"Enia, dia berencana buat jauhin kita?" tanya Yudha memastikan dan ia seketika berhenti memakan keripik bayam kesukaannya.
Aluna mengangguk dan menghela nafas panjang. "Aku jadi makin benci sama dia tau nggak sih. Dia juga bilang ke aku kalo kak Deli itu pacar kamu! Hih, orang jelas-jelas kamu itu punyaku! Lagian juga kalo kamu pacaran sama kak Deli, aku nggak bakal biarin itu terjadi."
Yudha menatap Aluna malas lalu ia menaikan satu alisnya.
"Gue malah setuju sama rencananya Enia walau pun caranya itu salah." ucap Yudha.
"LAH?! KOK KAMU GITU SIH?? JAHAT BANGET!" rengek Aluna.
Yudha melanjutkan memakan keripik itu dan melihat ke arah lain. Enia bisa jadi licik juga ya ternyata, gue kira dulu dia cewek pemarah yang bodoh. Batin Yudha.
"Ngomong-ngomong.. kapan kita ke rumah bibi gue?" tanya Yudha.
"Hmm? Yaah, kayaknya sih minggu depan kalau nggak hari minggu. Tergantung sih, semoga aja aku libur hari minggu." balas Aluna.
"Lah emang lo kerja apaan?" tanya Yudha penasaran.
Aluna memiringkan kepalanya ke samping lalu tersenyum jahil. "Kamu beneran lupa apa begimana sih?"
Yudha menaikan satu alisnya lalu menyadari sesuatu hingga ia menghela nafas berat. "Gue lupa lo kan kerja jadi pembunuh bay—"
Dengan cepat Aluna menutup mulut Yudha dengan tangannya.
"Yudha! Kamu jangan bilang di depan umum dong! Kalo kedengaran gimana??!" heran Aluna.
"Oh, yaudah maaf."
Aluna menghela nafas berat dan melepaskan tangannya dari mulut Yudha. "Aja-aja ada kamu."
Yudha mengusap bibirnya ketika ia menyelesaikan memakan makanannya, Yudha membuang bungkus keripik yang sudah kosong lalu beranjak pergi.
"Gue ke kelas dulu." ucap Yudha sambil melangkah.
"Eh? Yahh kok langsungan sih? Hmm yaudah deh, bye-bye." balas Aluna kemudian ia merogoh pisau kecil yang ada di kantungnya. Ia melihat pisau miliknya itu memiliki noda darah yang sudah mengering di ujung bilahnya.
Lantas Aluna tersenyum mencurigakan dan wajahnya menjadi suram.
"Di coba dulu kali ya..?" gumam Aluna lalu terkekeh.
-
-
-
-
Enia berjalan di koridor yang sepi dengan lehernya yang tersayat akibat perbuatan Aluna beberapa jam yang lalu, ia mendecak kesal lalu menggepal tangannya erat.
Dasar berengsek! Berani-beraninya dia ngelukain gue, awas aja lo Lun.. lo bakal nyesal suatu hari nanti! Batin Enia kesal.
Saat Enia melintasi persimpangan koridor, secara tiba-tiba ada seseorang yang menghantamnya tanpa ia sadari. Membuat Enia terjatuh dan terseret lumanyan jauh ke lantai. Lengan sekaligus pahanya menjadi lecet-lecet karena itu.
"Agh! Apaan sih—" Mata Enia terbelalak usai merasaka sebuah bilah pisau yang dingin menempel di lehernya. Menyadari hal itu, tubuh Enia seketika bergidik takut dan matanya melihat kearah seorang wanita yang sedang berada di atasnya, mengungkung dirinya dengan pisau yang masih menempel di lehernya.
Rambut panjangnya hampir menyentuh wajah Enia, membuat sensasi geli di wajah gadis itu. Aluna mulai tersenyum lebar dengan matanya yang masih terbelalak. "Halo lagi, Enia sayang~"
Tubuh Enia pun mulai bergetar hebat dan berkeringat. "G-gue mohon... Jangan sakitin gue!"
Aluna terkekeh kecil usai mendengar gadis yang ada di bawahnya memohon, lalu Aluna menatap remeh Enia. "Gue nggak bakal sakitin adek kelas gue yang tersayang kok, paling cuman..."
Aluna mulai menggerakan pisau yang menempel di leher Enia dan menyayat leher Enia secara tipis-tipis.. namun darah tetap mengalir keluar dari lehernya.
Enia berteriak kesakitan dan ia mulai memberontak dengan cara memukul sekaligus menendang Aluna berkali-kali. "Lo gila hah?! Ini sakit banget! Gue mohon lo ber—Aaaghh!!"
Perlahan pisau itu mulai menyayat kulit Enia lebih dalam, Aluna tersenyum puas. "Lo bisa tutup mulut lo bentar kan? Gue mau lihat darah lo yang mengalir keluar.."
"Dasar bajingan gila lo!" seru Enia dengan amarahnya. Enia mulai memberontak hebat hingga Aluna mengcengkram kedua tangan Enia dengan satu tangan. Aluna menggeram kesal dan mendecih.
"Gue bilang diem!" Aluna memperdalam sayatannya yang membuat Enia berteriak kencang.
Enia mulai meneteskan air matanya. "Gue mohon...lepasin gue...! aaghh!" Enia berteriak kembali saat Aluna kembali menyayat lehernya.
"Gue bakal lepasin lo setelah kepala lo hancur di tangan gue." balas Aluna kemudian tertawa lepas dan tersneyum lebar.
Aluna mengangkat tinggi-tinggi pisau yang ia pakai untuk menyayat leher Enia sebelumnya. "Sampai jumpa lagi di neraka, Enia."
[Maaf kalo chapter ini pendek ya, hehe <33]
KAMU SEDANG MEMBACA
Give | GxB
Romansa[Budidayakan follow sebelum membaca!] Yudha, seorang siswa yang di kenal sebagai 'saksi' atas kasus pembunuhan keluarganya sendiri dan sudah lama menghilang dari publik. Namun pada akhirnya ia kembali bersekolah dan bertemu dengan teman masa keciln...