10. Ngentot dengan Uci

4.6K 25 5
                                    

Pagi hari, aku sudah mandi dan sudah duduk di meja makan. Aku gelisah. Rasanya aku pengen ngintip Uci. Dia lagi apa ya? Apakah masih tidur? Apakah dasternya tersingkap dan pahanya terlihat jelas? Atau bongkahan pantatnya yang terlihat?

Kuberanikan diri untuk ngintip ke kamar Uci. Aku berdoa semoga kamarnya gak terkunci. Aku sudah menyiapkan jawaban andai pas aku buka pintu kamarnya, Uci sudah bangun. Aku akan bilang kalau aku sedang melamun dan salah kamar. Beres.

Keberuntunganku sedang bagus. Pintu kamar Uci gak terkunci dan Uci masih tidur. Aduhhh... Uci pake daster yang pendek. Pahanya terlihat jelas. Mulus tiada cela. Kontolku langsung bereaksi. Berkedut-kedut. Sebab takut ketahuan Icha, aku cepat-cepat menutup kembali pintu kamar Uci dan segera duduk di tempatku tadi.

 Sebab takut ketahuan Icha, aku cepat-cepat menutup kembali pintu kamar Uci dan segera duduk di tempatku tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sedang merokok sambil ngopi saat Icha keluar dari kamar. Icha sudah pake seragam ASN warna coklat. Sudah rapi dan sudah siap untuk berangkat kerja.

Icha heran melihatku duduk di meja makan jam segini. Biasanya jam segini aku masih meringkuk di kasur.

"Ngapain duduk di situ? Nungguin handuk Uci melorot lagi?" Tanya Icha judes.

"Kamu kenapa sih, Cha? Pagi-pagi sudah marah-marah saja. Heran."

"Ngaku deh. Mas nungguin Uci mandi kan?"

"Enggak. Mas lagi merokok. Katamu Mas gak boleh merokok di kamar. Gimana sih?"

"Halah... alesan!"

Icha berjalan ke belakang untuk menjemur handuk. Kulihat pantat pacarku itu bergetar saat berjalan. Mengkal dan seksi sekali buah pantatnya. Anjing. Habis lihat paha Uci, aku disuguhi sama pantat pacarku sendiri. Aku jadi ngaceng.

Pas Icha balik mau ke kamar, tangan Icha kutarik dan Icha kusuruh jongkok di depanku.

"Eh... eh... Mas mau apa? Eh... ini kok..."

"Diem ah. Nanti Uci dengar. Isep kontol Mas. Cepetan..."

Aku segera mengeluarkan batang kontolku dari dalam celana pendek. Icha gak punya pilihan lain selain segera ngisep kontolku yang pagi ini udah ngaceng maksimal. Otot kontolku udah timbul semua. Pertanda memang kontolku sudah siap untuk ngentot.

Posisi Icha bagus banget. Icha bersimpuh di hadapanku sambil sedikit nungging. Kepala Icha sudah maju mundur dan kontolku sudah keluar masuk dalam mulut Icha. Yang seperti ini jelas saja bikin aku mendesah kenikmatan.

"Aaaaccchhhh... hmphhhh... sssshhhhh... aduh nikmaaaattt... ohhh... ohhh... iyesssshhh... jilatin kepalanya, Sayang... kepala kontolnya... iya begitu... anjing nikmaaatttt... aaaccchhhh..."

Tak sampai lima menit, aku merasakan seperti ada yang akan menyembur dari ujung kepala kontolku. Dengan setengah berdiri, kepala Icha kupegang dan aku maju mundurkan pinggulku. Kuentot mulut Icha dengan brutal. Icha sampai tersedak beberapa kali.

Pas pejuhku hampir muncrat, dengan tidak aku sangka-sangka, Uci keluar dari kamar. Uci terkejut melihat aku ngentotin mulut Icha di ruang makan. Uci langsung membekap mulutnya sendiri. Icha nungging membelakangi Uci dan aku langsung berhadapan dengan Uci yang shock.

MERAYU UCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang