Bab 3 Aksi Para Pria Tua 2

4.7K 12 0
                                    

**Stella Wijaya**
Hari mulai siang dan Stella masih terus membolak-balik halaman tabloid Ibu & Anak. Dia masih menunda pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau memasak. Setelah merasa sedikit sembuh dari pusing, barulah Stella bangkit dari bermalas-malasan dan melangkah menuju dapur.
Saat itulah terdengar pintu pagar dibuka.
Siapa yah? Apa mungkin tukang pos yang mengantarkan surat atau paket? Pikir Stella dalam hati. Saat membuka pintu, Stella menemui Pak Kuncoro sedang membawa tas kresek hitam besar.
"Oh, saya kira siapa. Gimana Pak Kuncoro?" tanya Stella.
"Mbak Stella kok di rumah? Tidak kerja hari ini?" balas Pak Kuncoro.
"Oh, nggak, Pak. Soalnya hari ini badan agak kurang sehat, kepala juga pusing." jawab Stella.
"Oh begitu. Ini saya mau ngambil sampah. Biasanya Bu Kuncoro yang ngambil sampah di keranjang belakang. Tapi tadi tiba-tiba saja Bu Kuncoro juga tidak enak badan." ujar Pak Kuncoro.
Meskipun sedang malas berbasa-basi, Stella tidak mau tidak sopan terhadap tetangganya ini.
"Oh begitu. Sampahnya ditaruh depan rumah saja, Pak. Nanti diambil sama tukang sampah yang keliling kan?" ucap Stella.
"Iya, Mbak, kalau diletakkan di keranjang depan, pasti diambil tukang sampah komplek." jawab Pak Kuncoro.
Stella mengangguk dan mempersilahkan Pak Kuncoro masuk.
"Em, maaf Mbak. Tapi boleh saya minta segelas air putih? Saya haus sekali." tanya Pak Kuncoro.
"Tentu saja boleh, Pak. Kan sudah biasa? Anggap saja rumah sendiri. Sini, biar saya saja yang mengambilkan. Bapak duduk dulu." Kata Stella sopan.
Ketika kembali dengan segelas air putih, Pak Kuncoro sudah duduk di ruang tengah. Dengan cepat Pak Kuncoro meneguk air putih dan mengembalikan gelasnya pada Stella. Ibu muda yang cantik itu mencoba mengambil gelas, tapi sebelum sempat menarik gelas, tangan Stella sudah ditarik oleh Pak Kuncoro.
Tubuh Stella tertarik ke depan ke arah pelukan Pak Kuncoro. Dengan sigap Stella memutar tubuh sehingga Pak Kuncoro kini berada di belakangnya dan mencoba lari, tapi Pak Kuncoro terus memegang tangan Stella dan memeluk tubuhnya. Saat mereka bergumul gelas yang dipegang Stella terlempar hingga pecah berkeping-keping.
Tangan Pak Kuncoro mulai nakal meraba-raba dada Stella yang kenyal dan padat lalu meremasnya dengan sangat keras hingga terasa sakit. Stella membungkukkan badan ke depan mencoba melepaskan diri dari pelukan erat Pak Kuncoro. Semua usaha Stella sia-sia. Untuk bisa mempertahankan keseimbangan diri, Stella harus mundur ke belakang.
Tanpa dikomando, Pak Kuncoro segera beraksi. Pria tua itu menyelipkan selangkangannya yang sudah membusung besar ke lipatan pantat Stella. Tangannya juga meremas buah dada Stella dengan sangat kasar. Stella mengernyit kesakitan.
"He-Hentikan, Pak!! A-Atau saya akan teriak minta tolong!" kata Stella terbata-bata. Dia sangat ketakutan.
"Aku tahu Mbak Stella tidak akan melakukan itu. Apa yang dibutuhkan Mbak Stella adalah tidur dengan laki-laki sejati dan bisa memberikan kenikmatan dan kepuasan tak terhingga. Setelah kita bersetubuh nanti, Mbak Stella akan menjadi seorang wanita yang mendambakan kontol besar setiap hari." kata Pak Kuncoro sambil terengah-engah penuh nafsu.
Setelah berusaha mengatasi kepanikan, Stella mencoba melawan. Tangan Stella meraih rambut Pak Kuncoro, memaksa pria tua itu menunduk dan dengan sekuat tenaga Stella menyepak kontol Pak Kuncoro.
"Aduh! Lonte!! Pelacur!!!" pekik Pak Kuncoro kesakitan.
Pria tua yang mesum itu pantas menerimanya. Dengan nekat Stella mencoba kabur ke pintu depan sambil melewati Pak Kuncoro yang sedang kesakitan. Salah besar. Tangan Pak Kuncoro menarik rambut Stella dan membanting tubuh si cantik itu ke lantai. Stella yang jauh lebih ringan terbanting dengan keras. Pak Kuncoro melepaskan rambut Stella.
Stella mencoba berdiri dengan sempoyongan, ia berusaha mempertahankan kesadarannya. Dengan satu tamparan keras di pipi, tubuh Stella terlempar lagi ke lantai. Air mata mulai menetes di pipi mulus Stella. Tamparan kedua menyusul tak lama kemudian, membanting tubuh Stella ke arah yang berlawanan. Akhirnya pukulan dan tendangan Pak Kuncoro seakan tak berhenti menghajar tubuh Stella.
Pak Kuncoro mengunci tubuh Stella, sehingga walaupun wanita cantik itu berusaha melawan, semua tidak ada gunanya. Tak perlu waktu lama sebelum akhirnya perlawanan Stella mengendur dan tubuhnya mulai lemas. Tamparan demi tamparan Pak Kuncoro menjadi hajaran yang tak tertahankan.
"Pak!! Saya mohon!! Hentikan! Hentikan!!" ratap Stella sambil menangis.
Akhirnya Pak Kuncoro berhenti menghajar Stella. Istri cantik Rendra mulai meraung-raung dan menangis sejadi-jadinya. Darah menetes dari hidungnya yang sembab.
"Nggak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh." Pak Kuncoro menyeringai.
Tangan Pak Kuncoro mulai bekerja dengan cepat melucuti pakaian yang dikenakan Stella. Pak Kuncoro melepas rok dan rok dalam yang dipakai Stella. Akhirnya istri Rendra bisa merasakan tangan kuat pria tua itu merobek celana dalamnya.
"Jangan coba untuk melawan lagi keinginanku untuk mencicipi tubuhmu. Saya akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tak terhingga untuk Mbak Stella. Setelah saya ngentotin kamu akan mendapatkan kenikmatan dariku." Pak Kuncoro menyeringai.
Stella tidak percaya ini semua terjadi padanya.
Pak Kuncoro juga tidak percaya melihat kemolekan tubuh Stella. Kaki yang jenjang, paha yang mulus dan rambut tipis tercukur rapi menutup gundukan memek yang bersih. Keindahan yang tidak ada duanya. Keindahan tubuh Stella persis seperti apa yang selalu diidam-idamkan oleh Pak Kuncoro ketika masturbasi sendirian di kamar mandi.
Tubuh yang molek dan indah itu kini tergolek pasrah di atas lantai. Pak Kuncoro tak perlu waktu lama untuk menyerang tubuh Stella. Dia membenamkan kepala di antara paha Stella dan mulai menghirup aroma wangi liang kewanitaannya. Pak Kuncoro mulai menjilati bibir memek Stella.
"_Occhhh! Nikmat sekali._" ucap Stella dalam hati.
Stella menggigil tak berdaya sambil mencengkeram kepala Pak Bejo dengan kedua tangannya dan mencoba mendorongnya menjauh. Bahkan Rendra tak berani melakukan itu padanya. Lidah Pak Kuncoro makin lama makin meningkat intensitas iramanya dan Stella mulai kehilangan kendali pada tubuhnya. Dengan malu Stella mulai menyadari kalau tubuhnya perlahan menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Kuncoro sementara batinnya mencoba mengingkari.
"Aaaaccccchhhhhh" Stella mendesah panjang dan keras sambil terus mencoba mendorong kepala Pak Kuncoro.
Desahan Stella makin lama makin keras dan tubuhnya menggigil penuh nafsu birahi di bawah rangsangan luar biasa dari Pak Kuncoro. Stella sudah tidak ingat lagi akan semua hal yang ia junjung tinggi, pekerjaan, pendidikan, latar belakang, keluarga, suami, anak.. semua hilang ditelan nafsu. Tidak ada jalan keluar.
Dia akan ditiduri oleh laki-laki ini, seorang pria tua yang ternyata memiliki hati busuk. Dengan kecepatan tinggi, Pak Kuncoro mulai meloloskan baju dan celana yang ia kenakan sambil tetap mengunci tubuh Stella. Saking nafsunya, ia bahkan merobek kaos oblongnya. Berbaring di lantai, Stella sekilas melihat batang kontol Pak Kuncoro sebelum dia akhirnya memeluk Stella.
"_kontol Pak Kuncoro sangat besar, bahkan lebih besar dari milik Rendra._" batin Stella dalam hati.
Kaki Stella yang jenjang diangkat ke atas oleh pria tua yang sudah nafsu itu, keduanya ditautkan di pundak Pak Kuncoro dan dengan secepat kilat, Pak Kuncoro sudah sampai di selangkangan Stella. Tanpa tunggu waktu terlalu lama, langsung dilesakkan kontolnya ke dalam memek Stella.
"Ooccchhhh.. Ya.. Hhmmm!" desah Stella ketika kontol Pak Kuncoro masuk ke dalam liang memeknya.
Si cantik itu bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak kesakitan saat kontol Pak Kuncoro dipompa dalam rahimnya berulang-ulang kali. Tapi Pak Kuncoro tetaplah seorang pria tua. Tidak sampai lima menit, Pak Kuncoro sudah melepaskan cairan pejuhnya di dalam rahim Stella. Si cantik itu menatap wajah Pak Kuncoro dengan perasaan campur aduk.
"Sudah kubilang kalau kau akan menikmati semua ini, Mbak Stella. Desahanmu terdengar sangat keras dan merangsang." kata Pak Kuncoro sambil meringis penuh kemenangan.
Stella yang malu memalingkan wajah. Saat wanita cantik yang baru disetubuhi berusaha bangun, Pak Kuncoro menarik tubuh Stella dan memeluknya.
"Mau kemana, sayang? Kita kan belum selesai. Kamu nggak pengen dientot lagi?" ucap Pak Kuncoro.
"Mau ke kamar mandi." Kata Stella berusaha melepaskan diri dari pelukan Pak Kuncoro.
"Tapi kamu kan nggak bisa pergi seperti ini."
Pak Kuncoro berdiri dan membantu Stella untuk berdiri. Satu persatu dilucuti semua pakaian yang melilit tubuh indah Stella. Mulai dari baju, bra sampai rok dalam yang masih tersangkut di kaki Stella. Setelah selesai, dibaliknya tubuh Stella.
"Sekarang baru boleh pergi, nanti kesini lagi." kata Pak Kuncoro terkekeh sambil meremas pelan pantat Stella yang bulat dan mulus.
Sambil menahan air mata, Stella pun pergi ke kamar kecil, didalam kamar kecil Stella mengingat kembali kejadian pemerkosaan yang baru dialami, meski belum sempat orgasme tapi Stella mengakui kenikmatannya.
Saat kembali ke ruang tengah, Pak Kuncoro sedang menonton acara TV.
"Duduk di pangkuanku! dan goyangkan pantatmu." Perintah Pak Kuncoro sambil menepuk kakinya.
Stella sempat ragu-ragu untuk sesaat, dia sangat sadar bahwa dirinya saat ini sedang telanjang tanpa sehelai benangpun di depan seorang pria yang bukan suaminya sendiri. Orang itu kini menghendaki tubuh indahnya duduk di pangkuannya. Stella hanya bisa mendesah penuh kepasrahan. Air matanya kembali menetes.
Tak berapa lama setelah duduk di pangkuan Pak Kuncoro sambil menggoyangkan pantatnya, tangan jahil pria tua itu mulai meraba-raba tubuh indahnya terutama buah dadanya diremas-remas. Lama kelamaan, api yang tadinya padam mulai menyala lagi, Stella mulai terangsang. Kali ini Pak Kuncoro ingin mengeluarkan pejuh di mulut Stella.
Istri Rendra itu memang sangat jarang melakukan oral seks atau fellatio pada suaminya sendiri karena terlalu alim. Sekali dua kali dilakukannya dengan terpaksa. Stella selalu menganggap hal itu kotor dan menjijikkan. Hanya pemain film porno yang pernah melakukannya.
"Aku tidak mau melakukannya." kata Stella bersikukuh.
Tanpa banyak bicara Pak Kuncoro meraih kepala Stella dan akhirnya istri Rendra itu hanya bisa pasrah. Stella mulai mengoral kontol Pak Kuncoro. Remasan tangan Pak Kuncoro di kepala Stella mengeras. Si cantik itu bisa merasakan denyutan di kontol yang diemutnya kalau Pak Kuncoro hampir mencapai orgasme. Kontolnya sangat besar dan keras di dalam mulut Stella sehingga dia mulai batuk-batuk dan kehabisan nafas tapi Pak Kuncoro tidak peduli.
Stella berusaha mundur untuk menarik nafas, tapi tangan Pak Kuncoro meraih rambut belakang Stella dan mendorongnya maju sampai tertelan seluruh batang kontol sang pria tua. Karena kuatnya dorongan Pak Kuncoro, tubuh Stella menggelepar karena tercekik kehabisan nafas. Stella berontak dan berusaha melepaskan diri, tapi Pak Kuncoro terlalu kuat untuknya.
Lalu perlahan pria tua itu berhenti sesaat, memberikan kesempatan bagi Stella untuk bernafas sejenak. Sayang hanya sebentar, karena kemudian tiba-tiba saja kepala Stella didorong maju dan dipaksa menelan seluruh batang kontolnya. Tepat ketika ujung kepala kontol Pak Kuncoro menyentuh tenggorokan Stella, air mani pun meledak di dalam mulutnya.
Tidak ada jalan lain kecuali menelan seluruh pejuh yang dikeluarkan oleh Pak Kuncoro untuk menahan diri agar tidak tercekik.
Saat dilepas oleh Pak Kuncoro, Stella rubuh ke belakang dan menarik nafas lega. Seluruh pipi dan dagunya belepotan air mani Pak Kuncoro yang keluar dari bibirnya yang merah. Sadar apa yang baru saja diminumnya, langsung saja Stella merasa mual. Istri Rendra itu segera lari ke kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Setelah muntah, Stella merasa lebih baik dan tidak lagi merasa mual.

Noda Merah PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang