Mantan Sekarat

76 2 0
                                    

Mereka pun berkelahi dan Felix terlihat di atas angin, karena dia tahu teknik bertarung. Tidak seperti orang-orang itu yang asal-asalan menyerang. Salah satu dari mereka mengamuk karena kalah, ia mengambil botol bir dan memukul telak belakang kepala Felix.

Praang!!! Suara botol dan kepala beradu, diikuti teriakan kencang Livy, "Feliiix!!"

Felix terlihat oleng, pandangannya kabur, tubuhnya jatuh dan tergeletak di lantai club dengan darah mengucur deras dari kepalanya. Orang-orang tadi mendadak panik dan mulai kabur, namun keburu ditahan oleh security.

"Felix, Felix...", teriak Livy sambil menangis tersedu-sedu. Ia duduk di sebelah tubuh Felix yang terkapar, tidak tahu harus melakukan apa. Saat itu, Rei langsung mendekat, diikuti Tristan.

"Bro, cepat telefon ambulans!", teriak Rei menghampiri Felix dan berusaha menutup luka di kepala Felix dengan sobekan kain, agar darah terhenti.

"Rei, ...please tolong Felix...", ucap Livy dengan suara bergetar karena menangis. Rei masih fokus menghentikan darah dari kepala Felix.

"Nggak lebih cepat pakai mobil aja, bro?", tanya Tristan.

"Ya udah, cepat!", jawab Rei.

Mereka pun sepakat membawa Felix menggunakan mobil pribadi.

Rei mengangkat tubuh lunglai Felix ke bangku belakang, sementara Tristan menyetir mobil. Livy juga ikut di sisi pengemudi membantu menghubungi rumah sakit terdekat.

Felix yang setengah pingsan mengigau, "Vio..., jangan pergi".

Rei merasakan suhu tubuh Felix semakin tinggi, kaku dan agak kejang langsung berkata, "Livy, call Vio now".

°°°

Viona sedang berlari di lorong rumah sakit menuju bagian ruang operasi. Disana ia menemukan Rei dan Livy, sementara Tristan sudah pergi untuk membereskan urusan polisi.

Rei melihat Viona menuju ke arahnya sambil menangis. Plak!

"Vio!", teriak Livy, tak menyangka Viona langsung menampar Rei.

"Dasar jahat! Aku tidak menyangka kau tega melakukan ini!", teriak Viona.

Rei hanya menyeringai sinis, terlihat begitu burukkah dia di mata Viona? Dan sekarang Viona menangisi Felix dan rela menamparnya karena Felix?

"Kenapa malah tersenyum? Kau gila!", teriak Viona lagi.

Livy yang melihat adegan itu jadi bingung, ia hendak maju untuk melerai dan menjelaskan kejadian sebenarnya pada Viona. Mungkin salahnya juga karena memberi info pada Viona setengah-setengah tadi.

Livy sudah berusaha menghubungi Viona namun tidak diangkat, sehingga ia meninggalkan pesan singkat.

Livy
Vio, ke rumah sakit sekarang. Felix terluka karena berkelahi. Ada Rei juga. Gue shareloc.

Begitulah pesan yang dikirim Livy pada Viona. Saat Viona membacanya, ia langsung berpikiran buruk. Apalagi mengingat pagi tadi mereka bertengkar karena Felix. Ia mengira Rei memukuli Felix lagi. Viona jadi marah dan kecewa.

Rei hendak mengatakan sesuatu, tapi pintu ruang operasi terbuka. Dokter keluar.

"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun luka di kepalanya cukup parah. Saat ini, kami sudah bisa menghentikan darah dan menutupi lukanya. Tapi pasien butuh dioperasi sekali lagi untuk sembuh maksimal. Saat ini pasien masih belum sadar dan kita terus memantau. Langkah selanjutnya tergantung pada kondisi pasien dan... sebaiknya kalian berdoa karena ada kemungkinan terburuk kondisi pasien melemah".

"Maksudnya melemah gimana, dok?", tanya Viona dengan suara bergetar.

"Malam ini kita lihat apa pasien bisa bertahan, ada kemungkinan pasien tidak selamat. Lebih baik saya mengatakan yang terburuk agar kalian siap. Permisi".

Viona dan Livy berpelukan bersama dan menangis. Sedangkan Rei malah jadi tambah kesal dengar penjelasan dokter. Gimana sih dokternya, kenapa malah bikin keluarga pasien pesimis begini? Pikir Rei.

Rei menyampingkan amarahnya sesaat begitu mendengar kabar Felix. Walau tidak suka, Rei juga tidak sampai hati ingin Felix mati. Apalagi melihat Viona begitu sedihnya. Rei jadi tidak tega. Ia membelai rambut Viona untuk menghiburnya, tapi malah ditepis.

"Jangan sentuh aku! Aku tidak ingin melihatmu lagi, pergi sana!", teriak Viona histeris.

Rei memandang Viona sekilas.

"Oke", jawab Rei mengangguk dan pergi.

"Oke", jawab Rei mengangguk dan pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang