Dia Datang

72 3 0
                                    

Di tempat penculikan.

Viona yang bangun dari pingsan terkejut karena dirinya sudah tidak terikat di kursi. Bajunya pun sudah terlepas, hanya menyisakan bra. Untung ia masih memakai celana panjangnya.

"Nah, sudah bangun nih cewek. Game on", ucap salah satu pria.

"Gimana, bos?", tanya pria kedua.

"Bagus, lanjutkan! Mana si anjing!? Bawa dia kesini juga, biar dia bisa lihat langsung ceweknya gue masukin!", teriak Rico.

Dua orang pria membawa Felix yang sudah tidak berdaya duduk di kursi dekat situ. Felix melotot melihat adegan di depan mata dan sudah tahu kemana arahnya.

"Rico, gue... mohon, jangan lakuin ini. Jangan libatin dia. Bunuh gue aja, please...!", ucap Felix terbata, bahkan sampai menangis. Ia benar-benar takut membayangkan hal buruk terjadi pada Viona.

"Wah, nangis dia. Haha, lucu nih. Coba lu rekam donk", ucap Rico pada salah satu anak buahnya. Kemudian Rico mendekati Felix, "tahu enggak? Ngeliat lu begini makin bikin gue semangat untuk pakai cewek lu ini. Just enjoy the show, boy".

Dengan sisa kekuatannya, Felix melayangkan pukulan tepat di hidung Rico hingga patah dan darah mengalir deras.

"Aargh, bangsat!!!", teriak Rico mundur sambil memegang hidungnya. "Kenapa malah diam? Hajar dia!"

Anak buah Rico menghajar Felix. Viona yang melihatnya jadi menangis histeris.

"Hentikan, jangan! Tolooong, Rei!!!", isak Viona di sela-sela putus asanya.

Gubrak! Salah seorang yang menghajar Felix tersungkur. Rico, Viona dan orang-orang disana terdiam. Mereka melihat seseorang dengan wajah penuh amarah sedang mencari mangsa. Rei!

"Rei!", panggil Viona senang. Ia sungguh lega melihat Rei datang. Entah kenapa Viona sudah menduga Rei pasti akan datang menolongnya cepat atau lambat.

Muka Rei tidak bisa ditebak ketika melihat Viona setengah telanjang. Matanya menggelap dan memandang tajam pada orang-orang disana. Jujur saja, Viona sendiri agak takut, ia belum pernah melihat sisi Rei yang penuh aura membunuh seperti ini.

"Hajaar", teriak salah satu orang yang berani maju duluan, diikuti yang lain. Ada mungkin 10 preman, Rei melawan mereka semua sendirian.

Setelah beberapa saat, Rei mulai di atas angin. Tinggal tiga orang preman, tujuh preman sudah terkapar. Tiga orang itu ketakutan dan ragu-ragu untuk menyerang Rei.

"Berhenti!", teriak Rico. Ia memegang pisau yang diarahkan ke leher Viona. Terlihat sorot ketakutan di mata Rei yang tertangkap mata Rico.

"Ikutin perintah gue atau gue tebas leher dia", ucap Rico.

Rei mengangkat tangannya tanda menyerah.

"Sekarang berlutut lu!", teriak Rico. Rei segera melakukan apa yang diperintahkan Rico, karena ia tidak ingin terjadi apa-apa pada Viona.

"Jalan merangkak kayak anjing ke arah gue sini", perintah Rico.

"Rei, jangan!", ucap Viona. Ia tidak terima Rei direndahkan seperti itu.

"Diaam!", teriak Rico sambil menjambak kencang rambut Viona, hingga Viona merasa pusing, matanya berkunang-kunang.

Sebelum pingsan, Viona samar-samar melihat Rei menuruti keinginan Rico yang merendahkannya. Ia benar-benar merangkak.

Oh, Rei. Akhirnya Viona menutup matanya dengan meneteskan air mata.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang