Suasana malam ini terasa aneh bagi jay, rumahnya yang selalu ramai akan suara pertengkaran, kali ini amat sunyi.
Bahkan angin pun tak membelai tubuhnya.
Kakinya mencoba melangkah ke ruang tamu, gelap adalah hal pertama yang ia lihat.
'Orang-orang kemana'
bermacam-macam spekulasi hadir di otak nya untuk menutupi rasa takut dihatinya.
"Mama, ayah"
Suara panggilan tadi terdengar seperti bisikan. Bibirnya mulai bergetar, air di pelupuk matanya mendesak keluar.
Jay takut, jay takut sendirian.
Dadanya naik-turun tak beraturan dengan hembusan nafas yang keras.
Tangannya berusaha menggapai apapun di dalam gelap. Siapapun, asal ia menjulurkan tangannya.
'Jay'
Telinga jay mendengar bisikan lembut. Hatinya memaksa untuk mencari asal suara itu namun ia terlalu takut melangkahkan kakinya.
'Jay!'
Suara itu seperti suara ayahnya. Suara lembut namun tegas.
Jay tak tahan lagi, tangan yang tadinya terrentang berusaha menggapai apapun kini beralih ia kepalkan untuk memukul kepalanya.
"Agggh"
Pukulan demi pukulan pada kepalanya memberikan sensasi ringan pada dadanya.
Sampai ketika pukulan terakhir tangannya seperti ditahan. Dan dia terbangun.
Matanya terbuka, namun yang ia lihat bukan gelap. Melainkan sinar sore dari jendela gudang sekolah.
Sorot hitam legam itu mengalihkan pandangannya sedikit kekiri, seseorang dengan satu sisi wajahnya disinari sinar senja dan satu sisinya tidak.
sunoo menatapnya dengan cemberut, kedua sisi matanya terlihat basah. Seakan dialiri air yang gundah.
Bibir sunoo bergetar dengan isakan kecil membuat jay heran. Seingatnya tadi dia yang menangis.
"Kamu mimpi apa sih-"
Ucapannya terhenti, membiarkan dua isakan keluar dari mulutnya.
"- sampai pukul-pukul kepala"
Ah ternyata tadi hanya mimpi, jay mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya dengan pelan. Cara mudah untuk menenangkan dirinya.
Sedangkan suara isakan sunoo semakin lantang, kini mata jay beralih ke arah tangannya yang digenggam erat oleh sunoo.
Sangat erat sampai rasanya tangannya berkeringat.
"Oi"
Namun sunoo tak menjawab, sepertinya sunoo memiliki kebiasan buruk tak menyahut ketika dipanggil. Ia melihat sunoo membawa penyatuan tangan mereka untuk dipakai mengusap matanya.
"Eh-eh usap pake tangan lo sendiri anjr lepasin tangan gw!"
Kepala sunoo menggeleng keras, suaranya pun meraung tak kalah keras. Ini kalau penjaga sekolah tau, jay bisa-bisa dituduh berbuat hal yang tidak-tidak.
"Gaaaak. Ini semua salah jay! Bikin aku nangis hng"
Tangis sunoo benar-benar keras, air matanya pun kembali deras. Jay tidak tau harus berbuat apa, bukankah seharusnya ia yang menangis saat ini, bukan malah sunoo.
"Aku takut....." bisik sunoo pelan.
Kini tangisan sunoo mulai mereda, meninggalkan beberapa isakan. Sunoo memainkan tangan jay yang ada di genggamannya.
".... aku nunggu jay dikelas tapi gak masuk-masuk. Terus sepulang sekolah aku nunggu digerbang tapi gak ketemu..."
Jay tak berniat menyela cerita sunoo, matanya menatap teduh jari tangannya yang dimainkan oleh sunoo.
"... terus aku kesini ngintip, eh ketemu jay lagi tidur, terus aku masuk, tapi jay tidur lelap banget aku gak tega bangunin"
Kepala sunoo yang sedari tadi menunduk, kini terangkat sedikit. Matanya mengintip mencari tau ekspresi wajah apa yang jay berikan.
Namun matanya bersitatap dengan mata jay yang sedang menatapnya lembut. Buru-buru sunoo menundukkan pandangannya lagi. Sunoo bersumpah, Tatapan jay yang seperti itu tidak baik untuk jantungnya.
"S-Saking lelapnya aku kira jay mati, jadi aku coba pegang nadi di lehernya jay"
Jay menaikkan satu alisnya heran, bukan karena tindakan lancang sunoo yang menyentuh lehernya. Tetapi karena dari tadi sunoo memanggil namanya, kenapa tidak memakai kamu atau lo aja biar lebih enak didengar.
"Terus aku liat ada luka di leher jay, karena kaget aku langsung ke uks. takut uks nya keburu tutup... tapi, pas balik aku liat jay udah...."
Bibir sunoo terlihat mencabik seperti akan menangis lagi. Sunoo Mengingat bagaimana damainya tidur jay tapi tiba-tiba sekembalinya dari uks wajah jay nampak kesakitan, ditambah jay memukul-mukul kepala di tidurnya.
"Jangan nangis" jay berucap lembut.
Tangannya melepas genggaman tangan sunoo, membuat wajah sunoo terlihat kecewa. Namun yang dilakukan jay selanjutnya malah membuat hatinya bersorak ria.
Jay menutup mata sunoo dengan satu tangan besarnya.
"Gak usah nangisin gw, sayang air mata lo kebuang sama hal yang gak berguna"
Kedua tangan jay kini berpindah mengusap pipi berisi sunoo, menghilangkan jejak air mata sedih yang tak hentinya keluar sebab dirinya.
"Mata lo jadi bengkak, jelek banget muka lo sekarang"
"Iiihhhh" sunoo menghempas kan tangan jay dipipinya. Padahal sunoo udah mulai baper malah dikatain.
Melihat sunoo yang cemberut mendatangkan hiburan tersendiri bagi jay, ia baru sadar anak pendek itu ternyata berguna juga membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.
Jay rasa, ia akan mengurangi rasa jengkelnya kepada sunoo mulai hari ini.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
cigarettes and regrets [Jaynoo]
FanfictionMalam itu jay kira adalah rokok terakhir yang ia hisap. pemikirannya tentang mati terus berulang. sampai sunoo datang memberikannya permen dan rasa manis dalam kehidupan.