Chapter 3

169 1 0
                                    

Hari itu adalah jadwal Hanna untuk berangkat kerja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari itu adalah jadwal Hanna untuk berangkat kerja. Ia memulai harinya seperti biasa. Awalnya berjalan lancar dan menenangkan, namun ternyata hal itu hanya sementara.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, sudah waktunya Hanna untuk kembali pulang kerumah karena sudah menyelesaikan pekerjaan nya di kantor tempat kerjanya.

Selang beberapa menit sebelum Hanna tancap gas kembali kerumah, tiba-tiba dering handphone Hanna berbunyi. Lalu dengan segera ia membuka handphone nya.

Awalnya, Hanna ragu untuk mengangkat panggilan itu karena panggilan itu berasal dari nomer yang tidak dikenal. Namun, semakin Hanna tidak menghiraukan panggilan tersebut, maka ia akan terus berbunyi sehingga membuat Hanna kesal.

"Hih!brisik banget sih!capek-capek pulang kerja malah dibikin capek!"

Dengan terpaksa dan perasaan yang semula ragu kini menjadi marah, Hanna pun mengangkat panggilan tersebut.

"Heh, kalau berani, sini ketemuan sama gue di alun-alun Raya!"

"Ooooh jadi dari tadi elo yang bikin hp gue brisik?"

Tanpa menebak, bertanya, Hanna sudah tau pasti siapa pelaku yang sudah membuat Hanna kesal dengan keberisikan handphone nya. Pelaku tersebut adalah pacar baru Arlo, yang masih tidak terima Hanna diperlakukan lebih baik oleh tante Riri (ibunda Arlo) sementara ia selalu dihiraukan.

"Iyah, kenapah, nggak terima?" Balas Tasha (pacar baru Arlo)

"Eh lo nggak usah bikin orang emosi ya gue capek nih abis ngejar duit"

"Siapa suruh ngejar duit capek sendiri kan jadinya"

"Lah emang gue lagi melaksanakan perintah lo?"

Tett Tett!

Telefon itu pun diakhiri, ditutup oleh Hanna.

Ini baru kejadian pertama yang membuat Hanna kesal ketika hendak kembali pulang kerumah. Kejadian kedua, ketika ia sedang berada di lampu merah, tetiba tampak dari sebelah kanan ada seorang lelaki menggunakan kemeja hitam sedang memperhatikan Hanna sesekali.

Hanna termasuk orang yang berbicara ceplas-ceplos ketika amarahnya memuncak. Karena merasa risih, ia segera menoleh kearah lelaki tersebut.

"Mata lo nggak bisa diem ya met?plarak plirik bae dari tadi"  Ceplos Hanna.

Lampu merah pun berakhir, kini lampu hijau berjalan. Hanna pun melanjutkan perjalanannya. Ia pikir bahwa kejadian yang membuat ia marah sudah berakhir, namun ternyata dugaannya salah!

Lelaki yang tadi ada di sebelah kanan Hanna, kini mengikuti Hanna dari belakang. Bukan lagi takut, namun kini amarahnya semakin memuncak.

Ia pun memberhentikan motornya di pinggiran jalan yang masih ramai dan tidak jauh dari kemacetan jalan raya. Sekarang dugaan Hanna benar, lelaki misterius itu ikut berhenti dipinggiran jalan bersama Hanna.

"Lo siapa?"  Tanya Hanna.

Lelaki itu membuka helm nya. Terkejut?tidak. Hanna sudah tidak lagi terkejut ataupun pingsan melihat wajah dari lelaki misterius itu.

Hanna malah menunjukkan mode judes nya di hadapan lelaki itu.
Dengan cepat Hanna kembali memasukkan kunci lalu menaiki motornya, bersedia untuk kembali dalam perjalanan menuju kerumah.

"Han tunggu dulu!" 

Mungkin dari kalian sudah bisa menebak atau mengerti siapa dibalik lelaki itu?Yah! lelaki itu adalah Arlo. Ialah orang yang daritadi mengikuti Hanna.

"Han, please, gue mau bicara sama lo sebentar."

"Sorry, gue nggak menerima jasa berbicara sama orang busuk kaya lo!"

"Han. Gue mau minta tolong sama lo"

Bimbang rasanya, bingung rasanya. Antara harus meninggalkan Arlo atau mendengarkan penjelasan Dari Arlo.

Sudahlah!

Hanna memilih untuk meninggalkan Arlo dipinggiran jalan. Namun, masih saja Arlo mengikuti Hanna dari belakang.

"Han, tunggu!"  Teriak Arlo dari belakang

Hanna tetap tidak memperdulikan Arlo. Tugasnya adalah, fokus menghadap kedepan, jalan dengan baik, masih ada tubuh yang butuh di istirahatkan.

Sekitar 15 menit perjalanan, Hanna pun tiba dirumahnya. Apa kalian berfikir bahwa Arlo sudah berbelok arah meninggalkan Hanna?Oh tentu tidak!

Arlo masih mengikuti Hanna sampai didepan rumahnya. Bertanda bahwa Arlo memang serius ingin berbicara dengan Hanna.

"Lo masih ngikutin terus?pulang sana, dicariin mama lo tu!"

"Hanna, please, gue serius bicara sama lo"

"Udah deh lo ini bukan sinetron!"

Sedikit kegaduhan itu terdengar oleh mama Hanna yang sedang berada diruang tamu menonton acara tv. Ia pun berdiri lalu menghampiri Hanna dan Arlo yang berada diluar rumah.

"Loh loh ada apa ini, kok ribut?"  Tanya mama Hanna.

"Tau tuh ma, si Arlo jadi manusia gajelas banget. Urusin nih mah, aku capek mau tidur!"  kesal Hanna.

"Hanna!" Teriak Arlo

Arlo pun mengejar Hanna yang mulai masuk kedalam rumah.
Sebegitu serius kah pembicaraan yang akan dibicarakan oleh Arlo?

"Hanna, sini dulu."  Mama pun mulai membujuk Hanna.

Bujukan inilah yang dapat membuat Hanna mau mendengarkan Arlo.

"Arlo itu mau bicara, Hanna. Dengarkan dulu, mama tau kamu capek, tapi coba sebentar kamu tanya ke dia, apa yang akan Arlo bicarakan."  Ucap mama dengan halus

"Cepetan ngomong kek, Ar. Jangan buang-buang waktu gue!"

"Han, gue mau minta tolong sama lo untuk bujuk mama gue. Bujuk dia biar dia mau akrab sama Tasha, lo tau kan pacar gue itu selalu iri dengan lo yang selalu disayang sama mama gue. Dari kemarin dia nangis-nangis mulu dan sekarang dia lagi sakit,   please Han. Cuman lo yang bisa bujuk mama gue, kalo bukan lo, siapa lagi?"

"Hah, apa?sakit?Denger ya, tadi Tasha telfon gue dia bilang dia minta ketemuan sama gue di alun-alun Raya. Kayak gitu dibilang sakit?nih, mending lo mintol mama gue aja. Kalo gue yang bujuk emak lo, ujung-ujung nya gue juga yang di labrak sama pacar gajelas lo itu!"

"Han, please. Iya deh, gue tau lo benci gue, gue tau lo capek,tapi-"

"Nah itu tau kan gue capek?yaudah, gue mau tidur dulu!"

Hanna segera masuk kedalam kamar lalu menguncinya.

"Sabar ya Ar. Maklum, namanya juga cewe, mungkin kamu bisa minta tolong dilain waktu"  Ucap mama menenangkan Arlo.

"Iya, tan. Yasudah, Arlo pamit dulu ya maaf ngerepotin"

"Iya. Hati-hati ya salam buat mama kamu"

-

Mantan berujung suamiWhere stories live. Discover now