Chapter 1

2.5K 52 2
                                    

Aku Ben, salah satu pemilik saham di perusahaan besar. Di umur 36 tahun ini aku memiliki kehidupan yang diinginkan banyak orang. Harta, masa depan. Bahkan sepertinya semua keinginan aku ada diujung jari. Hanya hingga sekarang satu rahasia besar yang masih aku jaga. Aku biseksual dan sampai sekarang jati diri sebagai biseksual masih aku tutup rapat rapat.
Mungkin bisa dibilang, stigma orang orang diluar sana kalau umur segini sudah sepantasnya menikah atau akan dikira "tidak normal" adalah benar. Apalagi pria dengan kehidupan yang serba berkecupan kemungkinan bisa "nakal" itu benar ada nya. Setidaknya itu menurutku karna sampai sekarang semua bisa aku dapatkan.
Keputusan ku hingga sekarang belum menikah juga memang murni ingin menikmati masa ku ini. Memang seperti yang kukatakan tadi, benar adanya kalau aku seorang biseksual, walaupun akhir akhir ini ketertarikan ku terhadap wanita benar-benar sangat berkurang.
Terakhir kali aku berpacaran dengan seorang wanita sekitar 2 tahun lalu. Dan putus begitu saja ketika kami berdua tidak lagi memiliki visi yang sama setelah 3 tahun berpacaran.
Aku juga pernah menjalin hubungan cukup lama dengan seorang pria. Lebih muda dari ku. tapi ternyata dia tidak lebih kuat dari ku untuk menolak tuntutan keluarga nya sehingga akhirnya menyerah dan memilih membuka lembaran baru dengan seorang wanita. Aku bukan orang yang ingin merusak semua nya, hingga akhirnya ku putuskan untuk mengakhiri nya meskipun dia bilang tetap tidak ingin berpisah. Aku tahu akan menjadi kesalahan besar jika teruus ku pertahankan hubungan ini.
Oke, kembali ke masa sekarang, aku memilih untuk sendiri dan menikmati waktu sendiri ku. Sudah tidak perduli apa lagi yang akan dipikirkan rang orang. Karna memang sekarang semua sudah bisa ku tangani.
Tidak jarang aku merasakan kesepian. Tapi untuk memulai keterikatan dengan orang lain, entah itu pria maupun wanita belum juga ku pikirkan. Setidak nya sejauh ini.


Selain memegang saham salah satu perusahaan yang ada di negara ini, aku juga seorang karyawan. Posisi ku juga bukan dibawah dan tidak mengharuskan bekerja selalu di kantor. Banyak waktu luang yang bisa kudapatkan sekarang, bahkan jika tidak memiliki motor yang baik, aku juga bisa melakukan pekerjaan ku dari mana saja. Istilahnya remote work. Jadi aku memiliki waktu lebih banyak untuk "bersantai"sekarang.
.
.
.
Bulan depan aku sudah mengatur waktu untuk berlibur. Tapi bukan berlibur seperti yang kalian impi impikan. Aku tidak menginginkan tipe liburan seperti itu. Hanya menghilang dari peredaran saja sudah sangat cukup. Tidak membutuhkan lokasi dengan pemandangan luar biasa, kota yang tidak ada mati nya atau sebuah destinasi yang lagi viral. Tidak perlu sama sekali. Aku lebih menganut slow Travel. Ku rencakan iliburan ku selama 2 minggu disalah satu desa dibawah kaki gunung. Aku pernah membaca satu artikel tentang kehidupan desa ini yang masih sangat terjaga dan kental dengan kebiasaan kebiasaan yang tidak jauh dari modernitas. Meskipun jarak dari desa ke kota terdekat hanya sekitar 40 menit. Tapi mereka lebih memilih untuk hidup dengan cara nya sendiri. Sebut saja nama desa nya Jatisurya. Iya, sesuai namanya, disana memang banyak pohon jati dan beberapa orang yang pernah mengunjungi nya mengatakan sunrise terlihat sangat bagus disana. Entah karna berbeda matahari, atau memang lokasi nya saja yang mumpuni, aku tak tahu. Tapi setidak nya bisa kurasakan kebenaran nya nanti.
... aku tidak memiliki cukup banyak persiapan kesana. Bahkan untuk penginapan atau nomer telepon orang yang ada disana juga tidak. Benar-benar nekad bukan?
Tapi yang ku percaya, penduduk desa akan ljauh lebih ramah dibandingkan penduduk di sini. Karena perjalanan dari kota terdekat dari Desa itu tidak terlalu jauh, hanya 4 jam perjalanan, aku pun memilih membawa mobil ku. Iya, membawa mobilku, alih alih membawa motor. Karena lokasi yang akan kudatangi adalah daerah pegunungan yang tentu saja secara iklim berbeda jauh dengan perkotaan.
Aku mengendarai mobil menuju kota terdekat dari desa tersebut. Untung nya sekarang ada google map dan hampir seluruh wilayah di negeri ini sudah ter cover oleh nya, sehingga urusan penunjuk jalan tidak perlu khawatir.

4 jam kemudian aku sampai di kota itu. Sebenar nya sangat jauh jika dibandingkan k dengan kota tempat ku tinggal. Tapi ini menjadi hal yang menarik untuk ku. Sudah capek merasakan kehidupan yang cepat di kota. Jadi pengalaman seperti ini akan sangat mahal harga nya.
Aku berhenti sejenak, mencari rumah makan sekaligus menjadikan Rest area karena mengemudi 4 jam cukup menguras tenaga. Sebut saja kota ini, kota Sarang Surya. Dari kota kecil ini katanya hanya 40 menitan menuju lokasi. Benar benar tidak begitu jauh lagi. Penjual makanan yang ku tanya saat itu juga mengatakan perjalanan nya juga tidak sulit karena tidak banyak persimpangan yang dilalui. Tapi memang kehidupan disana akan terasa jauh lebih tradisional bahkan dibandingkan kota kecil ini.
"Mas nya mau ketemu keluarga kah?"
"E-eh nggak pak saya cuma mau liburan"
"Emang ada hotel disana Mas?"
"Ng-nggak sih pak. Saya juga modal nekad doang. Paling nanti tanya rumah kosong atau yang bisa di tempatin bareng"
"Wahh... saya kira ada keluarga disana. Tapi disana orang nya ramah ramah sih mas. Saya pernah ada main kesana waktu muda, disana memang orang orang nya baik gitu mas"
"Hehe iya pak. Biasa juga kalo di desa pasti begitu kebanyakan. Makanya saya pengen main kesana. Capek kalo liburan nya dikota pak. Ga tenang" ucap ku lagi
"Bener mas. Selamat liburan dah. Mudah mudahan betah disana'
"Terimakasih, Pak"
Akhirnya setelah cukup mengistirahatkan badan dan mengisi perut di rumah makan ini, akhirnya aku melanjutkan perjalanan ke desa Jatisurya ini.
Dengan diiringi cd album yang kubawa sepanjang sisa perjalanan akhirnya tujuan utama ku sampai juga di desa Jatisurya. Pertama kali memasuki wilayah desa ini aku menemukan perkebunan kayu jati sepanjang kiri dan kanan, kaca mobil juga ku turunkan hingga merasakan udara khas pegunungan yang terasa sejuk.
Aku semakin semangat memasuki desa jatisurya ini. Apalagi sepertinya meskipun di kaki gunung, desa ini tidak terlalu menggigit suhu nya sehingga seperti nya cukup nyaman.

Buku 19 - BRONDONG SURGAWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang