Tentang mereka

22 0 0
                                    

Sabita, Mahameru, Mahapati. Sedikit cerita tentang kehidupan mereka dan latar belakang kehidupan ketiganya.

Sabita Patranikara, gadis kelahiran 02 Maret 2006. Gadis yang berasal dari keluarga sederhana, memiliki paras yang.. ya sebagaimana perempuan pada umumnya. Sabita dikenal dengan sifatnya yang ekstrovert dan toxic dengan lingkungan sekitarnya.

Sabita adalah seseorang yang cenderung lebih memikirkan perasaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Bila ditanya kenapa, dia akan menjawab dengan pasti

"gue pernah diposisi dimana ga ada satupun orang yang peduli sama gue bahkan ketika gue lagi di posisi jatuh sejatuh jatuhnya. Dan itu rasanya sakit banget, cukup gue aja yang rasain itu. Orang lain jangan."

Sabita bukanlah anak kurang beruntung dalam keuarga, dia anak yang disayang oleh kedua orang tuanya, namun sekali lagi, tidak ada kehidupan manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Maka dari itu, sabita juga memiliki kekurangan di keluarganya, yaitu perekonomian.

Mahameru Prayoga. Pemuda yang lahir pada 04 Februari 2006. Mahameru dan kembarannya terlahir di keluarga yang sederhana pula-

Sederhana yang dimaksud disini adalah apa adanya, dibilang kaya tidak, dibilang miskin juga tidak, ditengah tengah lah.

- Mahameru adalah kakak dari Mahapati, kakak beda 7 menit maksudnya. Jadi, Mahameru lebih dulu menemui dunia luar yang tidak pernah ia sangka akan serumit ini.

'Tau gini, gue ga pernah mau dilahirin ke dunia.' Begitu ungkapnya.

Mahameru adalah orang yang suka sekali berbicara sembarangan atau ceplas ceplos. Bila pemuda itu mendengar ada seseorang yang mengjeknya, membicarakannya tentang hal buruk maka dia tidak akan diam saja, pemuda itu akan berbalik membuat si lawan bicara sadar diri. Jadi, jangan main main dengan pemuda Maha itu.

Terakhir Mahapati Rasendra, kelahiran 04 Februari 2006. Adik beda 7 menit dari Mahameru Prayoga. Baiklah  dikarenakan mereka anak kembar, nasib kehidupan mereka tidak jauh beda. Lahir dan tumbuh di keluarga sederhana dengan cukup kasih sayang dati kedua orang tua.

Hanya saja, sifat kedua Maha itu sedikit berbeda. Jika hidup Mahamaru itu terlalu santai dan ugal ugalan, berbeda dengan Mahapati yang sedikit lebih tertata hidupnya.

Mahapati juga tidak seberisik Mahameru, tidak sealay Sabita juga. Jadi bila sedang kumpul bertiga, Mahapati biasanya akan menjadi penengah antara Sabita juga Mahameru. Mahapati juga cenderung cuek dengan lingkungan sekitar, tapi percayalah dibalik cueknya ini, Mahapati adalah seorang yang suka berpikir berlebihan atau overthinking.

Memang didepan terlihat bodo amat, tapi sebenarnya dia selalu peduli walau hanya dengan hal atau omongan sekecil apapun.

Hanya itu perkenalan singkat dari ketiga manusia dengan nasib hidup yang hampir sama. Disatukan oleh pendidikan, didekatkan oleh persamaan nasib, entah apa yang akan membuat mereka berpisah nantinya. Jangan memikirkan perpisahan terlebih dahulu. Sebaiknya kita bersenang senang dengan ketiganya.

Ikuti kehidupan mereka, agar mereka ajarkan bagaimana hidup sederhana dengan iringan rasa syukur untuk mengimbanginya.

...

"Meru! Lo anak anjing ya! Gue dari tadi teriak teriak dari ujung sabang sampai sini ujung merauke, tapi lo kagak nyaut sama sekali! Emang anjing lo!"

"Ga denger."

Sabita yang mendengar ungkapan sok cool dari Mahameru itu pun mendelik marah, tangannya bergerak untuk menarik telinga Mahameru dengan kekuatan penuh.

"Aduh! aduh! Sabita, sakit tolol!"

"Ya lo bikin gue emosi mulu dari tadi!" Sabita menarik tangannya kembali, melepaskan jewerannya dari telinga pemuda jangkung disampingnya.

"Pati mana? kok lo sendiri?"

Mahameru yang masih sibuk mengusap telinganya hanya bergidik bahu, "Mana gue tau, gue bukan emaknya."

Plak!

Tamparan keras mendarat pada lengan Mahameru, tak lain dan tak bukan pelakunya adalah Sabita Patranikara.

"SAKIT BITA!" Seru Meru sembari mengusap usap lengannya yang berdenyut nyeri.

"MAKANNYA ANJING, KALAU DITANYA TUH JAWAB YANG BENER!" Seru Sabita tak kalah keras, seolah olah dunia hanya diisi oleh kedua manusia itu saja. Mengabaikan siswa siswi lain yeng berlalu lalang disekitar koridor ini.

Iya benar. Mereka berada di sekolah, ini masih pagi, dan mereka dengan percaya dirinya berteriak teriak kelebihan tenaga di tengah hiruk pikuk siswa siswi yang masih lemas karena mengantuk.

"Pati di bengkel noh, jadwal dia piket hari ini."

"Oh, ngomong dong daritadi." Ucap Sabita, hanya jawaban yang dia butuhkan namun mengapa Mahameru harus memancing emosinya terlebih dahulu sih?

Setelah percakapan tersebut, keduanya memilih untuk berjalan dalam keheningan, membiarkan suara keramaian menyelimuti pendengaran. Keheningan itu terjadi hingga mereka sampai dikelas dan mendudukkan diri di bangku masing masing.

Sabita menghela napas berat, "Pulang lagi boleh ga sih Ru? gue beneran ga punya tenaga hari ini."

"Kalau bisa mah gue juga udah pulang dari tadi kali."

Baiklah. Di cerita ini, bukanlah cerita tentang anak anak yang kehilangan peran keluarga di hidupnya, ataupun anak anak broken home yang tidak punya tempat untuk pulang dan istirahat.

Mereka punya tempat untuk pulang, mereka juga cukup kasih sayang dari kedua orang tua, hanya permasalahan kecil di dalam keluarga yang masih dalam tingkat wajar.

Pokok dari cerita ini adalah tentang ketidak nyamanan remaja terhadap lingkungan belajarnya. Remaja yang sebagian hidupnya menghabiskan waktu untuk.. menuntut ilmu? Ini kisah tentang tiga sahabat yang sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkup tempat mereka menimba ilmu.

Mungkin untuk sebagian orang itu terlihat berlebihan atau alay. Namun untuk mereka, lingkup yang tidak nyaman membuat mereka tidak bisa hidup dengan nyaman pula.

Ditambah permasalahan wajar dalam keluarga yaitu "ekonomi". Okay, mungkin menurut banyak orang itu wajar. Tapi bagi mereka, anak pertama harapan keluarga itu sulit.

Sekolah di lingkup yang rumit, ditambah harus melihat betapa sulitnya ekonomi keluarga mereka. Mau mengeluh pada orang tua, tapi mereka pasti akan membalas

"Kami menyekolahkan kamu dengan susah payah, dan kamu tidak bisa bersyukur dengan itu?"

Huh.. berat ya?? Mau tak mau harus dijalani. Tapi it's okay, mereka akan baik baik saja disini, tidak akan ada yang menyerah ataupun terluka terlalu dalam. Mereka punya Allah dan juga.. satu sama lain.

Terserah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang