk menemani.

Halilintar menurut, melepas jaketnya dan menaruh benda itu diatas sofa kecil kamar. "Tidur jam berapa semalem?" Tanya Hali, ikut berbaring dibawah selimut yang sama dengan Solar.

Bukannya jawaban yang dilontarkann, Solar hanya menggelengkan kepalanya dengan maksud yang tidak jelas. Entah sadar atau tidak, Solar merangkul lengan Hali erat, seakan-akan menjadikannya guling.

"Kenapa hei?"

Solar lagi-lagi hanya menggelengkan kepala. "Capek."

Halilintar hanya menatap bingung. Bukannya semakin jelas, justru Solar semakin berkata aneh. kata-kata yang dilontarkan sejak tadi lebih mirip dengan gumaman.

Masih dengan suasana yang sana, Solar mengusak pada lengan Hali, demi!! Hali tau Solar terkadang manja kepadanya, tapi yang begini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Solar bangsat Sol! Lo panas banget anjing!?!"

Halilintar buru-buru memeriksa beberapa bagianp tubuh Solar. Dileher, dahi, dan pipi diraba untuk memastikan. Benar saja, tubuh Solar memang panas. Panas sekali!!

Halilintar langsung menyimpulkan, Solar demam tinggi. Tak mengherankan memang, mengingat pola makan, jam tidur, serta jam istirahat Solar yang kurang dan tak beraturan, meskipun Hali sudah berkali kali mengingatkan.

Namun, rasa panik itu tetap ada.

Sedangkan Solar terlihat sama sekali tak peduli. Membiarkan tubuhnya terbaring diranjang dengan lengan Halilintar yang masih setia menemani.

"Udah, gue tau. Gue sakit, biarin gue tidur aja." Ucap Solar dengan suara lemahnya. Matanya terpejam karena demi apapun kamar segelap ini pun ia masih pusing apabila membuka mata.

Halilintar hanya terdiam, matanya menatap ke arah yang lebih muda, cukup lama sampai pada akhirnya sadar bahwa Solar sudah kembali terlelap. Secepat itu.

Bahkan Halilintar belum sempat memarahi Solar karna sifat keras kepalanya. Untuk makan harus diingatkan, untuk tidur juga terkadang harus berbincang terlebih dahulu lewat panggilan suara, demi memastikan Solar benar-benar tertidur lelap.

Akhirnya, Halilintar memutuskan untuk meminimalisir pergerakan demi tak membangunkan Solar dilengannya. Tangannya yang menganggur entah kenapa mulai terangkat, merapikan surai berantakan dari si manis yang sudah pergi ke alam mimpi.

"Lo goblok bikin gue khawatir terus." Ucap Hali sedikit berbisik, kemudian dengan perlahan ikut terlelap disebelah Solar.

























TBC...

𝓐𝓻𝓳𝓾𝓷-𝓐𝓷𝓽𝓪𝓻𝓮𝓼 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang