Chapter 2 🔞 (revised)

1.3K 61 3
                                    

"Ahh..." desah dan napas berat sang Lunae memenuhi kamar sang Jenderal Xianzhou Luofu. Tubuh ramping yang biasanya sangat tegap dan kokoh itu kini begitu submisif di bawah kungkungan Jingyuan.

Tubuh sang pewaris Naga Nilakandi dan manusia Semi-Immortal menyatu dengan begitu sempurna. Menghasilkan bayangan erotis bagaimana tubuh mereka saling bergerak cepat hingga membuat kasur mereka berbunyi cukup keras. Jingyuan seolah tak memberi jeda bagi Danfeng dari gempuran kenikmatan yang bertubi-tubi.

Ciri khas pengguna path erudition yang selalu ingin menghancurkan sekeras mungkin namun dengan porsi yang tepat, Jingyuan pun tak berbeda. Baik dalam urusan perang atau ranjang. Lihat betapa kerasnya ia menyetubuhi mate-nya seolah akan menghancurkannya tanpa sisa. Namun nyatanya Danfeng semakin mendamba. Tubuhnya begitu panas, tanduknya yang berwarna biru sampai memerah dan semakin sensitif. Ekor naganya menggeliat ikut memberi rangsangan pada pusat kenikmatan Jingyuan yang sedari tadi bergerak keluar masuk dari tubuhnya.

Jingyuan menggertakkan gigi kala hendak mencapai puncak surga dari penyatuan paling intim yang pernah ia rasakan. Aliran darahnya terasa begitu deras, sederas semburan api panas yang akan mengisi tubuh sang Lunae. Tubuh kekarnya bermandikan keringat dan menyatu dengan milik submisifnya. Wangi tubuh mereka pun menyatu dan memenuhi seluruh kamar yang khusus malam ini terasa begitu erotis.

Tuntas sudah penyatuan dua tubuh yang begitu dramatis itu. Heat tak tertahankan Danfeng akhirnya mereda. Benih Jingyuan telah tertanam jauh di liang sang Lunae. Mengisi cangkang rahim Danfeng yang juga bukti dari anugerah sang Dewa Naga.

Rahim suci untuk Male Dragon Yang Terpilih.

Danfeng terlalu fokus mengisi energi hingga tak sadar muncul tanda di perut putihnya. Tanda naga Qinglong yang bersinar biru. Tanda bahwa rahim suci telah terisi benih yang kelak menjadi telur dan harus ditetaskan. Telur itu adalah calon keturunan murni dari Naga Nilakandi Qinglong setelah puluhan ribu tahun.

Jingyuan melihat semua itu. Ia lantas mencium perut Danfeng dan berkata,

"Tumbuhlah dengan baik."

***

"Apa seenak itu?" Caelus bertanya kepada March yang asyik memakan permen buah bersama Tingyun, Tuan Welt, dan anjing kecil bernama Diting.

March tersenyum lebar. "Sangat enak! Kamu harus coba, Cae! Apa namanya tadi, Nona Tingyun? Tang .. tanghu .." March berusaha mengingat-ingat nama permen tadi.

Tingyun tersenyum gemas dengan tingkah March. "Tanghulu, Nona March," jawab Tingyun dengan suara puppynya.

March dan Tingyun lalu tertawa dan lanjut makan jajanan Xianzhou. Welt tersenyum lembut. Setelah perjalanan melelahkan melawan prajurit yang terserang Mara, akhirnya mereka bisa bersantai.

(Mara: sejenis kutukan seperti zombi dimana saat sudah dibunuh, mereka akan hidup lagi)

"Aku melihat ada catatan tentang 'Sedation of Imbibitor Lunae'. Siapa itu?"

Tingyun menghela napas pelan. "Aihh Tuan Welt. Itu kisah yang menyedihkan. Aku tidak berani menceritakannya. Lagipula lebih baik bertanya kepada Jenderal Jingyuan yang juga saksi dari tragedi itu," Tingyun berkata dengan suara imut khasnya. Ekornya bergerak-gerak gelisah.

Caelus mengerutkan kening. "Tragedi?"

"Ahh.. itu berakhir dengan kematian yang sangat menyedihkan. Aku benci kisah itu."

Caelus dan Welt beradu pandang.

Ngomong-ngomong, mereka jadi rindu Danheng yang masih asyik di kereta Astral Express bersama Himeko.

Remembrance || Jingyuan x Danheng || HSR fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang