15. Putus

3.3K 191 7
                                        

"Gimana sama kamu, apakah kamu akan memutuskan wanita itu dan menjadi miliku?"

Albiu terdiam sejenak, membuka seatbltnya dengan perlahan, "gue sekolah dulu Pak," kata Albiu membuka pintu mobil dengan senyuman. (Untung ga bilang laper)

Vegas mengangguk, "hati-hati, jangan jajan sembarangan," jelas Vegas.

"Iya Pak."

--

Sekarang Albiu berjalan menelusuri koridor sekolah, menuju kelas yang akan ia datangi hari ini, kelas itu adalah kelas 11A dimana sang kekasih berada. Setelah sampai disana, Albiu hanya berdiri disisi pintu untuk menunggu Runi datang kepadanya.

"Sayang," kata Runi, melirik kearah temanya yang disebelahnya itu yang telah mengikutinya, "kenapa kesini?" tanya dia, menatap kembali kearah Albiu.

Albiu melirik Charyeong yang tengah memasang wajah masam, lalu ia menghela nafas kasar, "gue bisa bicara sama lo berdua ga?"

Runi menaikan alisnya heran, ketika sang kekasih memanggil gue dan lo kearahnya, lalu ia mengangguk dan menarik tangan Albiu untuk mengikutinya. Tidak butuh waktu lama, mereka berada disamping kamar mandi yang bisa dilihat jelas jika disana tidak ada siapapun.

"Ada apa?" tanya Runi heran, "dan juga kenapa pas kemarin batalin janji kita?" tanya aruni lagi membuat Albiu tersenyum samar.

"Sorry gue sibuk kemarin," jawab Albiu.

"Gue?" tanya Runi kesal, "aku buat salah kah?" tanya Runi heran. Karena, sang kekasihnya jarang memanggil dengan ucapan seperti itu.

Albiu menggelengkan kepalanya dengan pelan, mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celana.

"Selamat ulangtahun," kata Albiu memberikan kunci itu ketangan Runi, membuat wanita itu tersenyum indah, "maaf gue telah ngasih kadonya."

"Makasih sayang," jawab Runi, tersenyum indah. Namun, bibirnya kembali cemberut, "aku tadi tanya, aku buat salah apa sampai kamu bilang lo gue keaku?" tanya Runi kembali, memegang lengan Albiu lembut dengan mata memelasnya.

"Gue bosan," jawab Albiu, melepaskan tangan Runi dengan perlahan, membuat wanita itu menatapnya heran, "pacaran sama lo sangat membosankan, gue mau kita putus."

"Al!" lirih Runi, meraih tangan Albiu lembut, "jika aku melakukan kesalahan, katakanlah, jangan berbicara kaya gitu."

Albiu menatap lekat wanita didepanya, matanya mulai sayu memegang pipi lembut Runi dengan pelan ketika ia melihat mata Runi yang semakin lama semakin berkaca-kaca.

"Kenapa nagis?" tanya Albiu, menyeka sudut mata Runi dengan pelan, "bukankah kamu tidak begitu meyukaiku hm?"

"Apa yang kamu maksud?" tanya Runi menghempaskan tangan Albiu dari pipinya, membuat Albiu melirik dengan tatapan sinis, "kapan aku bilang tidak suka?"

"Sudah aku bilang, aku bosan," jelas Albiu mendekat kearah Runi, "apa kamu tidak mengerti juga Run, aku tidak membutuhkan kamu lagi, jadi kamu bisa pergi dariku! "

Plak, "bangsat," kata Runi lalu berlari meninggalkan pria itu dengan banjiran air mata yang mendampinginya.

Albiu menghela nafas kasar, berjalan perlahan dengan tangan yang ia masukan kedalam saku celananya, ia memasuki kamar mandi dengan wajah datar. Setelah sampai, matanya menelusuru kamar mandi itu dengan helaan nafas ketika tidak ada siapapun disana. Kemudian, ia langsung masuk kedalam salah satu pintu dan menangis didalam sana.

Pagi-pagi diawali dengan kenikmatan, lalu gemetaran dan sekarang tangisan, hari yang benar-benar tidak mengenakan baginya.

Setelah ia selesai meluapkan amaranya dikamar mandi, ia langsung keluar dari kamar mandi itu, mata sayunya kini menatap lelaki tampan yang tengah berdiri dengan tangan yang ia lipatkan diatas dada berdiri dibilik pintu luar kamar mandi.

"Ngapain Lo disini?" tanya Albiu, kepada Nattaniel yang kini menatap tajam matanya, tangan Nattaniel langsung menarik lengan Albiu dengan kasar lalu dihempaslah tubuh itu ketembok kamar mandi.

"Shit, apa sih?" tanya Albiu merasa sakit pada punggungnya. Namun, matanya membulat lagi ketika Nattaniel kini menatapnya dengan serius.

"Berhenti ketemu sama cewek bazhingan itu!" pintah Nattaniel kesal, ia melihat keduanya saling mengobrol tadi. Namun, Nattaniel tidak mengupingnya membuatnya sedikit salah paham, "Lo ngerti?"

"Gue nggak akan ketemu lagi sama dia!"

"Benarkah?" jeda Nattaniel, "kalau gue sampai liat lo masih ketemu sama dia atau faktanya kalian belum putus, habis lo sama gue," jelas Nattaniel membuat Albiu heran, kenapa bocah itu ikut campur dalam urusannya.

"Ngapain lo ikut campur urusan gue?"

"Suami lo itu orang yang paling baik dalam buku sejara gue, jadi kalau lo berani macam-macam sama dia," jeda Nattaniel serius, "gue siap buat bunuh lo Al, walaupun lo orang yang paling gue cinta!"

-

Albiu terus menghela nafas berkali-kali, sejujurnya ia sangat tidak beruntung. Karena, sudah ditandai oleh dua makhluk yang siap membunuhnya, tidak hanya Briyan bahkan sih Nattaniel juga begitu. Lalu besok-besok siapa lagi yang akan menandai wajah dia.

"Kenapa?" tanya Meta membelai rambut Albiu yang kini sedang menyenderkan kepalanya diatas meja, "mata lo sembab, lo habis nangis?" tanya Meta, membuat Albiu menghela nafas. Namun, mata Meta kembali melihat bercak merah yang ada dijenjang leher Albiu dengan terkejut.

"Oalah nagis kenikmatan toh?" tanya Meta lagi sambil mesam-mesem, membuat Albiu menaikan alisnya heran.

"Nagis karena nikmat emang ada anjir?" tanya Albiu langsung duduk tegak disamping Meta.

"Itu loh," jeda Meta, menyatukan jari telunjuk kanan dan kirinya dengan wajah mesum, "ah uh ah ."

Bugh, Albiu memukul tenguk leher Meta dengan buku yang kini ia pegang, sudah dipastikan ini pasti ajaran sih Briyan bangsat, sahabatnya yang paling polos sedunia sudah kenal dengan ah uh ah.

"Shitt sakitlah bangsat," gruti Meta.

"Lagian pikiran lo ngalor ngidul anjing," jeda Albiu kesal, "gue udah putus sama Runi, makanya mata gue sembab," jelas Albiu lagi.

Meta menganggukkan kepalanya dengan pelan, mengacungkan jari jempolnya kearah Albiu, "good, dari dulu kek lo putus!"

"Bazhingan lo ah."

"Lagiankan sekarang lo udah nikah, coba buat jalanin pernikahannya dengan serius," jeda Meta, membuat Albiu memitar bola matanya dengan malas.

"Diantara dua cowok apakah bisa serius?" tanya Albiu tersenyum sinis,"ngaco lo, kalau diantara kita bisa hamil baru gue bakal serius."

"Jadi lo nggak akan mempertahankan hubungan kalian kalau kontraknya sudah berakhir?"

"Iya, lagian buat apa dilanjutin?" tanya Albiu heran, "gue sama dia nggak mungkin dan bokap gue ga akan setuju kalau gue nge-gay."

"Memang sekarang nggak setuju, tapi bokap lo juga bakal luluh kalau lo bujuk mulu kan?" jelas Meta, membuat Albiu kembali menghela nafas kasar.

"Gue males bujuk dan gue ga mau dicap sebagai cowok kemakan omongan sendiri," jelas Albiu, "dan kalau gue mau ngegay gue juga milih-milih Bro, gue bakal pacari cowok mapan dengan wajah tampan dan usia mudah."

"Cowok mapan dan usia mudah memang bisa menjamin kebahagiaan Lo?" tanya Meta tersenyum miris.

"Bisa, Runi juga bahagia sama gue walaupun tanpa cinta?"

"Jangan jadiin masa lalu alasan buat lo nyakitin orang lain, kalau lo ngelakuin itu berarti lo nggak ada bedanya sama dia."

"Ck iya-iya ustadz."

Bersambung...

My Husband Is Police ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang