Kebenaran

72 2 0
                                    

Saat itu ponsel Viona berbunyi. Rei menghubunginya.

"Enggak diangkat?", tanya Livy gemas melihat Viona hanya memandangi layar ponselnya.

"Lu aja deh yang angkat, bilang aja gue lagi tidur", jawab Viona. Ia belum siap bertemu ataupun bicara dengan Rei.

Livy pun menurut, ditekannya tombol hijau di layar ponsel Viona.

"Halo, Rei".
"Iya, ada disini dia. Lagi tidur, kecapekan kali semalam di rumah sakit".
"Felix? Membaik, kok, menurut Viona, kondisi kritisnya sudah lewat".
"Iya.. haha, iya...sip, ok".

Livy mengakhiri panggilan dari Rei.

"Dia bilang apa aja?", tanya Viona penasaran.

"Dia minta gue jagain lu, katanya enggak usah diturutin kalau lu minta ini itu daripada nyusahin. Langsung pulangin aja".

Dasar Rei! Masih sempat-sempatnya menyebalkan di saat begini. Pikir Viona.

°°°

Sudah seminggu ini Viona belum pulang ke rumah, masih menginap di apartemen Livy. Viona butuh waktu karena banyak kenyataan yang terungkap.

Pertama, kedekatan Livy dan Felix. Livy mengakui bahwa dia dan Felix mulai dekat ketika Viona dijodohkan. Walau ngakunya tanpa perasaan, cuma friend with benefit.

Kedua, Felix masih mencintai Viona. Livy sering mendengar curhatan Felix tentang Viona, apalagi saat Felix sekarat kemarin, nama Viona yang disebut-sebut.

Ketiga, usaha Felix sedang di ambang kebangkrutan karena kurang sukses. Itulah sebabnya ia belum berani menerima ajakan menikah Viona. Entah kenapa dari dulu Felix selalu kurang beruntung dalam mencari pemasukan.

Awalnya Viona kecewa dengan Livy, kenapa harus friend with benefit dengan mantan pacar sahabat sendiri? Padahal selama ini, Viona dan Felix tidak pernah melakukan lebih dari itu. Saling menjaga hingga waktunya menikah nanti.

Kenapa juga Felix dengan mudah melepas keperjakaannya pada Livy jika tidak ada perasaan apa-apa? Kenapa Felix memendam semuanya sendiri? Tidak cerita pada Viona, tapi malah pada Livy?

Viona jadi pusing.

Felix juga mulai sadar, ada sekali dua kali Viona menjenguk Felix dan ibu Felix curhat tentang kesulitan biaya pengobatan pada Viona.

Viona ingin meminta tolong Rei, tapi malu. Jadinya ia minta Livy yang menghubungi Rei.

"Tell her not to worry, I'll take care of it", ucap Rei saat itu pada Livy.

Livy menyampaikan ke Viona bahwa Rei dan Tristan sudah menuntut pertanggungjawaban dari Rico, anak salah satu pejabat yang memukul kepala Felix dengan botol.

Viona sangat bersyukur tentang itu. Terima kasih, Rei. Ucap Viona dalam hati.

Kebaikan dan pertolongan Rei malah membuat Viona semakin menjauh, entah kenapa. Sudah seminggu ini juga Rei tidak menghubungi maupun mengabarinya lagi.

Ya iyalah, Vio. He must be mad at you. What you've done to him is unforgiveable. Pikir Viona. Sudah bagus sejauh ini belum digugat cerai.

To Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang