Sore ini dua anak kembar Maha berjalan beriringan hendak menuju rumah sahabat mereka, siapa lagi kalau bukan Sabita?
Rumah keduanya terletak tepat di depan rumah Sabita, hanya berbatasan jalan saja. Lalu, kenapa mereka baru saling mengenal saat masuk SMK? Itu karena Meru dan Pati baru pindah ke ibu kota dari kota kelahiran mereka yaitu Bandung.
"Assalamuallaikum, Sabita main yokk!" Ucap Meru sedikit berteriak.
"Waalaikumsalam, eh anak anak ganteng, ngapelin Sabita lagi ya?"
Maru mengangguk antusias, "iya ibu, Bitanya ada?"
Sementara Pati mengangguk sembari tersenyum tipis membalas sapaan ibu Sabita.
"Ada dong, itu lagi di kamarnya, gatau ngapain. Ayo masuk dulu,"
Kadua Maha berjalan beriringan mengikuti ibu Sabita untuk masuk ke dalam kediaman beliau.
"Sabita! Keluar nak, dua pangeran kamu dateng ini!"
"Iya Bu!" Balas Sabita berteriak dari dalam kamarnya.
Ibu Sabita hanya bisa tersenyum pasrah dengan anak nya yang gemar berteriak, melupakan jati dirinya sebagai seorang perempuan yang harusnya lebih kalem.
"Yaudah, ditunggu ya Sabitanya. Ibu mau ke belakang, nyuci baju. Kalau mau minum ambil sendiri aja kaya biasa."
"Iya bu, terimakasih." Balas Pati, Meru ikut mengangguk dan tersenyum.
Bertepatan dengan Ibu meninggalkan mereka, Sabita keluar dari tempat bertapanya. Menghampiri si dua kembar.
"Apaan?"
"Ayo jalan jalan." Ajak Meru dan Pati bersamaan, Sabita terkekeh melihat kekompakan anak kembar ini.
"Kemana?"
"Taman!" Lagi lagi kedua Maha itu berbicara berasamaan, membuat Sabita tidak bisa menahan diri untuk tidak mengusak rambut tebal keduanya.
"Duh gemes banget sih anak kembar ini!" Pekiknya menahan gemas. "Yaudah ayo."
Meru mendengus sembari merapikan rambutnya, "rambut gue udah rapi Ta!" Sungut Meru.
Sabita hanya terkekeh, "maaf deh, sini gue benerin,"
Namun bukannya menata rambut Meru, Bita malah semakin mengusaknya hingga menjadi lebih berantakan dari sebelumnya.
"HAHAHA!" Tanpa dosa, Sabita langsung berlari keluar sembari tertawa keras.
"SABITA!" Meru ikut berlari mengejar Sabita, membuat Pati mendengus kesal dibuatnya.
"Si anjing!" Umpat Pati, setelah itu, ia ikut beranjak untuk menyusul keduanya, "Bu, kami pamit ya, Assalamuallaikum!" Seru Pati berpamitan pada Ibu Sabita. Gitu gitu dia masih tau diri.
"Waalaikumsalam, hati hati!" Balas Ibu dari arah belakang rumah.
Pati langsung berlari setelah itu, mengejar dua gila yang berstatus sebagai sahabat juga saudara.
...
Sesampainya Pati di taman kota, ia segera mencari keberadaan dua gila tadi. Sialan, taman ini sangat luas dan ramai, banyak pengunjung yang datang, baik bersama pasangan, teman bahkan dengan keluarga mereka.
Ini hari Sabtu, wajar bila ramai. Begitu pikir Pati.
"Kemana sih mereka, cepet banget ilang kaya kutu." Gerutu Pati.
Ia berjalan ke arah danau yang berada di ujung taman, feeling kembarannya mengatakan Meru ada di sana. Ya.. coba saja dulu.
"Iya iya, gue minta maaf!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terserah Takdir
RandomKita manusia hanya bisa berserah kepada takdir yang sudah digariskan. Menjalani kehidupan seperti bagaimana seharusnya, menyesal bukan hal yang harus dilakukan. Menangis hingga lelah pun tidak akan bisa mengubah takdir yang sudah ditentukan.