Bab 6

159 14 1
                                    

Sudah beberapa malam ini Gawin merasa kesepian. Masalahnya, dari kemarin-kemarin Krist menolak ajakan mainnya dikarenakan sibuk dengan tugas makalah. Jujur, meski sore tadi dia baru saja melihat Krist berlalu lalang di ruang tengah, sekarang dia sudah merasa kangen lagi padanya. Aneh memang, tapi itulah yang saat ini Gawin rasakan. Dia sangat merindukan kakak tirinya itu untuk berada di kamarnya.

Meski sebelumnya Krist memintanya untuk tidak mengganggunya dulu sampai ia selesai dengan tugas makalahnya, Gawin tidak bisa menahan diri untuk menemuinya. Kedua kakinya tanpa di suruh berjalan menuju pintu kamar Krist, lalu dengan tidak sabar mengetuk pintu kamar Krist yang ternyata setengah terbuka. Membuat Krist yang sedang duduk di depan meja belajarnya menoleh heran, "Ada apa?"

"Kak, boleh aku tidur di kamarmu malam ini?" Gawin bertanya lembut dengan raut wajah kesepian.

Mendengar permintaan itu. Krist menggelengkan kepala, "Maaf, Gawin, tapi aku lebih suka tidur sendiri."

Wajah Gawin langsung berubah, dia memberikan ekspresi yang terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Tapi, Kak, belakangan ini aku sudah beberapa kali mengajakmu bermain game di kamarku, dan kamu selalu menolak."

Krist terlihat menghela nafas berat. Dia menggeleng pelan lalu menoleh ke arah adik tirinya itu, "Gawin, kamu tidak lihat aku sedang sibuk? Kembali lah ke kamarmu sana."

Namun bukannya kembali, Gawin malah memasang wajah yang memelas, "Tapi aku ingin tidur di sini, dekat dengan Kak Krist."

Krist yang melihat ekspresi sedih di wajah adik tirinya itu pun jadi merasa sedikit bersalah. "Baiklah, kamu boleh tidur di sini malam ini, tapi hanya malam ini ya."

Mendengarnya, Gawin langsung berbinar-binar, "Beneran nih, Kak? Terima kasih!" Dia langsung masuk ke dalam kamar, dan dengan senyum kemenangan di wajahnya dia melompat ke atas kasur, merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

Krist hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis melihat antusiasme Gawin. Dia mungkin tidak pernah mengajak Gawin masuk ke kamarnya, tapi malam ini, suasana sepertinya akan sedikit berbeda.

Tak lama kemudian Krist selesai mengerjakan tugas kuliahnya dan memutuskan untuk beristirahat. Dia berjalan ke arah kasur dengan maksud meminta Gawin untuk menggeser badannya agar mereka bisa tidur lebih nyaman. Namun, ketika Krist meminta adik tirinya itu untuk menggeser, Gawin malah bersikeras untuk tidur di pinggir, dengan alasan, dia tidak mau Krist jatuh ke lantai.

"Kak, kamu di pojok aja biar aku jagain," kata Gawin.

Entah kenapa Krist merasa gemas mendengar alasan konyol itu. Tanpa sadar, dia meremas kedua pipi Gawin dengan lembut. "Bodoh, yang aku khawatirkan bukan aku yang jatuh, tapi kamu. Tidurmu kan berantakkan!"

Gawin hanya tertawa ringan merasakan kedua pipinya dipegang oleh Krist. "Tapi kan aku ingin Kak Krist tetap aman."

Krist menggelengkan kepala, senyuman masih menghias wajahnya. "Kamu ini benar-benar adik yang aneh, Gawin."

Dia pun akhirnya menuruti keinginan Gawin dan tidur di samping dekat tembok. Gawin membalikkan badannya ke arah Krist sehingga mereka saling bertatapan. Ia tersenyum lembut, menunjukkan ketulusan yang tersirat dari pancaran matanya, membuat hati Krist tiba-tiba berdesir. Krist sadar, bahwa adik tirinya itu memang memiliki pesona yang khusus. Tanpa sadar, Krist bergumam pelan,

"Hei, ku pikir, kalau aku perempuan, mungkin aku akan menawarkan diri untuk menjadi istrimu."

Gawin terdiam mendengar kata-katanya, jantungnya berdetak lebih cepat. Terlebih lagi saat Krist tiba-tiba mengusap sisi wajahnya dengan satu tangan, membuat Gawin merasa pipinya memanas di usap lembut seperti itu. Dia merasa sedikit tersentak dengan perilaku dan ungkapan yang entah serius atau hanya candaan dari Krist semata itu, namun dalam kediaman sejenak, Gawin akhirnya merespons dengan suara yang tenang,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ GawinKrist ] - STEP BROTHERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang