1» Sarapan

5 5 0
                                    

Tap

Tap

Tap

Terdengar langkah kaki menuruni anak tangga, cowok ganteng sedikit manis itu kemungkinan berusia kurang lebih 17 tahun terlihat sudah rapi dengan seragam putih abu-nya.

Menghampiri para penghuni rumah yang sedang menyantap sarapannya di meja makan. Saat hendak menarik kursinya..

"Lo anterin Shanan ke sekolah, dia lagi buru-buru!" titah lelaki yang lebih dewasa darinya.

"Kok gue? Gue 'kan belum sarapan!" Niki Pradewa, remaja itu protes sebab Ia belum sarapan tapi malah disuruh.

"Makan di kantin sekolah bisa 'kan?"

"Gak!-"

Bukan apa-apa, hanya saja dia punya penyakit Asam Lambung yang artinya dia gak boleh makan sembarangan. Yang punya penyakit kayak gini juga tau lah ya?

"Kenapa bukan Abang aja yang anterin dia?" lanjutnya.

"Lo gak liat Gue lagi makan?"

"Ada apa 'sih pagi-pagi udah ribut?"

Seorang wanita cantik yang di yakini adalah Ibu dari mereka keluar dari arah dapur menghampiri anak-anaknya sambil membawa tas kecil yang berisi bekal makan siang.

"Ay-"

"Gak usah nanyain Ayah, Ayah lagi di luar kota," wanita itu memotong ucapan Niki, kemudian memberikan tas kecil itu kepada Shanan anak bungsu sekaligus anak perempuan satu-satunya.

"Aku berangkat sendiri aja deh.." Shanan yang dari tadi cuma diem merhatiin perdebatan antara kedua kakak-nya bangkit dari duduknya kemudian memakai tasnya.

"Niki Pradewa!" Abangnya yang bernama Faraz Pradewa menggeram tanda dia sedang marah.

"ck... marahnya jelek anying, sebut-sebut nama lengkap!" batin Niki.

Niki hanya bisa berdecak kesal lalu beranjak sambil menenteng tas dan jaketnya.

"Cepet kalo gak mau telat!" ucapnya gak lupa ambil kunci motor yang ada di atas nakas. Kesel dia tuh makan aja belum udah disuruh nganter adek.

»----› ‹----«


Di perjalanan Shanan gak berhenti-berhentinya nyerocos ke Niki karena takut kesiangan, sebab tadi Niki sempet berhentiin motornya cukup lama karena ngerasa sakit di perutnya, untungnya gerbang SMP yang Shanan tempatin belum ditutup.

"Tau gini mending gue berangkat sendiri aja naik angkot!" bahkan sampai turun saja masih ngomel-ngomel.

"Udah sana masuk, berisik tau gak?!" sewot Niki.

Kurang effort gimana coba? udah mau nganterin sambil nahan sakit karena gak sarapan bukannya bilang makasih malah ngomel-ngomel, beruntung gak di turunin di jalan.

Kemudian pemuda itu memutar balikan motornya karena sekolahan-nya dengan sekolah adiknya berbeda arah.

Hahh...

Sial sungguh sial! Gerbang sekolahnya sudah di tutup beberapa menit yang lalu,Niki kesiangan, itu karena dirinya yang melamun disepanjang jalan dan melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat rendah.

"Pak! Pak Amar! Bukain dong!" Teriak Niki.

"WOY! PAK!" Tiba-tiba teriakan dari siswa lain mengagetkan Niki.

"Lah..tumben banget murid teladan kayak Lo kesiangan?"

Niki hanya menatap datar pada siswa tersebut.

Sebenarnya ini pertama kalinya Niki kesiangan, karena Niki merupakan tipikal orang yang disiplin waktu, sebab itu lah dirinya sering kali disebut murid teladan.

Setelah gerbang dibuka, buru-buru Niki melajukan motornya ke parkiran disusul siswa tadi.

Tiba-tiba seorang siswa mendatangi mereka, bisa dibilang siswa tersebut adalah ketua Osis.

Feeling Niki udah gak enak.

"Langsung ke lapangan dan hormat kepada bendera sampe jam istirahat!"

Nah kan!

Ucapnya mutlak kemudian pergi begitu saja.

Ia tidak perlu repot-repot mengawasi mereka, 'toh mereka juga tahu sendiri kalau gak patuh maka akan ada hukuman lain yang lebih berat.

Mau gak mau mereka segera melakukan apa yang diperintahkan oleh si ketua Osis brengsek itu.

"Ini pertama kalinya Gue ngeliat Lo dihukum, aneh aja 'sih" Hito, siswa itu terkekeh pelan diakhir kalimatnya.

Bolehkah Niki menyumpal mulut si Hito ini pake kaus kaki?

Tapi lebih baik mengabaikannya saja dari pada harus membuang waktu untuk meladeni hal yang gak berguna.

Niki bisa dibilang siswa yang cukup populer karena sebutan 'Murid teladan', padahal banyak kok siswa yang kayak Niki. Entah kenapa sebutan itu lebih cocok untuk Niki, tapi Niki tidak mepermasalahkan hal itu asalkan tidak melewati batas.

"Ahhk...!" Niki meringis kala merasakan perih dibagian perutnya. Niki menekan perutnya mencoba mengurangi rasa sakit, namun nihil dirinya malah semakin kesakitan dan terjatuh meringkuk.

"Eh Nik! Niki! Lo kenapa anjir?! Woy!" Hito panik melihat Niki tiba-tiba kesakitan memegangi perutnya.

Tanpa pikir panjang Hito langsung membantu Niki berdiri dan membawanya ke UKS.

"Mending lo balik sana, selesain hukuman lo!" Niki menatap sini ke Hito sambil sesekali meringis merasakan sakit diperutnya.

"Ogah! Masa iya gue panas-panasan sedangkan lo enak-enakan tiduran di sini,"

Mario males banget harus balik lagi kelapangan, dia juga pengen nyantai!

"Mending gue disini jagain lo." Lanjutnya.

"Cih!"

Emangya Niki bocah harus dijaga? kan ada petugas UKS!

Hito hanya diam memperhatikan, menjaga Niki hanya sebuah alasan dirinya akan bolos demi melarikan diri dari hukuman.

»-› ‹-«

Oke bro sampe sini dulu lah ya
gabut si sebenernya, tapi semoga kalian suka

TURBULENCE [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang