bagian satu

13 2 0
                                    

"Ganta!"

Perempuan itu berlari dengan penuh tenaga, menyusul langkah cepat lelaki di depannya. Beberapa kali perempuan itu meneriaki namanya, namun sang pemilik nama terlihat sama sekali tak merespon ucapannya.

Rambutnya berterbangan seperti daun musim semi yang tertiup angin, terlihat sangat indah.

Ketika dia berhasil menepuk pundak lelaki itu dan berhenti tepat di depannya, nampak dari deru nafasnya yang memburu. Beberapa detik dia menyetabilkan nafas dan detak jantungnya, dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Kenapa?"

Derau Nestapa, perempuan dengan rambut sebahu itu menatap ke arah lawan bicaranya. Tanpa aba - aba dia menyerahkan sebuah buku kecil berwarna hitam kepadanya, Ganta Nageswara.

"Ini punya lo kan?" Tanyanya dengan sedikit ragu.

Ganta mengangguk, sembari mengambil buku itu dari tangan Dera. "Thanks. Mau ke kantin?" Spontan mata Dera membelalak. Tidak yakin dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Ganta.

Melihat Dera yang masih terdiam dengan wajah yang sulit di artikan, membuat Ganta berdecak sebal.

"Malah bengong, mau gua traktir gak?" Ganta memastikan sekali lagi, apa jawaban dari perempuan di hadapannya ini.

Mendengar ucapan kedua dari Ganta membuat Dera tersadar dari lamunannya. Hingga dia mengangguk, menjawab pertanyaannya.

Keduanya nampak berjalan beriringan ke kantin. Tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibirnya.

𓈒 ִֶָ ࣪ 🎻 ꜥ 𓈒

Entah mengapa duduk di hadapan Ganta, membuat keringat dingin di tubuh Dera bercucuran. Di tambah dengan suasana hening yang menyeruak di antara keduanya, membuat Dera sedikit gelagapan untuk membuka pembicaraan.

Padahal Dera termasuk kategori perempuan yang lumayan cerewet. Tapi tidak jika di hadapan lelaki ini.

"Pesen aja terserah lo, gua yang bayar," ucap Ganta ketika mereka tak sengaja saling bertukar pandang.

"Lo aja deh, gue ngikut," Ganta mengangkat satu alisnya, lalu mengangguk sekilas. Dia juga bukan tipe lelaki yang suka banyak bicara dengan perempuan.

Ganta memilih bangkit dari duduknya, dan pergi untuk memesan makanan untuk Dera.

Baru saja hitungan detik Ganta pergi, tiba - tiba Regas Argantara datang dan duduk di bangku yang baru saja Ganta duduki sebelumnya.

"Tumben banget lo, Nder. Ke kantin sama Ganta?"

Dera tersenyum lebar sekilas, dan kembali ke muka datarnya "Kepo lo!"

Satu sentilan yang cukup keras berhasil mendarat tepat di dahi Dera.

"Dasar, bocah. Jadian ya loo sama Ganta" ucap Regas dengan suaranya yang terdengar mengejek, sambil menunjukkan seringainya.

"Kaga, Re. Lo dateng - dateng kepo amat. Kayak cewek aja" Dera merogoh handphone di sakunya, dan mengalihkan pandangannya ke handphone tanpa memedulikan Regas yang sedang mengoceh entah apa. Sangat tidak jelas di dengar telinganya.

Tidak lama menunggu, Ganta kembali dengan nampan yang berisi dua mangkuk bakso dan minumannya. Duduk manis di samping Regas dan mengangkat satu alisnya.

"Kenapa lo ta?" Regas memegangi bahu Ganta kuat - kuat. Membuat Ganta berdecak pelan.

"Ngapain sih lo, gas?" Ganta menyingkirkan tangan Regas yang mendarat di bahunya.

"Gitu ya bang, sekarang lo ke gue?" tanya Regas yang masih setia dengan wajah menyebalkannya.

"Terserah" jawab Ganta sesingkat mungkin, untuk mengakhiri perdebatan yang tidak bermanfaat dengan Regas.

sang nageswara [ sunghoon enhypen ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang