𝔸𝕣𝕛𝕦𝕟-𝔸𝕟𝕥𝕒𝕣𝕖𝕤 𝕡𝕣𝕠𝕛𝕖𝕔𝕥 𝟞

430 32 5
                                    

"Gua udah pernah nonton ini." Ucap Halilintar. Meskipun mulutnya berkata demikian, tangannya sama sekali tak bertindak untuk merebut remote atau beranjak dari sofa meninggalkan Solar.

Solar hanya melirik, kemudian kembali memfokuskan pandangan kemonitor yang perlahan menghilangkan tampilan loading screen, tanda film sudah mau dimulai. "Jangan spoiler pokoknya!"

"Iya, enggak." Meskipun Halilintar berkata demikian, simanis terlihat sangat sulit untuk percaya.

"Serius Sol elah." Ucap Halilintar lagi, memastikan agar si manis dapat dengan tenang menikmati apa yang tampil dilayar.

Solar akhirnya hanya mengangguk, anggaplah ia percaya dengan apa yang Halilintar katakan. Fokusnya kembali pada layar besar didepannya yang sedang menampilkan adegan demi adegan.

Belasan menit berlalu, sesuai dugaan, mereka dilanda kebosanan, termasuk Solar sendiri. Pandangannya mulai tak fokus, sesekali melirik Halilintar hanya untuk memastikan apa yang sedang dilakukan pemuda disampingnya.

"Gue tau gue ganteng, gausah diliatin gitu."

Astaga, jantung Solar rasanya mau copot!
"Ngagetin anjir, lo bosen ya?"

Halilintar tanpa ragu mengangguk, benar-benar tak ada elakan sama sekali. "Tapi kata Gentar, habis ini mereka ngewe sih."

Solar buru-buru melotot, rusuh sendiri mencari remote tv yang sialnya menghilang entang kemana, bersamaan dengan mulutnya yang sibuk mengomel. "Kok lo ga ngasih tahu anjing."

"Ya katanya jangan spoiler?" Si merah membela diri. "Lagian kenapa? Kek ga pernah nonton bo―

Solar buru-buru melempar bantal kearah Halilintar, mencegah Hali melanjutkan ucapan biadabnya. "Ya nggak sama lo anjing!"

Halilintar mengernyit heran. "Emang kenapa sama gua?"

"Habis."

"Oh?" Reaksi Halilintar menunjukkan rasa bangga. "Lo gua habisin??"

"Iseng banget babi, bantuin gua cariin remote buruan."

Halilintar hanya tertawa nista melihat kerusuhan Solar. Tak lama kemudian beranjak kearah tv yang masih menyala, menekan satu tombol sehingga layar tersebut mati total. "Udah, gausah dilanjut. Lagian itu film 21+ ga kebaca??"

"Halii.." Panggil si manis tiba-tiba, menghiraukan perkataan Halilintar barusan. Toh, jawabannya sudah jelas, Solar memang 'agak' picek.

Halilintar tak menjawab, hanya menatap. Namun sudah cukup memberi tahu bahwa ia mendengar panggilan Solar barusan.

"Rasanya ciuman, gimana??"

Suasana seketika hening. Halilintar yang masih mencerna pertanyaan, dan Solar yang menunggu jawaban Halilintar sambil menahan malu setengah mati.

"Gimana gimana?" Ucap Hali, ingin mendengar pertanyaan Solar sekali lagi, demi memastikan bahwa ia tak salah dengar.

"Mau coba ciuman." Kali ini diucapkan dengan lantang dan wajah yang sudah memerah total. Solar menunduk.

Halilintar tak salah mendengar. Solarnya memang membahas tentang ciuman. Namun, semuanya terlalu tiba-tiba, benar-benar tiba-tiba sampai Halilintar hanya bisa terdiam beberapa saat.

"Sama siapa?" Tanya Halilintar lagi.

"Lo?" Masih dengan posisi menunduk, Solar menjawab pelan. Terus mengumpat dalam hati.

"Solar, gue tau lo kaum jomblowan ngenes. Tapi hal yang harus lo inget, lo gabisa minta ciuman ke sembarang orang, kalau bukan pacar jangan."

Akhirnya, Solar hanya menjawab dengan umpatan lirih. Kemudian mengangguk mengerti, meninggalkan Halilintar dalam tanda tanya besar.

𝓐𝓻𝓳𝓾𝓷-𝓐𝓷𝓽𝓪𝓻𝓮𝓼 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang