4» Selamat Tinggal Bunda

4 1 0
                                    

Kemudian wanita itu pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Ternyata alasan kenapa Ikna bisa datang ke sekolah karena Bi Mirna sedang pergi ke pasar. Alhasil ia terpaksa pergi memenuhi panggilan tersebut.

Disana ia tidak banyak bicara hanya meng iya-iya 'kan saja dan sesekali meminta maaf atas perilaku anaknya.

(Side story saat di ruang BK)

"Mario! Apa-apaan lu pake segala berantem, noh liat anak orang jadi bonyok gara-gara lu! lu disini sekolah apa jadi preman hah?! besok-besok kalo emak liat lagi lu begini siap-siap aje bukan uang jajan lagi yang dipotong, tapi burung lu gua potong!"

Mendengar itu Mario otomatis langsung megangin area selangkangannya.

#prayformario

Wina, emaknya Mario udah emosi banget sama anaknya, tiap hari ada aja kelakuannya. Lama-lama pengen tuker tambah aja rasanya sama anak tetangga.

Pak Bondan, Ikna dan Niki menahan tawa mendengar cerocosan Wina.

Pada akhirnya dua remaja kelas sebelas  tersebut hanya dimintai pertanggung jawaban karena telah merusak fasilitas sekolah, beruntung tidak diberi SP 1.

(Side story end)

Niki yang masih berdiri di tempat berjalan gontai membawa dirinya untuk duduk di sofa empuk ruang keluarga.

Kepalanya menengadah menatap langit-langit ruangan, pikirannya berekelana baru saja dirinya membuat kesalahan Bundanya sudah semarah ini, bagaimana jika ia membuat masalah yang lebih fatal lagi? tapi jika itu bisa membuat Bundanya melirik dirinya apa salahnya mencoba hal yang lebih?

Ya dia harus!

Kemudian ia beranjak ke kamar untuk mengobati luka lebam diwajahnya.

T U R B U L E N C E
oct.e

13.48

"Bunda aku pulang!" Teriak gadis remaja sambil membuka pintu rumah.

"Bundaa..!" teriaknya lagi.

"Iya sayang, Bunda lagi di dapur.." Ikna menyahut dengan teriakan lembut.

Shanan Sadewi, menghampiri Bundanya yang ternyata sedang membuat kue dibantu oleh Bi Mirna.

"Kamu pulang sama siapa? kok gak kabarin Bunda dulu, 'kan nanti bisa di jemput,"

"Kalo nunggu kak Niki suka lama, ya udah pesen Ojol aja."

"Ya udah, sana ganti baju dulu."

Shanan menurut, langkah kakinya terhenti saat berpapasan dengan Niki, Shanan kira kakak ke dua-nya ini masih disekolah.

"Lah udah pulang? baru mau gue jemput," ucap Niki.

"Ogah! Gue masih kesel sama lo!" ucapnya sinis, "Minggir!" Shanan berlalu sambil menyenggol bahu Niki.

Niki menghela nafas, dasar bocah ingusan makin hari makin gak sopan. Walaupun mereka cuma beda dua tahun tetep aja Niki 'tuh abangnya yang harus dihormati, minimal sungkem.

Karena jaraknya saat ini dekat dengan dapur jadi Niki bisa melihat aktifitas yang Bundanya lakukan. Ikna Sadewi, wanita cantik yang memiliki mata indah. Niki sangat mengagumi wajah itu, tapi entah kenapa sorot matanya selalu berbeda ketika menatap dirinya.

"Bun–"

"Bundaaa!"

Belum selesai dirinya mengucapkan kata 'Bunda' tapi sudah keduluan oleh teriakan Abangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TURBULENCE [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang