38. Penjelasan

1.7K 141 36
                                    

Di luar kantor polisi, Vegas dan Albiu berdiri di sisi bangunan, tepatnya di gang sempit yang membatasi antara kantor dan supermarket di sebelahnya. Vegas menatap Albiu dengan tangan dilipat ke depan, sorot matanya tajam, dan hembusan nafasnya berirama.

"Apa yang kamu lakukan tadi?" tanya Vegas pura-pura tidak mengerti jika ada rasa cemburu dari bocah di depannya terhadap Vegas dan juga Zhusi, "Kenapa diam? Kamu pikir hebat melakukan itu kepada seorang wanita?" tanya Vegas lagi ketika Albiu hanya menunduk, menghindari kontak mata mereka.

"Kalau diajak mengobrol itu, tatap mata orangnya!" jelas Vegas. Albiu masih diam, tidak menjawab. "Kamu tidak mendengarkan apa yang saya katakan, Albiu?"

Vegas menghela nafas perlahan, menatap ke samping untuk menahan tawanya. Yah, dia bermaksud untuk mengusili Albiu sedikit dengan menggunakan nada tinggi. Namun, ketika menyadari bahwa Albiu telah menangis di depannya, Vegas terkejut dan sedikit khawatir. Dia berfikir, bahwa Albiu tidak akan menangis hanya karena kata-kata yang dia ucapkan.

Vegas mendekati Albiu dengan lebih lembut. "Albiu, kamu menangis?" tanya Vegas memegang kedua bahu Albiu lembut.

Albiu menggeleng, bertahan untuk menyembunyikan wajahnya dari tatapan Vegas. Akan tetapi, Vegas meraih dagu Albiu hingga mata mereka saling bertemu.

"Jelek," ucap Vegas, membuat Albiu mengerutkan alisnya kesal.

Albiu melepaskan tangan Vegas dari dagunya, "iyalah, gue mah nggak secantik tante tadi!"

"Kok jadi bawah-bawah dia?"

Albiu terdiam, menghindari kontak mata mereka dengan wajah kesal.

"Maaf jika kamu terluka atas perkataan saya," ucapnya pelan, menyesali sikapnya yang terlalu keras. "Saya tidak bermaksud membuatmu menangis. Saya hanya ingin kamu mengerti pentingnya memperlakukan orang dengan baik."

"Bukan karena itu," jeda Albiu menatap Vegas samar, "kalau gue punya salah jelasin, jangan langsung cuekin gue kaya gitu!"

"Gue bingung banget tiba-tiba Bapak kaya gitu, tiap malam gue bertanya sama diri sendiri, sebenernya gue salah apa sih sampai dicuekin sama lo lama banget gitu?" tanya Albiu, menatap Vegas dengan wajah sedihnya.

"Kalau emang bosen bilang aja, nggak usah main dibelakang gue, lo pikir gue nggak tau apa yang lo lakukan dengan wanita lain?" jelas Albiu mengambil nafas kesal, "kalau sama orang lain tidak masalah, ini mah jalanya sama mantan calon istri!"

"Kita-" kata Vegas namun terpotong oleh Albiu,

"Gue tau betul perbandingan gue sama mantan lo, iya gue tau dia perfect dari segala sisi, nggak kaya gue yang mines dari segala sisi. Tapi asal lo tau Pak, yang nanam beni punya lo itu gue bukan dia, jadi tetep guelah prioritas lo sekarang, bukan dia!" tambah Albiu lagi.

"Emang kapan saya mem-" kata Vegas lagi-lagi terpotong.

"Kalau lo ngehargai gue seharusnya lo nggak main sama cewek lain! Bapak nggak seharusnya ngelakuin itu sama gue," kata Albiu menyeka air matanya, "kalau bapak tidak cinta, tinggalin gue sek-"

Cup, "cerewet," kata Vegas mengecup sekilas bibir lembut Albiu, "tidak bisakah kamu memberikan saya peluang untuk membela diri?"

Albiu membuang wajah kesamping,"yah tinggal bilang aja, nggak usah cium gue juga," lirihnya tak bisa mengkondisikan wajahnya yang telah merah.

"Masih saya kecup loh, belum saya kokop dan kenyot," ucap Vegas, membuat Albiu menatap Vegas salting, "sudah saltingnya, saya mau bicarain hal serius ini!"

Albiu langsung menatap Vegas, "siapa yang salting!"

"Selalu saja menyangkal!" jeda Vegas menghela nafas kasar, "saya tanya sama kamu, sebenarnya kamu cinta tidak sama saya?"

Albiu terdiam dengan kontak mata yang tak mau bertatapan dengan Vegas, "diam berarti tidak ada yah, baiklah. Perkiraan saya salah ternyata!"

Cup, Albiu mengecup sekilas bibir Vegas pelan.

"Apa main cium cium?" tanya Vegas menatap tajam kearah Albiu, "saya nyuru kamu buat jawab, bukanya nyium saya!"

"Yah itu!"

"Oh kamu tidak mau mengatakannya?"

"Heem!"

"Yaudah saya kasih dua pilihan!" kata Vegas membuat Albiu menatap Vegas penasaran, "jawab dengan lisan atau ewe in publik!"

"Kalau kamu pilih salah satu tadi, maka saya mengganggap jawaban kamu adalah cinta!" lanjut Vegas.

"Yang bener aja," teriak Albiu kaget.

"Yah tinggal pilih, nggak ada yang susahpun untuk mengungkapkan perasaan!"

"Yah sus-"

"Tiga," ucap Vegas menghitung mundur.

"Dua!" kata Vegas sambil mengangkat dua jari, matanya fokus pada Albiu yang menatapnya dengan tegang.

Albiu menelan ludah, dengan napas yang berat, ia mengangkat wajahnya ke arah Vegas. "Iya gue cinta sama lo!" ucap Albiu perlahan, suaranya hampir terdengar gemetar.

Vegas tersenyum lega, merasakan detik-detik tegang yang akhirnya mereda. "Baiklah," katanya, melepaskan napas panjang.

"Udah gitu doang?"

"Memang kamu maunya gimana? Maunya ngangkang kah?" tanya Vegas membuat Albiu mendatarkan wajahnya.

"ihhhhhhh pak!"

Vegas tertawa pelan, terpesona oleh kepolosan Albiu. "Kan memang benar, nanti saya nyuru kamu ngangkang kalau dirumah saja!" katanya sambil memeluk Albiu erat.

Albiu membalas pelukan Vegas dengan hangat, wajahnya merona merah. "Lo lupa kalau gue lagi marah sama lo?"

"Memang kamu marah tah?" ujar Vegas melepaskan pelakukan mereka dengan pundak Albiu yang ia pegang dan menatap wajahnya dengan lembut.

"IH GUE MARAH LOH TADI!"

"Dimana-mana ke marah itu bikin orang-orang takut. Tapi buktinya, saya justru jatuh cinta, apakah benar yang kamu lakukan itu merupakan kemarahan?"

"SERAH LO!"

Vegas tersenyum samar, memegang kedua bahu Albiu lembut, "Albiu, dengarkan saya! kamu sangat salah jika menganggap saya berselingkuh dari kamu!"

"Saya cuma jalan bersama untuk beberapa hari saja dengan Yeni, untuk perasaan saya. Tentu saya masih mencintaimu dengan sepenuh hati," jeda Vegas menghela nafas lembut, "saya nyuekin kamu bukan berarti saya tidak mencintai kamu, saya hanya merasa capek dan ingin menyerah atas perilaku kamu yang selalu menyuru saya mundur, saya juga tidak suka berada jauh dari kamu. Tapi saya ingin kamu merasakan kebebasan gangguan dari saya yang selalu menyuruh kamu untuk menetap!"

Greb, Albiu memeluk Vegas dengan hati yang begitu sakit, "pasti sakit yah bertahan sama Biu! Maaf karena telat menyadari perasaan ini!"

Vegas membalas pelukan Albiu dan mencium pucuk kepala itu, "tidak, jika untukmu. Bahkan, duripun terasa seperti belaian sutra," ucap Vegas sambil mencium lembut pucuk kepala Albiu, menyampaikan perasaan cinta yang mendalam.

Albiu tersenyum lebar, semakin erat pelukan mereka. Namun, ia dikejutkan kembali disaat Albiu merasakan tetesan air di kulit kepalanya.

"Pak kamu nangis?" tanya Albiu yang langsung dipeluk semakin erat oleh Vegas.

"Saya hanya tidak menyangka jika kamu membalas perasaan saya," kata Vegas membelai lembut kepala Albiu disela pelukan mereka, "saya tidak akan melepaskanmu Albiu. Karena saya tau, mendapatkanmu itu sangatlah sulit!"

Bersambung...

My Husband Is Police ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang