𝔸𝕣𝕛𝕦𝕟-𝔸𝕟𝕥𝕒𝕣𝕖𝕤 𝕡𝕣𝕠𝕛𝕖𝕔𝕥 𝟜

380 33 0
                                    

Mengitari lobby gedung, berjalan kesana kemari, berlagak seperti sedang mencari sesuatu, atau bisa dibilang sedang menunggu sesuatu.

Jauh disana, tetapi masih dalam jangkauan pandangan, ada Solar yang sedang sibuk berbincang dengan seseorang, tak menyadari sama sekali tentang keberadaan Halilintar.

Pesan chat dari teman-temannya terus berdatangan, mengatakan bahwa dosen mata kuliahnya sudah berada didalam ruangan.

Halilintar memilih mengabaikan.

Ia hanya ingin menunggu. Menunggu Solarnya selesai berbincang dengan seseorang, yang Hali sendiri tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Solar, dan mengapa perasaannya terasa berbeda sejak bertemu dengan si pemberi bingkisan, Taufan.

Tak lama, Halilintar melihat Solar beranjak, Halilintar juga dapat melihat Taufan yang sudah pergi dari hadapan Solar. Iya, yang berbicara dengan Solar itu Taufan. Maka dengan segera, Halilintar berjalan, berlagak baru datang untuk menghampiri simanis.

Solar dengan cepat menyadari keberadaan  Halilintar, kemudian menyapa saat Hali sudah berada dihadapannya.

"Lo gak masuk? Kelas lo kan udah mulai." Tanya Solar.

Mereka sama-sama beranjak, berjalan seiringan untuk menuju kelas masing-masing.

"Nelat dikit tadi, ngobrol sama anak-anak."  Jawab Halilintar dengan sedikit alasan, jeda sebentar sebelum akhirnya kembali berucap.

"Si Taufan ngasih apaan kemarin?"

Alis simanis terlihat sedikit menukik, spontan tangannya langsung menyikut lengan Halilintar. "Pake kak anjing, kating dia tuh."

"Dih, salah siapa kemarin ngenalinnya ga jelas, mana langsung pergi gitu." Ujar Halilintar membela diri.

"Ngasih apaan dia?" Halilintar mengulangi pertanyaan yang sama.

Solar tersenyum mengejek. "Penasaran banget sih lo."

"Heh, itu gua yang nganterin anjir. Gua berhak tau."

Solar hanya mengendikkan bahunya tak peduli. "Ga penting elah."

"Iya apaan?" Tanya Halilintar kembali, sangat terlihat tak menyerah sebelum Solar memberikan jawaban yang ia mau.

Mengetahui sipemilik marga Thunder mulai memercikkan sifat keras kepalanya, Solar memutar bola matanya malas, merasa sedikit kesal.

"Tiket konser." Ucap Solar pada akhirnya.

Halilintar menaikkan sebelah alisnya, raut wajahnya menatap Solar tak percaya. "Gimik ya lo?"

"Eh, gue bisa aja maki-maki ni kampus cuman gara gara lo anjir! Masih pagi ya sat."

"Ya lo jawabannya yang bener."

"Beneran tiket konser ye jingan. Gue tahu lo biasanya emang ngeselin, tapi tolong jangan sekarang anjir, gue ada kelas." Final Solar, kemudian melangkah cepat meninggalkan Halilintar.

"Gua familiar sama nama dia deh," ucap Hali tiba-tiba, sebelum Solar semakin jauh.

"Lo beneran ga inget?" Tanya Solar memghentikan langkahnya tiba-tiba, menatap Hali lekat.

Mau tak mau, Halilintar ikut menghentikan langkahnya, menatap heran ke arah Solar. "kaga, familiar doang. Emang siapa?"

"Serius ga inget?" Tanya Solar lagi, memastikan dan memberi waktu untuk Halilintar mengotak atik memori. Namun hasilnya tetap nihil.

"Iya sayang." Jawab Halilintar nyeleneh, kemudian balik bertanya.

"Emang kenapa sih?"

Yang ditanya menggeleng cepat. "Gapapa,  bagus deh."

Halilintar memandang rumit Solar yang sudah berjalan mendahului dirinya. "Lo utang penjelasan sama gua."
















TBC...


𝓐𝓻𝓳𝓾𝓷-𝓐𝓷𝓽𝓪𝓻𝓮𝓼 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang