45

2.2K 157 38
                                    

Suara keras tangis bayi seketika membuat Dania terbangun dari mimpi indahnya. Dimana dimimpi itu semuanya terlihat baik-baik saja. Andre, Dania dan anak mereka yang lucu. Keluarga kecil mereka tampak hidup bahagia dan sempurna. Sesaat setelah membuka mata Dania mengernyitkan keningnya karena merasa bingung melihat langit kamar yang berbeda dengan kamar miliknya dan mengapa ada suara tangis bayi dirumahnya.

Menghela napasnya lelah Dania menyadari dia tidak sedang berada dirumahnya melainkan dirumah Fabian. Fabian ah..lelaki itu sahabat suaminya yang dulu membenci dirinya setengah mati. Tapi kini justru rumah lelaki itulah yang menjadi tempatnya berlindung juga lelaki itu pula yang menjadi tempatnya bercerita. 

Matanya melihat kearah jam yang ada didinding yang sudah menunjuk ke angka sembilan. Sepertinya dirinya tidur cukup lama dan Dania bersyukur bisa tertidur nyenyak ditengah masalahnya seperti sekarang, karena ternyata mengistirahatkan tubuh dan otaknya walau hanya beberapa jam nyatanya membuat perasaan dan keadaannya menjadi lebih baik. Hanya saja wanita berambut panjang itu sepertinya belum berniat untuk bangun dari tempat tidur. Dania malah memilih memejamkan matanya kembali. Sedikit berharap bisa kembali ke mimpi yang barusan dia alami. Dania tampak tertawa kecil mengingat mimpi yang baru ia alami.

"Ah..andai semuanya nyata" ujarnya pelan

Tapi dari pada larut dalam mimpi yang tak mungkin jadi nyata Dania pun segera beranjak bangun. Duduk sebentar dipinggir tempat tidur sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Berusaha menyadarkan dirinya bahwa semua hanyalah mimpi belaka. Dania melangkahkan kakinya menuju kamar mandi berniat untuk mencuci muka. Setelah ini Dania berniat akan langsung pulang kerumahnya. Tidak enak rasanya merepotkan Fabian terus menerus dan Dania harap semoga saja saat tiba dirumahnya wartawan-wartawan itu sudah tidak ada. Dia masih belum siap berbicara didepan umum setidaknya tidak hari ini. 

Tiba didepan wastafel Dania menatap wajahnya dicermin. Sembab dimatanya tampak lebih baik dari pada tadi malam. Termenung menatap bayangannya yang ada dicermin Dania mengingat semua peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Teringat akan kembali mimpinya barusan. Teringat kembali pertemuan pertamanya dengan Andre. Teringat kembali awal jatuh cinta pada lelaki baik hati dan tampan itu. Teringat kembali bagaimana dirinya dan Andre bisa menikah. Teringat kembali semua perdebatan diantara mereka. Teringat kembali Andre memberitahukan bahwa suaminya itu mempunyai anak dari wanita lain. Teringat kembali hari saat kepergian anaknya. Semua seperti film yang terputar dipikirannya.

"Kenapa kita jadi begini sih, An? Kenapa jadi sehancur ini?" tanya Dania pada cermin yang didalamnya hanya ada bayangannya

"Apa aku harus mengikhlaskan kamu seperti yang Dian pernah katakan?"

"Tapi apa aku bisa hidup tanpa kamu,An? Hanya saja saat ini aku sudah terlalu lelah memperjuangkan kamu, An. Semua sudah terlalu menyesakan dada. Ternyata selama ini terlalu banyak luka diantara kita, An"

"Tolong jawab aku harus bagaimana, An? Aku berat melepaskan kamu tapi saat bersama kamu hanya ada rasa sakit diantara kita" tanya Dania yang kini menunduk meremas kuat pinggiran wastafel dan tanpa ada jawaban atas tanyanya 

Mengusap wajahnya dengan air Dania menghela nafas pasrah dan menatap wajahnya sendiri dicermin sambil berujar lirih "Sepertinya hari ini banyak hal yang harus aku selesaikan"

Hal pertama yang Dania lakukan sebagai upaya menyelesaikan salah satu masalahnya adalah mengaktifkan handphonenya kembali. Terlihat banyak chat yang masuk ke handphonenya. Belum lagi bunyi notifikasi akun media sosialnya yang terus berbunyi. Tapi Dania mengabaikannya, memilih satu kontak untuk dihubungi dan tanpa harus menunggu lama bahkan hanya dinada sambung pertama telepon darinya langsung diterima

"NIA..loe dimanaaaaaaa?" sambung Dian heboh

"Berisik loe!!" ujar Dania 

"Astaga nek..gue mau mengundurkan diri aja jadi manajer loe deh. TITIK GAK PAKE KOMA!! Asal loe tau gue mau digorok babe loe. Babe loe nyariin loe. Dia ngancam gue kalau gue masih gak nemuin loe hari ini gue mau dimatiin"

BROKEN WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang