Dua puluh satu : Ditampar kenyataan

8 4 1
                                    

Satu kata buat cerita ini? 👉

Cuma mau bilang ... Enjoy! ☺

.
.
.

Langkah kaki Yuli melambat saat tidak sengaja mendengar percakapan beberapa siswa dalam kelas.

"Sumpah demi apa, beruntung banget si Yuli ditaksir sama cowok kayak Dirta."

"Iya beruntung, tapi Dirtanya yang apes!" sela satunya.

"Iya, padahal banyak cewek, malah milih janda, cihhh!"

"Hussttt, jangan keras-keras! Kalau Dirta sama Yuli dengar … abis kita!"

Yuli mengurungkan niat memasuki kelas, ucapan itu lagi-lagi menamparnya dengan keras, bagaimanapun di sini dirinya yang terlihat sebagai pihak yang beruntung dan Dirta pihak yang dirugikan.

Bagaimanapun Yuli tidak akan pernah layak bagi Dirta, sekeras apapun Dirta meyakinkan dirinya pada kenyataannya ucapan pria itu hanya menjadi angin lalu. Gadis itu seketika kembali mengingat ucapan Dela.

"Secinta apapun Dirta sama lo, tetap aja lo gak akan pernah layak buat dia!"

Saat itu Dela menghampirinya dan mengungkapkan lontaran kata itu, Yuli tidak terlalu menanggapi karena dia tahu itu semua provokator Dela. Namun, mendengar itu semua dari mulut siswa lain kenapa semenyakitkan ini.

Yuli pun berakhir di kantin, gadis itu memesan minuman dingin sepagi ini, niatnya untuk mendinginkan pikiran. Namun, baru saja ia mengaduk-aduk minuman, terlihat tiga pria asing memasuki kantin dengan sikap aneh.

"Reskay, lo mau pesan apa?" Terdengar teriakan salah-satu pria asing itu.

"Terserah!"

Yuli menoleh ke arah ketiganya membuat tatapannya bertemu dengan Reskay, mungkin kebetulan saja pria itu menatap ke sembarang arah, pikir Yuli. Gadis itu pun kembali asik dengan minumannya.

"Gue boleh duduk di sini?" Tiba-tiba saja pria dengan nama Reskay itu berucap di hadapannya.

"Oh— boleh! Gue juga udah mau selesai, kok!" balas Yuli yang hendak berdiri tetapi tangannya ditahan.

"Tapi gue pengen ditemani sama lo!"

Yuli melirik tangan itu kemudian menatap si empunya tajam. "Lepas!" ia pun berusaha menepisnya, tetapi sia-sia.

"Jangan kurang ajar!" tekan Yuli.

"Kalau gue mau kurang ajar, lo bisa apa?" Reskay mencondongkan tubuh, hingga jarak wajah keduanya semakin dekat.

"Mundur!" tegas Yuli lagi.

Reskay tersenyum mengejek. "Kalau gue nggak mau?" 

Refleks Yuli menampar Reskay,  suara tamparan yang keras membuat laki-laki itu menahan malu, lantas mengembungkan pipi dengan lidah.

"Brengsek! Lo gak usah belagu! Lo itu cuma bekas!" Reskay berucap dengan mencengkram dagu Yuli membuat jarak keduanya kian dekat. Yuli meronta tapi sayang pergerakannya terkunci. Bagaimanapun dirinya hanya perempuan yang tidak akan mampu mengalahkan tenaga laki-laki.

Reskay menyeringai, terbesit di pikirannya untuk melakukan hal kotor, tinggal beberapa senti lagi dia sudah bisa mencium gadis di hadapannya.

Yuli menutup mata, rasa sesak dan takut menjelajar di tubuhnya.

Bughhh!

Reskay terjerembab saat pukulan tiba-tiba melayang di pipinya tepat yang Yuli tampar barusan.

The WidowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang